Womanindonesia.co.id – Angka stunting di Indonesia saat ini masih diketahui tinggi. Oleh sebab itu, wajib kepada orang tua memperhatikan bagaimana cara mencegah stunting.
Dakam hal tersebut, Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) untuk anak dan balita. Prevalensi stunting di Indonesia menurun dari 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6% pada tahun 2022.
Ini adalah kabar baik bahwa anak-anak Indonesia dapat diselamatkan dari stunting atau perawakan pendek.
Presiden RI Joko Widodo mengatakan dalam forum rapat bersama BKKBN bahwa penurunan bukan hanya masalah tinggi badan, tetapi yang paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan belajar anak, gangguan perkembangan dan munculnya penyakit kronis.
Oleh karena itu, Jokowi ingin menurunkan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024. “Harus kita lakukan, saya yakin kalau kita bersatu, kita bisa membuat semuanya berjalan.
Angka ini tidak sulit dicapai, asal semua bekerja sama,” kata Jokowi dalam keterangan Kementerian Kesehatan, Kamis. (26 Januari).
Dia menambahkan, infrastruktur dan kelembagaan yang ada harus disiapkan untuk mengatasi masalah lambat dengan lebih mudah.
Mulai dari lingkungan air bersih, sanitasi dan perumahan sehat, ini merupakan upaya terpadu yang perlu diperkuat.
Jadi target 14% bukanlah target yang sulit, kita mau atau tidak mau. Asal bisa nyambung semua dan tidak salah dalam diet,” kata Jokowi.
Hasil bakti sosial masyarakat digunakan untuk mengukur tujuan stunting Indonesia. Sebelumnya, tunjangan kesejahteraan secara keseluruhan diukur setiap 3-5 tahun.
Mulai tahun 2021, bakti sosial untuk kepentingan umum akan diselenggarakan setiap tahun.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berharap penurunan kasus stunting tahun ini bisa lebih curam lagi di waktu normal untuk memenuhi target penurunan stunting sebesar 14 persen pada 2024.
1. Apa itu stunting?
Stunting adalah suatu kondisi di mana anak-anak kecil tidak dapat berkembang karena kekurangan gizi atau makanan yang tidak mencukupi. Penyebab lainnya juga karena infeksi berulang atau kurangnya rangsangan dari makanan.
Efek jangka panjang dari penyamakan termasuk anak-anak dengan kecerdasan rendah, prestasi akademik yang buruk, pertumbuhan dan perkembangan yang buruk, atau bahkan penyakit.
Perbedaan antara bayi normal dan cacat adalah ukurannya. Balita terbelakang terlihat lebih kecil dari balita seusia mereka. Namun, perbedaan yang tidak terlihat antara keduanya adalah bahwa otak anak yang mengalami stunting tidak terbentuk dengan baik dan dapat menimbulkan efek jangka panjang.
2. Efek stunting
Stunting sebagai penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis pada tahun-tahun awal seorang anak. Risiko stunting sendiri harus dihindari karena secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak saat ini maupun dalam jangka panjang.
Anak yang tumbuh menjadi dewasa kemudian mengalami masalah perkembangan yang mengakibatkan gangguan perkembangan otak.
Efeknya juga tercermin dalam kemampuan kognitif anak Anda. Mereka juga cenderung kesulitan mengingat dan memecahkan masalah serta terjebak dalam aktivitas yang melibatkan aktivitas mental atau otak.
Pertumbuhan kognitif yang lambat di masa depan akan mengarah pada fakta bahwa fungsi intelektual anak akan memburuk, akan muncul kesulitan dalam pemrosesan informasi dan komunikasi.
Hal ini tentunya mempengaruhi proses belajar anak di sekolah dan di rumah, serta kesulitan mereka dalam bergaul dan bermain dengan teman sebayanya.
Perkembangan fisik anak juga otomatis lebih lambat dibandingkan usianya. Perawakan pendek merupakan salah satu ciri paling umum dari anak dengan pertumbuhan terhambat.
Malnutrisi kronis juga menghambat pertumbuhan otot. Anak-anak stunting ini juga terlihat lebih mudah lelah dan tidak bergerak seperti anak-anak pada umumnya.
Efeknya sendiri melibatkan risiko obesitas yang tinggi dan kesulitan melakukan aktivitas dasar sehari-hari.
Saat bayi Anda berjuang melawan keterlambatan pertumbuhan, sistem kekebalannya sendiri sedikit lebih rentan. Anak-anak kemudian rentan terhadap penyakit infeksi yang disebabkan oleh berbagai bakteri atau virus.
Karena sistem kekebalan tubuhnya juga melemah, anak-anak yang kurang berkembang umumnya membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dibandingkan anak-anak pada umumnya.
Hormon pertumbuhan sendiri tidak hanya dikenal sejak kecil, namun efeknya masih bisa dirasakan hingga dewasa.
Hasil penelitian Pediatrics and International Child Health kemudian menemukan bahwa anak-anak yang menderita retardasi pertumbuhan memiliki risiko lebih besar terkena diabetes saat dewasa.
Karena malnutrisi pada masa kanak-kanak mengganggu sistem hormonal insulin dan glukagon di pankreas, yang kemudian mengatur keseimbangan dan metabolisme glukosa.
Akibatnya, misalnya, keseimbangan gula darah lebih cepat terganggu dan tubuh lebih mudah menumpuk jaringan lemak seiring pertumbuhan anak.
Anak yang mengalami keterlambatan pertumbuhan juga berisiko lebih tinggi terkena berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes, dan obesitas.
Salah satu penyebabnya adalah kebutuhan tubuh akan mikro dan makronutrien tidak terpenuhi secara optimal, sehingga perkembangan fungsi seluler tubuh dan lainnya tidak sempurna.
Orang tua juga dapat menawarkan susu formula tambahan kepada anak-anak, mis. B. Nutren Junior, yang mengandung 50% protein susu yang kaya akan sistein dan asam amino esensial.
Nutren Junior juga memiliki berbagai manfaat Omega 3, 6 dan DHA untuk mendukung perkembangan otak anak. Nutren Junior juga dapat diberikan pada anak usia 1-10 tahun untuk berbagai kebutuhan nutrisi harian.
Deformasi kemudian dapat dicegah dengan menjaga kebersihan habitat dan menerapkan gaya hidup sehat. Para orang tua juga disarankan untuk rutin memeriksakan anaknya ke dokter.
Ke depan, demi kebaikan mereka sendiri, mari kita cegah anak-anak menderita stunting sejak dini. Peran orang tua sebagai kunci utama bagi anak adalah mendapatkan nutrisi terbaik dan memenuhi potensinya.
3. Cara mencegah stunting pada anak:
Pengikatan dapat dicegah dengan nutrisi yang tepat selama kehamilan dan menyusui.
Baru-baru ini, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau masyarakat mencegah stunting pada anak dengan mengonsumsi protein hewani bagi ibu hamil dan menyusui.
“Tahun 2023, sesuai dengan motto HGN ke-63, protein hewani harus mencegah retardasi pertumbuhan,” kata Khofifah di Surabaya, Rabu, seperti dikutip artikel womanindonesia sebelumnya.
Protein hewani tertentu seperti daging, ikan, telur dan susu atau produk olahannya sangat baik untuk mengurangi stunting.
Karena protein hewani mengandung nutrisi yang lengkap mulai dari asam amino, vitamin dan mineral yang sangat penting untuk menunjang tumbuh kembang anak.
Khofifah menekankan perbaikan gizi sangat penting, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan, yakni sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun.
Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk mengonsumsi berbagai makanan bergizi dan protein hewani setiap kali makan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News