Womanindonesia.co.id – Di sebuah puskesmas kecil di daerah perbatasan Indonesia, seorang dokter umum kini bisa memeriksa kondisi jantung pasien secara real-time, tanpa harus merujuk ke rumah sakit di kota besar. Ia hanya perlu satu alat: mesin ultrasound terbaru buatan dalam negeri.
Cerita seperti ini semakin mungkin terjadi sejak GE HealthCare menghadirkan dua perangkat ultrasound hasil produksi dalam negeri: LOGIQ™ Totus dan Vivid™ S70N Dimension.
Dengan teknologi canggih dan berbasis kecerdasan buatan (AI), dua alat ini tak hanya menjanjikan pencitraan yang lebih akurat, tapi juga menjadi solusi nyata pemerataan layanan diagnostik, terutama di daerah dengan keterbatasan akses alat kesehatan.
“Inilah wajah baru transformasi kesehatan kita bukan hanya gedung megah atau alat mahal di kota besar, tetapi teknologi yang bisa dibawa ke pelosok, menyentuh mereka yang paling membutuhkan,” ujar Kriswanto Trimoeljo, CEO GE HealthCare Indonesia di Jakarta, Rabu (23/4).
Dengan mendapatkan izin edar alat kesehatan dalam negeri (AKD) serta sertifikat TKDN dari Kementerian Perindustrian, kedua alat ini menjadi bukti bahwa kolaborasi sektor swasta dan pemerintah mampu melahirkan solusi kesehatan yang inklusif dan berdampak luas.
“Produksi lokal alat ini bukan hanya soal kemandirian industri, tetapi juga tentang menciptakan ekosistem yang lebih adaptif terhadap kebutuhan kesehatan nasional,” tambah Kriswanto.
Teknologi AI, Asisten Tak Terlihat di Ruang Diagnostik

Keunggulan utama dari dua alat tersebut terletak pada integrasi AI yang mempercepat proses diagnosa dan meminimalkan margin of error. Tak hanya membantu dokter spesialis, teknologi ini juga memberi kepercayaan diri lebih kepada dokter umum di daerah, yang sering kali harus mengambil keputusan cepat tanpa dukungan radiolog.
“Dalam dunia radiologi, AI kini menjadi mitra penting. Kami bisa lebih cepat menyaring ratusan gambar dan fokus pada area yang benar-benar perlu diperhatikan. Ini sangat membantu, terutama saat beban pasien meningkat,” ungkap Prof. Dr. Rosy Setiawati, dr., Sp.Rad(K), CCD, Ketua Kolegium Radiologi Indonesia.
Menurutnya, kehadiran teknologi ini membuat tenaga kesehatan lebih tenang dan efisien, terutama di fasilitas dengan keterbatasan sumber daya manusia.
Senada dengan itu, dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), FIHA, FAsC, Ketua Perhimpunan Echocardiography Indonesia, menyebutkan bahwa ekokardiografi kini berkembang pesat karena didukung inovasi seperti 4D imaging dan AI.
“Berkat teknologi ini, kami bisa mengidentifikasi risiko penyakit jantung lebih awal, bahkan sebelum gejala muncul. Ini menyelamatkan nyawa,” katanya.
Membuka Akses, Menutup Kesenjangan
Transformasi sistem kesehatan tidak bisa hanya berbicara tentang kota. Fakta di lapangan menunjukkan, pasien di daerah tertinggal masih harus menempuh ratusan kilometer hanya untuk mendapatkan layanan diagnostik dasar seperti USG jantung atau abdomen.
Dengan hadirnya LOGIQ™ Totus dan Vivid™ S70N Dimension yang bersifat portabel dan efisien, skenario ini mulai berubah. Puskesmas dan rumah sakit daerah kini memiliki kesempatan untuk menyediakan layanan yang sebelumnya hanya tersedia di rumah sakit rujukan besar.
“Ini tentang keberpihakan,” kata Dr. Dra. Lucia Rizka Andalusia, Apt., M.Pharm., MARS, Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. “Dengan teknologi yang diproduksi di dalam negeri, kita tidak hanya menguatkan industri nasional, tetapi juga membuka akses bagi jutaan masyarakat yang selama ini termarjinalkan dari layanan kesehatan berkualitas.”
Solehan, SP, MM, Direktur Industri Permesinan dan Alat Pertanian Kemenperin, menambahkan bahwa penguatan industri alat kesehatan bukan semata agenda ekonomi, melainkan investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa.
“Kita bicara tentang alat, tapi sebenarnya kita sedang bicara tentang hidup manusia yang bisa tertolong lebih cepat. Itulah kenapa alat kesehatan dalam negeri harus menjadi prioritas nasional,” ujarnya.
Di balik mesin, kabel, dan algoritma, ada satu hal yang tidak boleh dilupakan: manusia. Dalam setiap citra ultrasound yang ditampilkan, ada harapan dari seorang ibu hamil yang ingin memastikan bayinya sehat, ada kegelisahan seorang anak yang merindukan ayahnya sembuh dari stroke, atau seorang lansia yang ingin tahu apakah dadanya yang sesak adalah tanda bahaya.
Transformasi kesehatan bukan tujuan akhir, melainkan perjalanan panjang yang penuh tantangan. Namun kehadiran alat ultrasound buatan dalam negeri ini bisa menjadi penanda bahwa jalan itu kini terbuka lebih lebar. Dengan dukungan teknologi, kolaborasi lintas sektor, dan semangat gotong royong, mimpi tentang sistem kesehatan yang adil dan merata bukan lagi utopia.
Karena pada akhirnya, alat kesehatan bukan soal mesin, tetapi tentang bagaimana teknologi bisa mengembalikan senyum, harapan, dan hidup yang lebih baik bagi semua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News