Womanindonesia.co.id – Pemanfaatan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) kini semakin luas, termasuk dalam urusan gizi anak-anak berkebutuhan khusus. Yayasan Inklusi Pelita Bangsa (YIPB) bersama Grab-OVO memperkuat keamanan dan transparansi dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) Swasta melalui inspeksi berkala dan optimalisasi command center berbasis AI di sekolah-sekolah khusus di Provinsi Banten.
Kolaborasi ini menjadi langkah nyata integrasi teknologi dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dalam bidang gizi dan ketahanan pangan. Melalui sistem digital, pengawasan terhadap proses penyediaan makanan dilakukan secara real-time untuk memastikan bahwa setiap anak menerima asupan yang bergizi, aman, dan sesuai kebutuhan khusus mereka.
Program MBG Swasta yang digagas YIPB bersama Grab-OVO telah menjangkau 18 Sekolah Khusus (SKh) di lima wilayah Banten, yakni Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Serang, dan Kota Cilegon. Sejak April 2025, sebanyak 12 UMKM termasuk dapur kantin sekolah terlibat aktif dalam penyediaan makanan bergizi bagi lebih dari 2.200 anak-anak berkebutuhan khusus dan guru.
Ketua Pelaksana Harian YIPB, Cahaya Manthovani, menilai sinergi lintas sektor ini telah membuahkan hasil yang positif.
“Ini adalah bukti bahwa sinergi antara sektor publik dan swasta dapat menghasilkan solusi konkret untuk menjamin pemberian makanan sehat dan bergizi guna mendukung anak-anak berkebutuhan khusus. Kami melihat banyak sekolah khusus yang belum tersentuh program MBG di Provinsi Banten dan ini adalah program MBG yang pertama kali diadakan untuk Sekolah Khusus,” jelas Cahaya dalam keterangan tertulisnya, Senin (6/10).
Ia menambahkan bahwa sistem pengawasan program ini menggunakan tata kelola end-to-end secara digital.
“Banyak dari siswa berkebutuhan khusus memiliki pantangan makanan tertentu, jadi penting bagi kami memastikan makanan yang diberikan tidak hanya bergizi, tapi juga aman, bersih, dan sesuai kebutuhan. Karena itu, kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kerja sama yang baik selama ini dari Dinas Kesehatan dan Pendidikan di masing-masing kota/kabupaten selama ini,” paparnya.
Dalam pelaksanaannya, YIPB melibatkan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan setempat sejak tahap perencanaan hingga eksekusi. Pendampingan dilakukan mulai dari inspeksi lingkungan dan kebersihan dapur mitra UMKM, pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), hingga edukasi soal kebutuhan nutrisi dan alergi anak berkebutuhan khusus.
Maya Miranda Ambarsari, Ketua Pembina YIPB, menekankan pentingnya gotong-royong lintas sektor dalam menciptakan dampak sosial yang berkelanjutan.
“Inisiatif ini menjadi bukti nyata bahwa gotong-royong pihak swasta serta pemanfaatan teknologi dan ekosistem digital dapat didorong pemerintah untuk menunjang program-program strategis nasional di bidang gizi dan ketahanan pangan. Kehadiran inisiatif MBG Swasta ini kiranya dapat dipertimbangkan sebagai salah satu model pelengkap MBG yang telah diterapkan selama ini oleh pemerintah dan bisa direplikasi di berbagai program bantuan sosial lainnya di Indonesia. Ini adalah bentuk komitmen jangka panjang kami untuk membantu menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi anak-anak Indonesia yang berkebutuhan khusus,” ujarnya.
Maya menambahkan bahwa pengawasan berbasis teknologi menjadi pilar penting dalam memastikan program berjalan efektif dan berintegritas.
“Melalui pemanfaatan teknologi dan prosedur pengawasan yang terus kami evaluasi dan perketat, kami bismillah selalu berupaya memastikan proses distribusi makanan berjalan transparan, aman, dan mendukung keberlangsungan UMKM lokal dan kantin sekolah di sekitar lokasi program,” tutupnya.
Sementara itu, Neneng Goenadi, Chief Executive Officer Grab Indonesia, menjelaskan bahwa program MBG Swasta dirancang dengan tiga pilar utama.
“Pertama, pemanfaatan teknologi untuk proses yang lebih mudah dan transparan dengan membangun sistem distribusi makanan bergizi yang efisien dan real-time melalui aplikasi dan teknologi Grab. Kedua, penerapan protokol standar keamanan, kebersihan, dan gizi makanan berdasarkan rekomendasi ahli gizi dan Dinas Kesehatan setempat dengan mengacu pada standar Badan Gizi Nasional. Serta, pemanfaatan command center berbasis teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk memantau secara real-time proses dan protokol penyediaan makanan. Dan pilar terakhir, pemberdayaan mitra UMKM dan kantin sekolah untuk menciptakan dampak ekonomi yang positif secara langsung di level ekonomi lokal,” terang Neneng.
Dalam kunjungan lapangan yang dilakukan baru-baru ini, tim YIPB bersama Grab-OVO meninjau tiga titik utama: mitra UMKM Omah Kulina untuk memastikan kebersihan dapur, Sekolah Khusus Assalam 01 & 02 sebagai penerima manfaat, serta MBG Command Center di kantor GrabSupport Jakarta Selatan. Kegiatan ini turut dihadiri oleh Karaniya Dharmasaputra, Presiden Direktur OVO, dan Kertapradana, Director ID Commercial, Strategic Partnership & Multimoda, Grab Indonesia.
Kehadiran command center dan sistem pengawasan berbasis AI diharapkan dapat menjadi model inovasi CSR berbasis teknologi yang menjamin akuntabilitas dan keberlanjutan program sosial di masa depan. Sinergi antara YIPB, Grab-OVO, dan pemerintah daerah menunjukkan bahwa transformasi digital dapat berperan besar dalam memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan anak-anak berkebutuhan khusus di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News