Womanindonesia.co.id – Frank Hoogerbeets adalah seorang ilmuwan seismologi asal Belanda yang dikenal karena membuat prediksi gempa bumi berdasarkan pada teori astrologi dan planetarium.
Ia telah menarik perhatian publik dengan ramalan-ramalannya tentang gempa bumi yang dianggap kontroversial oleh sebagian orang. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang Frank Hoogerbeets secara lengkap, termasuk latar belakang, teori-teori, dan kritik-kritik yang ia terima.
Frank Hoogerbeets, seismolog Belanda di Solar System Geometry Survey (SSGS), memprediksi gempa bumi dari Sulawesi hingga daerah lain seperti Halmahera dan Laut Bandana pada 3-4 April bisa terjadi Maret 2023.
Dia menyebut prediksi ini berdasarkan gempa bumi. Beroperasi di beberapa wilayah Sulawesi, termasuk Kamchatka, Kepulauan Kuril, Jepang bagian utara, dan Filipina.
Frank sendiri sebelumnya membuat prediksi tentang gempa bermagnitudo 7 di Turki pada 6 Februari 2023. Alhasil, Turki benar-benar mengalami gempa berkekuatan 7,8 SR saat itu.
“Dari Kamchatka Kepulauan Kuril dan bagian utara Jepang, Filipina bagian atas, dan juga melalui Sulawesi, Halmahera, bahkan mungkin Laut Banda, Indonesia,” tuturnya dalam video yang diunggah ke laman Youtube SSGEOS, Senin (27/2/2023).
1 Prediksi Gempa Turki
Frank Hoogerbeets menjadi viral setelah memprediksi gempa bumi di Turki dan Suriah melalui akun Twitternya @hogrbe.
Banyak orang yang tertarik dengan siapa Frank Hoogerbeets, profil dan biografinya telah beredar di jejaring sosial.
Frank Hoogerbeets menjadi viral setelah memprediksi gempa bumi di Turki dan Suriah melalui akun Twitternya @hogrbe.
Gempa besar M7.8 melanda Turki dan beberapa negara lain pada Senin, 6 Februari 2023.
Sebelumya juga. Frank Hoogerbeets sudah pernah memprediksi pada tanggal 26 Oktober 2020, Frank Hoogerbeets membuat sebuah prediksi gempa bumi yang kemudian terjadi di Turki.
Ia memperkirakan bahwa gempa bumi dengan kekuatan 6,0 skala Richter akan terjadi pada tanggal 29 Oktober 2020 atau kurang lebih tiga hari setelah prediksinya.
Beberapa kalangan ilmuwan meragukan prediksi Hoogerbeets karena dianggap tidak berdasar pada pengetahuan ilmiah yang kuat. Namun, pada tanggal 30 Oktober 2020, gempa bumi dengan kekuatan 6,6 skala Richter terjadi di wilayah Izmir, Turki, yang terletak di sebelah barat daya Ankara, tepat tiga hari setelah prediksi Frank Hoogerbeets.
Meskipun Hoogerbeets mengklaim bahwa prediksinya didasarkan pada teori astrologi dan planetarium, ia menolak untuk membeberkan rincian metode yang ia gunakan dalam prediksinya.
2 Prediksi Gempa Sulawesi
Sebelumnya, Hoogerbeets juga pernah memprediksi gempa pada tanggal 13 Januari 2021. Ia membuat prediksi tentang kemungkinan terjadinya gempa bumi di wilayah Sulawesi, Indonesia.
Ia memperkirakan bahwa gempa bumi dengan kekuatan 7,5 skala Richter akan terjadi pada tanggal 18 Januari 2021 atau dalam rentang waktu sekitar lima hari setelah prediksinya.
Namun, prediksi ini juga menuai kritik dari berbagai kalangan, termasuk dari para ahli seismologi di Indonesia. Mereka menyatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang kuat untuk mendukung teori Hoogerbeets, dan bahwa prediksinya lebih bersifat spekulatif daripada berdasarkan pada fakta-fakta ilmiah.
Pada akhirnya, tidak terjadi gempa bumi dengan kekuatan 7,5 skala Richter di Sulawesi pada tanggal yang diprediksi oleh Frank Hoogerbeets. Namun, gempa bumi dengan kekuatan 6,2 skala Richter terjadi di wilayah Majene, Sulawesi Barat pada tanggal 15 Januari 2021, tiga hari sebelum prediksi Frank
3 Latar Belakang Frank Hoogerbeets
Frank Hoogerbeets lahir pada tahun 1948 di Rotterdam, Belanda. Ia lulus dari Universitas Teknik Delft dengan gelar sarjana teknik sipil dan kemudian melanjutkan studinya di bidang seismologi di Institut Teknologi California.
Selama masa studinya, Hoogerbeets tertarik pada hubungan antara aktivitas gempa bumi dengan fenomena alam seperti gerhana dan posisi planet. Setelah lulus, ia bekerja sebagai ahli seismologi di berbagai lembaga, termasuk di Institut Meteorologi dan Geofisika Belanda.
4 Teori Frank Hoogerbeets
Frank Hoogerbeets mempercayai bahwa posisi planet dan aktivitas matahari dapat mempengaruhi aktivitas gempa bumi di Bumi. Menurutnya, ada sebuah “sistem tiga planet” yang terdiri dari Jupiter, Venus, dan Merkurius yang dapat memicu gempa bumi saat posisi ketiganya bersilangan.
Ia juga menganggap bahwa gerhana matahari dan bulan dapat memicu aktivitas gempa bumi.
Hoogerbeets telah membuat prediksi gempa bumi yang didasarkan pada teori-teorinya selama bertahun-tahun. Ia menciptakan “Sistem Waktu Kritis” (Critical Time System) yang menghitung waktu-waktu kritis saat planet-planet tertentu dalam posisi tertentu terhadap Bumi.
Menurut teorinya, pada waktu-waktu tersebut, kemungkinan terjadinya gempa bumi akan lebih besar.
5 Kritik Terhadap Teori Frank Hoogerbeets
Teori Frank Hoogerbeets mengenai hubungan antara gempa bumi dan astrologi menuai kontroversi di kalangan komunitas ilmuwan. Banyak ahli seismologi dan geofisika menganggap teorinya tidak berdasar dan tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.
Mereka menyatakan bahwa aktivitas gempa bumi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tektonik lempeng, konveksi mantel, dan tekanan dalam lapisan Bumi, bukan oleh fenomena astrologi atau planetarium.
Beberapa kritikus juga menganggap bahwa ramalan-ramalan Frank Hoogerbeets tentang gempa bumi bersifat menakut-nakuti dan dapat menimbulkan kepanikan di kalangan masyarakat.
Mereka menuduh bahwa ia mencari perhatian dan mendapatkan keuntungan dari kegiatan yang dilakukannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News