Womanindonesia.co.id – Harmini Marzusy atau biasa akrab dipanggil Kak Zusy (baca Susi), adalah sosok yang sangat dikenal dengan pribadi ramah dan mudah bergaul di segala usia. Wanita kelahiran 9 Oktober 1969 ini sangat hobi mengunjungi tempat-tempat jauh di luar sana, untuk melihat kebudayaan dan bangunan-bangunan serta keindahan alam yang termasyhur di dunia.
Dari hobi jalan-jalannya itu, lulusan S2 – Magister Manajemen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ini memutuskan untuk mendirikan usaha di bidang tour and travel yang dinamai Jalan Langit.
“Saya hobi dan cinta pada traveling dan budaya. Saya ingin menjadi tour leader profesional karena sangat mencintai kegiatan traveling dan ingin berbagi pengalaman dengan orang lain. Saya merasa bahwa perjalanan itu sejatinya bukan hanya tentang mengunjungi destinasi, tetapi juga tentang memberi dan menerima cerita, berbagi budaya, serta saling menjalin hubungan sosial selama perjalanan,” tegas Zusy dalam keterangan tertulisnya, Kamis (29/5).
Saat memimpin grup tur, Kak Zusy mengaku sangat menikmati setiap tantangan dalam mengorganisasi perjalanan dan memastikan semuanya berjalan lancar. Menjadi seorang tour leader (TL) memungkinkannya untuk memanfaatkan kemampuan manajemen, komunikasi, dan sekaligus kepemimpinan untuk memberikan pengalaman terbaik bagi para peserta tur.
“Saya merasa puas ketika bisa menjadi bagian dari kenangan indah yang mereka ciptakan selama tur sejak awal dan akhir perjalanan,” lanjut Zusy yang telah bergabung dalam organisasi Tour Leader Indonesia yakni ITLA selama hampir satu dekade ini.

ITLA (Indonesia Tour Leader Association) adalah organisasi yang menaungi para tour leader (pemimpin tur) di Indonesia. Organisasi ini didirikan untuk meningkatkan profesionalisme, kompetensi, dan kesejahteraan tour leader yang bekerja di sektor pariwisata.
ITLA berperan sebagai wadah bagi para pemimpin perjalanan untuk bersinergi, berbagi pengalaman, dan mendapatkan pelatihan yang relevan dalam mendukung pekerjaan mereka selama di dalam dan luar negeri.
Pengalaman Paling Mengesankan
Pengalaman pertama Zusy menjadi seorang tour leader adalah ketika ia melancong ke Singapura. Saat itu ia membawa 12 orang. Baginya, ini adalah pengalaman yang penuh tantangan sekaligus menyenangkan karena selama itulah ia tidak lagi fokus berjalan solo namun mulai memerhatikan semua anggota yang dibawanya tur.
Setelah punya pengalaman TL pertama, Zusy mengaku ketagihan dan mulai menjelajah negeri lainnya. Usai menginjakkan kaki di ha,pir 70 negara, Zusy mengakui destinasi favoritnya adalah Eropa Barat, tepatnya kota Paris di Prancis. Kota bercahaya itu hampir dikunjungi setiap tahunnya lantaran ia percaya bahwa kota metropolitan itu merupakan Kota Cinta yang memikat.
Tak hanya Paris, negara Swiss dengan keindahan alam pegunangan dingin yang memesona juga selalu jadi mainannya, Pun Kota Amsterdam di Belanda serta Roma di Italia yang dikenal dengan kejayaan sejarah.
“Sebagai tour leader, saya tidak hanya menggambarkan keindahan tempat-tempat terbaik yang dikunjungi turis, tetapi juga berbagi cerita, sejarah, pengalaman dan tips lokal yang membuat setiap peserta menjadi lebih berkesan,” ujarnya.
Sebagai pemilik sertifikasi tour leader international dari Pramindo dan peraih penghargaan the best tour leader dalam ajang pelatihan tour leader Indonesia serta peraih Certified Professional Tour Leader tahun 2022, Zusy berkontribusi besar pada bidang pariwisata baik domestic maupun internasional.
Ia membantu ribuan wisatawan untuk menjelajahi dunia, memperkenalkan budaya dan destinasi baru, mendukung industri pariwisata lokal di Bali, Lombok, dan Belitung, serta menjaga kualitas layanan dan kepuasan wisatawan. Ia juga berkontribusi dalam pengembangan profesi tour leader dan regenerasi TL muda di wilayah Banten.
“Sebagai seorang International Tour Leader, saya selalu siap menghadapi berbagai situasi tak terduga di lapangan. Salah satu pengalaman paling menegangkan terjadi saat saya memimpin grup wisata ke Barcelona, Spanyol. Saat sedang menikmati vibes Alhambra, salah satu peserta tiba-tiba panik dan memberi tahu saya bahwa dompetnya hilang beserta paspor, kartu identitas, dan uang tunai. Wajahnya itu sudah kelihatan pucat, tangannya gemetar, dan saya tahu ini bisa menjadi pengalaman yang sangat traumatis baginya,” ungkapnya.
“Tanpa membuang waktu, saya segera menenangkan peserta tersebut dan meminta informasi lebih lanjut: kapan terakhir kali ia melihat dompetnya, di mana ia merasa kehilangan, dan apakah ia masih memiliki dokumen cadangan. Saya langsung menghubungi pihak kepolisian setempat untuk melaporkan berita kehilangan, sekaligus meminta rekaman CCTV di sekitar lokasi. Sementara itu, saya juga menghubungi Kedutaan Besar Indonesia di Madrid untuk melaporkan kehilangan paspor dan menanyakan prosedur penerbitan dokumen darurat.”
