Womanindonesia.co.id – Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya nutrisi selama kehamilan, defisiensi vitamin D masih menjadi salah satu masalah kesehatan ibu hamil yang jarang disadari. Padahal, menurut berbagai literatur dan temuan klinis, kekurangan vitamin D pada ibu hamil dapat memengaruhi kualitas kehamilan, perkembangan janin, hingga kesehatan bayi setelah lahir.
Meski hidup di negara tropis, penelitian menunjukkan sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki kadar vitamin D di bawah batas ideal 30 ng/mL. Pada ibu hamil, risikonya bahkan lebih tinggi.
Gaya hidup minim paparan matahari, pola makan kurang protein hewani, serta aktivitas lebih banyak di dalam ruangan menjadi faktor utama penyebab defisiensi.
Group Marketing Head PT Kalbe Farma Tbk, apt. Maria Stefani, MM., menegaskan bahwa ibu hamil merupakan kelompok yang harus mendapat perhatian khusus.
“Ibu hamil di Indonesia banyak mengalami defisiensi vitamin D, padahal vitamin D membantu tumbuh kembang janin dan kesehatan ibu, antara lain untuk perkembangan tulang dan otak janin, menurunkan risiko pre-eklampsia, serta menjaga kekuatan imunitas ibu, terutama pada 1000 HPK,” ujarnya saat edukasi “D’Forum: The Miracle of Vitamin D”, PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) bersama brand Prove D3 di Jakarta, Rabu (3/12).
Dampak Serius Kekurangan Vitamin D pada Ibu dan Janin
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dr. Merry Amelya Puspita Sidabutar, Sp.OG, menjelaskan bahwa vitamin D berperan besar dalam seluruh proses reproduksi dan kehamilan.
“Vitamin D memiliki peran esensial dalam mendukung sistem reproduksi dan kehamilan yang sehat. Sayangnya, banyak ibu tidak menyadari bahwa kebutuhannya meningkat mulai dari program hamil hingga menyusui,” tuturnya.
Berikut beberapa dampak kekurangan vitamin D pada ibu hamil:
1. Risiko Pre-eklampsia dan Hipertensi Kehamilan Meningkat
Ibu dengan defisiensi vitamin D lebih rentan mengalami tekanan darah tinggi dan pre-eklampsia akibat kualitas plasenta yang tidak optimal. Kondisi ini dapat membahayakan ibu dan janin, termasuk risiko persalinan prematur.
2. Pertumbuhan Janin Terhambat
Kekurangan vitamin D pada ibu dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah, gangguan perkembangan tulang, serta risiko alergi di kemudian hari.
3. Gangguan Fertilitas Sebelum Kehamilan
Vitamin D memengaruhi kualitas telur, siklus menstruasi, dan proses implantasi embrio. Pada pasien dengan PCOS atau endometriosis, kadar vitamin D yang rendah dapat memperparah gangguan kesuburan.
4. Penurunan Imunitas dan Kesehatan Mental Ibu
Vitamin D berpengaruh pada sistem imun dan fungsi saraf. Defisiensi dapat membuat ibu mudah sakit, mudah lelah, bahkan rentan mengalami mood swing dan depresi.
“Bahkan untuk mood juga berpengaruh. Vitamin D mempengaruhi saraf, kognitif, sampai suasana hati,” jelas dr. Merry.
Risiko Defisiensi Vitamin D yang Diturunkan ke Bayi
Dampaknya tidak berhenti pada masa kehamilan. Kekurangan vitamin D yang dialami ibu akan memengaruhi kondisi bayinya kelak.
Dokter Spesialis Anak, dr. Caessar Pronocitro, Sp.A, M.Sc., mengungkapkan:
“Anak yang kadar vitamin D-nya rendah lebih rentan alergi, autoimun, dan infeksi. Di sel saraf dan otak juga banyak reseptor vitamin D, artinya vitamin D berperan pada kecerdasan dan perkembangan.”
Bayi dengan cadangan vitamin D rendah berisiko mengalami:
- Tulang lunak dan kelemahan otot
- Keterlambatan perkembangan motorik
- Stunting
- Infeksi saluran pernapasan berulang
Karena cadangan vitamin D yang diturunkan dari ibu hanya bertahan 50–60% di bulan pertama kehidupan, pemenuhan vitamin D sejak dini menjadi sangat penting.
Cara Mengatasi Kekurangan Vitamin D pada Ibu Hamil
1. Pemeriksaan Kadar Vitamin D Sejak Program Hamil
Pemeriksaan rutin menjadi langkah awal menilai kebutuhan suplementasi.
“Di Eropa, yang dicek bukan hanya USG. Mereka cek nutrisi dulu,” jelas dr. Merry.
2. Konsumsi Suplemen Vitamin D Sesuai Anjuran Dokter
Kebutuhan vitamin D pada ibu hamil bisa mencapai 1000–2000 IU per hari, bahkan lebih tinggi pada yang mengalami defisiensi.
Prove D3 menyediakan dosis bervariasi, mulai dari 400 IU untuk bayi hingga 5000 IU untuk dewasa dan kondisi defisiensi.
3. Pola Makan Kaya Vitamin D
Meski asupan makanan saja tidak cukup, konsumsi sumber vitamin D tetap diperlukan, seperti:
- Ikan salmon, tuna, mackerel
- Telur
- Sereal fortifikasi
- Jamur shiitake
4. Gaya Hidup Aktif dan Paparan Matahari Secukupnya
Paparan sinar UVB sebelum pukul 10 pagi dapat membantu pembentukan vitamin D, namun tetap harus memperhatikan risiko kulit.
5. Perbaikan Gaya Hidup Menjelang Kehamilan
Mengurangi makanan tinggi gula, menghindari polusi berat logam, serta meningkatkan aktivitas fisik terbukti membantu meningkatkan kadar vitamin D dan kualitas kehamilan.
Public figure Asmirandah, yang menjalani program IVF, juga menekankan pentingnya vitamin D dalam keberhasilan kehamilan.
“Saat menjalani program kehamilan hingga setelah melahirkan, aku rutin konsumsi Prove D3 karena berperan penting bagi perkembangan tulang, imunitas, dan kesehatan janin, sekaligus membantu pemulihan dan daya tahan ibu,” ujarnya.
Pengalamannya menunjukkan bahwa banyak perempuan perlu lebih peka terhadap kebutuhan nutrisi sejak merencanakan kehamilan.
Kekurangan vitamin D pada ibu hamil bukan hanya berdampak pada kesehatan ibu, tetapi juga memengaruhi tumbuh kembang janin hingga masa depan anak. Dengan pemeriksaan rutin, pola hidup sehat, dan suplementasi yang tepat, defisiensi ini dapat dicegah sejak dini.
Edukasi seperti yang dihadirkan Kalbe melalui Prove D3 menjadi langkah penting dalam meningkatkan literasi kesehatan ibu di Indonesia – agar perjalanan kehamilan lebih sehat, aman, dan terencana, serta memastikan generasi masa depan tumbuh dengan optimal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News







