Womanindonesia.co.id – Di tengah tantangan global yang terus berubah, industri mode Indonesia tidak hanya berbicara soal tren, tapi juga soal jati diri dan arah masa depan. JF3 Fashion Festival 2025 hadir bukan sekadar ajang peragaan busana, melainkan menjadi panggung diplomasi budaya, regenerasi talenta, dan transformasi industri mode ke arah yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Dengan mengusung tema “Recrafted: A New Vision”, JF3 menempatkan warisan budaya sebagai landasan untuk membangun masa depan. Melalui pemaknaan ulang atas tradisi dan keahlian tangan, JF3 mendorong para pelaku mode untuk bereksperimen, berinovasi, dan keluar dari zona nyaman.
Bagi Thresia Mareta, penasihat JF3 sekaligus pendiri LAKON Indonesia, tema ini menyuarakan pesan penting bahwa fashion tidak hanya tentang pakaian.
“Kami percaya bahwa fashion bukan sekadar benda. Fashion mengandung arti yang sangat luas, mencakup bahasa, warisan, seni, norma, etika, dan ilmu. Esensinya terletak pada keterampilan tangan. Namun agar tradisi bisa terpelihara, ia harus terus berkembang,” ujarnya di Jakarta, Kamis (17/7).
Ia menegaskan bahwa makna re-crafted membutuhkan keahlian dan kemauan agar tidak terjebak dalam pengulangan, dan bahwa satu-satunya batas yang ada adalah sejauh mana visi itu sendiri dapat diwujudkan.
“Sering kali kita terjebak dalam kenyamanan, dan hal ini membuat kita berjalan di tempat. JF3 hadir sebagai ruang kolaboratif yang mengedepankan inovasi dan perubahan, sebuah platform di mana semua pihak bisa bertumbuh bersama dan saling memperkuat. Recrafted: A New Vision bukan hanya sekadar tema. Ini adalah sebuah gerakan. Ini adalah waktunya untuk kita bergerak lebih jauh dengan derap langkah yang baru.”
Ekspansi Internasional dan Kolaborasi Lintas Negara
JF3 tahun ini menunjukkan ekspansi lebih luas dengan menghadirkan kolaborasi internasional sebagai wujud nyata diplomasi budaya. Desainer-desainer muda dari Prancis, Vietnam, Laos, Thailand, hingga Korea Selatan akan memperkaya panggung JF3.
Kolaborasi istimewa antara LAKON Indonesia dengan desainer Prancis Victor Clavelly dan Héloïse Bouchot menjadi sorotan utama. Victor Clavelly dikenal atas karyanya bersama figur dunia seperti Rick Owens, Katy Perry, FKA Twigs, hingga Beyonce
Desainer muda lainnya seperti Solène Lescouët, Ornella Jude Ferrari, dan Louise Marcaud juga membawa nuansa baru dari Prancis, memperkuat kerja sama antara JF3 dan institusi seperti École Duperré Paris dan WSN dari Paris Trade Show. Tak ketinggalan, kehadiran desainer Korea Selatan seperti Chung Hoon Choi, Lee Joon Bok, dan Baek Ju Hee, mengokohkan peran JF3 sebagai titik temu mode Asia dan global.
Ekosistem Fashion yang Regeneratif
Bersamaan dengan pertunjukan mode, JF3 menghadirkan program-program regeneratif seperti Future Fashion Award dan PINTU Incubator. Kedua inisiatif ini mendorong pertumbuhan desainer muda tidak hanya secara kreatif, tetapi juga dari sisi bisnis dan produksi.
Program Future Fashion Award memberikan dukungan finansial serta mentoring kepada dua brand muda terpilih melalui proses seleksi berbasis proposal bisnis. Sementara PINTU Incubator yang telah memasuki tahun keempat hasil kerja sama JF3, LAKON Indonesia dan Kedutaan Besar Prancis melalui IFI, menjadi ruang pembibitan desainer masa depan dengan pendampingan intensif.
Soegianto Nagaria selaku Chairman JF3 menegaskan arah baru yang diambil festival ini. “Selama dua dekade, JF3 membuktikan bahwa ketika kreativitas didukung oleh struktur yang kuat dan lengkap, ia mampu menciptakan dampak yang luas. Dengan dukungan fasilitas dan konektivitas dengan dunia ritel dari Summarecon Malls, JF3 membuka berbagai peluang bagi pelaku industri yang siap memenuhi standar,” katanya.
Ia pun menyampaikan bahwa memasuki babak ketiga perjalanannya, JF3 diarahkan untuk menjadi ruang tumbuh bagi generasi penerus. “Memasuki dekade ketiga ini, JF3 fokus pada regenerasi. Kami percaya masa depan industri fashion Indonesia ada di tangan anak-anak muda yang berani bermimpi, bereksperimen, dan melampaui batas. JF3 hadir untuk menyokong langkah mereka, membukakan pintu, dan mendukung mereka menjadi bagian dari ekosistem industri global.”
Sinergi Ritel, Edukasi, dan Urban Culture
Tidak berhenti pada runway, JF3 juga memperkuat sisi komersial dan kultural melalui Niwasana by Fashion Village dan Code Street by DRP Jakarta. Niwasana akan menghadirkan lebih dari 50 brand lokal terkurasi di Summarecon Mall Kelapa Gading, sementara Code Street di Summarecon Mall Serpong akan menjadi rumah bagi ekspresi streetwear dan budaya urban dari Prancis dan Indonesia.
Program JF3 Model Search dan JF3 Talk juga tetap berjalan, membuka ruang regenerasi model profesional dan forum lintas generasi antara pelaku industri dan pembuat kebijakan.
Sebagai festival mode yang lahir dari kerja sama antara Summarecon, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemkab Tangerang, serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, JF3 telah melampaui batas sebagai sekadar ajang fashion. Ia kini berdiri sebagai cultural movement yang menyatukan kreativitas, warisan, regenerasi, dan inovasi dalam satu panggung yang mendunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News