WomanIndonesia.co.id – Diskusi tentang obat generik dan obat paten sering kali diwarnai dengan miskonsepsi. Banyak masyarakat masih beranggapan bahwa obat generik memiliki kualitas yang lebih rendah dibanding obat paten. Padahal, secara ilmiah dan berdasarkan regulasi, obat generik memiliki efektivitas yang sama dengan obat paten karena keduanya mengandung zat aktif identik, hanya berbeda di sisi harga dan merek dagang.
Momentum World Pharmacist Day 2025 yang diperingati PT Hexpharm Jaya Laboratories (Hexpharm Jaya), anak perusahaan PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe), menjadi ruang edukasi penting untuk meluruskan persepsi ini. Dalam kegiatan yang diikuti lebih dari 60 apoteker, Hexpharm Jaya menegaskan kembali komitmennya menghadirkan obat generik setara paten yang aman, efektif, serta terjamin mutunya.
“Kami menyampaikan rasa bangga dan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh apoteker. Bagi kami di Hexpharm Jaya, apoteker bukan sekadar mitra, tetapi juga garda depan kesehatan masyarakat yang setiap hari memastikan obat berkualitas sampai ke tangan pasien dengan aman dan tepat. Hari ini, kita tidak hanya merayakan peran apoteker, tapi juga memperkuat komitmen bersama untuk selalu mengedepankan kualitas obat, integritas profesi, dan kepedulian terhadap pasien,” jelas Group Business Head PT Hexpharm Jaya Laboratories, apt. Sri Wiyanti Cahya, S.Farm di Cikarang, Kamis (25/9).
Mitos bahwa obat generik lebih lemah dari obat paten terbantahkan lewat proses produksi yang sama ketatnya. Hexpharm Jaya memastikan setiap obat generik diproduksi sesuai standar internasional sehingga tidak kalah kualitas.
“Dengan memastikan ketersediaan obat generik berkualitas, kami membantu apoteker menjalankan perannya sekaligus memperkuat sistem kesehatan nasional. Obat berkualitas lahir dari pabrik yang berkomitmen pada mutu. Kami di Hexpharm Jaya memegang prinsip kualitas adalah investasi untuk kesehatan bangsa,” ujar Group Marketing Head PT Hexpharm Jaya Laboratories, apt. Feri, S.Farm.
Pernyataan ini dipertegas oleh apt. Tri Lestari Wahyundari, S.Si, selaku Site Head PT Hexpharm Jaya Laboratories. Ia menyebutkan, “Di Hexpharm Jaya, setiap obat yang kami hasilkan memiliki standar mutu yang setara dengan obat paten dengan harga terjangkau. Hal ini selaras dengan misi Kalbe untuk meningkatkan kualitas dan akses layanan kesehatan kepada masyarakat. Site visit ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai proses produksi obat-obatan yang berkualitas di Hexpharm yang secara langsung mendukung apoteker untuk menyediakan pilihan pengobatan yang efektif dan terjangkau bagi pasien.”
Dengan kata lain, perbedaan antara obat generik dan paten bukan pada mutu, melainkan pada aspek hak cipta dan komersialisasi. Obat paten adalah obat yang pertama kali ditemukan perusahaan farmasi tertentu dan dilindungi hak paten selama periode tertentu. Setelah masa paten berakhir, perusahaan lain dapat memproduksi versi generiknya dengan kandungan sama, sehingga harga menjadi jauh lebih terjangkau.
Peran Apoteker dalam Edukasi Pasien
Namun, fakta medis ini sering kali belum dipahami sepenuhnya oleh masyarakat. Di sinilah peran apoteker menjadi krusial, yaitu sebagai jembatan pengetahuan antara pasien dan obat.
“Saya percaya obat berkualitas harus selalu diiringi edukasi yang jelas kepada pasien. Peran apoteker tidak berhenti di meja penyerahan obat, tetapi memastikan setiap pasien memahami cara menggunakan obat dengan benar, aman, dan sesuai anjuran. Sebab kesehatan dimulai dari hal-hal sederhana, yakni obat yang tepat, cara minum yang benar, serta edukasi yang konsisten,” ujar Health Influencer, apt. Rinaldi Nur Ibrahim, S.Farm.
Ia menambahkan, dukungan obat generik berkualitas justru memperkuat kepercayaan pasien terhadap pelayanan apoteker. “Apoteker adalah jembatan penting antara obat dan pasien. Dengan dukungan obat generik berkualitas dari Hexpharm Jaya, kami dapat memberikan pelayanan yang lebih baik, membangun kepercayaan pasien, dan pada akhirnya membantu mewujudkan Indonesia yang lebih sehat,” jelas Rinaldi.
Menggunakan Era Digital untuk Meluruskan Mitos
Rinaldi yang aktif sebagai health influencer menekankan pentingnya peran media sosial dalam meluruskan berbagai mitos seputar obat. “Di era digital, media sosial menjadi saluran penting bagi apoteker untuk menjangkau masyarakat lebih luas. Saya pribadi memanfaatkannya untuk membagikan informasi farmasi, tips penggunaan obat yang benar, serta meluruskan berbagai miskonsepsi yang beredar. Dengan cara ini, edukasi kesehatan bisa hadir langsung di genggaman masyarakat,” ujarnya.
Baginya, personal branding apoteker bukan sekadar membangun citra, melainkan wujud nyata tanggung jawab profesi. Personal branding sebagai apoteker di media sosial bukan sekadar konten, tetapi wujud tanggung jawab profesi.
“Dengan cara berkomunikasi yang lebih ringan, interaktif, dan relatable, kami berupaya agar masyarakat tidak hanya tahu tentang obat, tapi juga merasa dekat dengan sosok apoteker sebagai sahabat kesehatan mereka. Saya percaya, di balik setiap unggahan edukatif di media sosial, ada dampak nyata, yaitu pasien lebih sadar pentingnya patuh minum obat, masyarakat lebih percaya pada obat generik, dan profesi apoteker semakin dihargai,” tutup Rinaldi.
Perdebatan obat generik versus obat paten seharusnya sudah tidak lagi berkutat pada kualitas, melainkan pada akses. Keduanya sama-sama efektif, hanya saja obat generik memberikan solusi lebih terjangkau bagi masyarakat luas. Dengan edukasi yang tepat dari apoteker, mitos seputar obat generik bisa dipatahkan, sehingga masyarakat lebih percaya untuk mengonsumsi obat sesuai kebutuhan medis tanpa rasa ragu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News