Meminta oleh-oleh kepada teman atau saudara yang sedang pulang kampung dilarang oleh Rasulullah SAW. Dan, kebiasaan meminta oleh-oleh termasuk bagian dari perkara meminta-minta.
Womanindonesia.co.id – Sudah menjadi kebiasaan di Indonesia ketika seorang teman atau kerabat yang pulang kampung, maka seorang teman akan meminta oleh-oleh. Biasanya oleh-oleh berubah barang atau makanan ciri khas dari daerah asal teman yang pulang kampung.
Kebiasaan meminta oleh-oleh ternyata harus dihentikan. Untuk lebih jelasnya simak penjelasannya berikut ini:
Hukum Meminta Oleh-oleh Dalam Islam
Jadilah tipikal orang Indonesia yang lekat dengan oleh-oleh memang susah dihilangkan. Bepergian tanpa membawa pulang oleh-oleh pun seakan sudah mendarah daging jadi kultur masyarakat kita.
Maka dari itu mari pelan-pelan pola pikir kita semua harus diubah mengenai kebiasaan meminta oleh-oleh. Jika Anda bisa memposisikan diri sebagai seseorang yang dimintai oleh-oleh juga, Anda pasti paham kenapa Anda dilarang meminta oleh-oleh pada mereka.
Pada dasarnya, sikap meminta-mintalah yang dilarang oleh Rasulullah SAW. Dan, kebiasaan meminta oleh-oleh termasuk bagian dari perkara meminta-minta. Mengutip dari berbagai sumber, sebaiknya kebiasaan ini dihentikan.
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ
“Terus-menerus seseorang itu suka meminta-minta kepada orang lain hingga pada hari kiamat dia datang dalam keadaan di wajahnya tidak ada sepotong dagingpun.” (HR. Al-Bukhari no. 1474 dan Muslim no. 1725).
Larangan lainnya juga disebutkan berdasarkan riwayat dari Hakim bin Hizam radhiallahu anhu dia berkata,
“Saya pernah meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau pun memberikannya padaku. Kemudian aku meminta lagi, maka diberikannya lagi. Kemudian aku meminta lagi, maka beliau pun memberikannya lagi. Sesudah itu, beliau bersabda,
إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِطِيبِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى
‘Sesungguhnya harta ini adalah lezat dan manis. Maka siapa yang menerimanya dengan hati yang baik, niscaya ia akan mendapat berkahnya. Namun, siapa yang menerimanya dengan nafsu serakah, maka dia tidak akan mendapat berkahnya, Dia bagaikan orang yang makan namun tidak pernah merasa kenyang. Dan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah’.” (HR. Al-Bukhari no. 1472 dan Muslim no. 1717).
Dari kedua hadits di atas, maka jelas bahwa kebiasaan meminta oleh-oleh kepada kerabat yang berpergian harus dihentikan. Sebab, meminta oleh-oleh sama saja kita membebani mereka amanah dan amanah wajib dipenuhi. Maka, sebaiknya ganti pesanan oleh-oleh dengan doa agar mereka sehat dan selamat selama berpegian hingga kembali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News