Karena perjalanan harus tetap berlanjut, Kak Zusy membagi tugas dengan rekan sesama TL di ITLA. Ia pun mengantarkan_menemani peserta tersebut ke kantor polisi untuk membuat laporan resmi—dokumen ini penting untuk pengurusan paspor darurat.
“Tim saya tetap mengawal grup wisata agar itinerary tetap berjalan tanpa hambatan. Saya yang turun membantu peserta mengurus “Emergency Travel Document” di KBRI, agar ia bisa tetap melanjutkan perjalanan dan kembali ke Indonesia tanpa kendala,” katanya lagi.
Beberapa jam kemudian, dengan bantuan surat laporan kehilangan dari polisi, pihak kedutaan memprosesnya, peserta pun mulai merasa lebih tenang. “Saya juga membantu mengatur ulang akses ke dana darurat, memastikan ia tetap bisa menikmati sisa perjalanan. Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa dalam dunia pariwisata, seorang TL bukan hanya pemandu perjalanan, tetapi juga bertindak sebagai problem solver, mendampingi, dan memiliki skill untuk menenangkan peserta di saat-saat genting,” bijaknya.
Sejak saat itulah, Suzy kerap memastikan setiap peserta tur di travelnya akan dibekali salinan paspor dan dokumen penting secara print dan digital, serta memberikan briefing khusus dan mitigasi keamanan selama di destinasi wisata yang rawan copet.
“Bagi saya, tantangan seperti inilah yang membuat profesi TL semakin bermakna karena setiap perjalanan bukan hanya tentang mengunjungi tempat tersohor tetapi juga bagaimana kita memberikan perhatian yang setara serta piawai mengatasi rintangan dengan tenang dan profesional,” jelasnya.
Jalan Langit
Seiring waktu, sbagai seseorang yang telah lama berkarier sebagai International Tour Leader, wanita yang menguasai bahasa Inggris, Korea, dan Jepang ini juga memiliki kecintaan mendalam terhadap dunia perjalanan.
“Saya menikmati setiap momen saat mengajak wisatawan menjelajahi berbagai destinasi, mengenalkan budaya baru, dan memastikan mereka pulang dengan kenangan indah. Namun, di balik itu, ada satu mimpi yang terus tumbuh: membangun perusahaan tour & travel sendiri,” kata wanita yang mengidolakan Paul Theroux, penulis The Great Railway Bazaar ini.
Percikan mimpi itulah yang membuat Zusy mulai berpikir bagaimana caranya ia bisa menawarkan pengalaman wisata yang lebih personal dan eksklusif hingga akhirnya mewujudukan mimpinya dengan mendirikan Jalan Langit.
Membangun bisnis tour & travel diakui Zusy, bukan hal mudah. Ia menghadapi berbagai tantangan, seperti modal awal yang terbatas, persaingan ketat di industri perjalanan, dan yang terpenting membangun kepercayaan pelanggan.
Tak mudah menyerah begitu saja, Zusy mulai menggunakan pengalamannya sebagai Tour Leader sebagai modal utama. Ia tahu bagaimana menangani wisatawan, ia tahu apa yang mereka butuhkan, dan ia juga tahu bagaimana membuat perjalanan menjadi lebih lancar dan menyenangkan.
Zusy memulai dengan menggunakan jaringan dan pengalaman yang ia miliki, memanfaatkan koneksi dengan agen perjalanan dengan menawarkan paket wisata eksklusif dan lebih personal, seperti private tour atau perjalanan dengan itinerary yang lebih fleksibel.
Zusy pun membangun branding melalui media sosial dan mengelola akun @JalanLangit_tour. Zusy juga rajin membuat konten rekomendasi pelanggan, karena ia percaya bahwa pengalaman terbaik datang dari cerita orang-orang yang puas dengan layanannya.
Perlahan, bisnis travel yang dijalaninya sejak 2016 mulai berkembang. Dari hanya beberapa klien pertama, ia mulai mendapatkan lebih banyak permintaan. Kepercayaan pelanggan tumbuh, bukan hanya perorangan (open trip), keluarga tapi juga perusahaan mulai memercayakan organisasi perjalanan mereka ke Jalan Langit.
“Yang paling membanggakan bagi saya adalah ketika pelanggan datang kembali dan merekomendasikan perjalanan mereka kepada teman dan keluarganya. Itu adalah bukti bahwa saya telah berhasil menciptakan sesuatu yang lebih dari sekadar bisnis tetapi pengalaman wisata yang berkesan bagi orang lain,” jelasnya.
Pelajaran penting dari pengalaman Zusy membangun Jalan Langit adalah jangan takut untuk memulai dan menemukan layanan khusus seperti fotografi dan eksplorasi tempat wisata baru yang berkesan yang membedakannya dengan travel lainnya.
“Jika Anda punya pengalaman dan passion di bidang tertentu, jadikan itu sebagai modal awal. Fokus pada nilai yang bisa Anda tawarkan – Bukan hanya soal harga, tetapi juga pelayanan, pengalaman, dan kepuasan pelanggan. Jalin hubungan baik dengan klien dan mitra bisnis – Kepercayaan adalah kunci utama dalam industri perjalanan.
Terus belajar dan beradaptasi – Dunia pariwisata terus berubah, dan kita harus siap mengikuti tren serta kebutuhan wisatawan. Hari ini, saya tidak hanya seorang Tour Leader, tetapi juga seorang pengusaha di industri travel. Dan perjalanan ini masih terus berlanjut,” pungkas Zusy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News