Womanindonesia.co.id – Dampak hujan deras yang menggenangi Kota Makassar di Sulawesi Selatan menyebabkan banjir hingga 8 kecamatan dan 24 kelurahan serta mengungsinya 2.929 jiwa.
Delapan kecamatan, yakni Manggala, Mamajang, Ujung Pandang, Makassar, Tamalanrea, Biringkanaya, Rappocini dan Tallo, terdampak banjir hingga pukul 20.00 WITA tadi malam, berdasarkan informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Makassar.
“Akibat banjir hari ini, 8 kecamatan dan 24 kelurahan terendam,” kata Direktur BPBD Makassar Achmad Hendra Hakamuddin, Senin (13/2) malam.
Sementara untuk warga yang terkena dampak banjir, Achmad mengatakan sebanyak 2.929 orang harus mengungsi ke 37 titik pengungsian yang telah disiapkan.
“Ada 824 pengungsi (HH) dan sekitar 2.929 orang mengungsi hingga sore ini,” katanya.
Achmad mengatakan BPBD Makassar bersama beberapa tim SAR gabungan terus melakukan operasi evakuasi warga terdampak banjir dan memantau 86 lokasi banjir di Makassar hingga saat ini.
“Lokasi banjir masih diselidiki dan warga dievakuasi dengan perahu karet,” tambahnya.
1 Banjir Sulsel
Makassar merupakan salah satu dari beberapa daerah di Sulawesi Selatan yang mengalami banjir akibat hujan deras.
Daerah yang terdampak bencana banjir adalah Kabupaten Kota Makassar, Maros, Pangkep, Barru, dan Soppeng setelah hujan deras mengguyur Senin (13/2).
“Cuaca ekstrim yang menyebabkan hujan deras adalah beberapa daerah yang terkena dampak hujan lebat yaitu Makassar, kemudian Maros, Pangkep, Barru dan Soppeng, dan Makassar terlihat sangat parah,” kata Kapolda Sulsel.
Inspektur Jenderal seperti Nana Sudjana dari kepolisian. Nana mengatakan, selama ini banyak warga yang terkena dampak banjir di 16 titik di Kota Makassar mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Namun, sebagian warga tetap berada di rumah masing-masing.
“Jadi ada 16 titik yang terdampak banjir dan banjir, tapi alhamdulillah tidak ada korban jiwa dan warga terdampak sudah kami evakuasi dari beberapa titik evakuasi,” jelasnya.
Untuk memastikan status pengungsi yang didominasi perempuan, anak-anak, dan lansia, kata Nana, pihaknya sedang menyiapkan puskesmas dan dapur umum bersama TNI dan pemerintah daerah.
“Kami dari Hardware tetap siap membantu masyarakat dengan mendirikan posko kesehatan dan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan warga terdampak banjir,” ujarnya.
Kemudian, di rumah-rumah warga yang ditinggalkan akibat dievakuasi, kata Nana, pihaknya akan terus mengintensifkan patroli untuk memastikan keamanan rumah warga.
“Kami patroli zona banjir dan mencegah orang luar memasuki wilayah yang ditinggalkan warga karena melarikan diri,” katanya.
Kapolda Sulsel, berdasarkan informasi dari BMKG, menyebutkan kondisi cuaca ekstrem akan melanda Sulsel mulai tanggal 12 hingga 16. pada bulan Februari lalu juga menghimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap kondisi tersebut.
“Kami berharap warga mengikuti prakiraan cuaca dari BMKG dan juga kesiapsiagaan masyarakat jika daerahnya terendam banjir,” pungkasnya.
2 Banjir
Banjir adalah peristiwa bencana alam yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.
Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.
Dalam arti “air mengalir”, kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau melimpah dari bendungan sehingga air keluar dari sungai itu.
Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.
Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami.
Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan.
Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News