Womanindonesia.co.id – Harga minyak turun hampir 5 persen pada Rabu (15/3) waktu Amerika Serikat (AS) setempat.
Penurunan tersebut terjadi di tengah kekhawatiran bahwa krisis kepercayaan di sektor perbankan dapat memicu resesi dan mengurangi permintaan minyak.
Harga patokan minyak mentah untuk keduanya turun ke level terendah sejak Desember 2021 selama tiga hari berturut-turut.
Minyak mentah Brent turun $3,76, atau 4,9 persen, menjadi $73,69 per barel, menurut laporan Reuters.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun $3,72, atau 5,2 persen, menjadi $67,61 per barel.
Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial, menambahkan bahwa tekanan jual yang kuat di pasar saham AS pada hari Rabu meningkatkan likuidasi dana minyak mentah.
Brent turun 10 persen sejak penutupan Jumat, sementara minyak mentah AS turun lebih dari 14 persen.
Dolar AS juga terapresiasi terhadap sekeranjang mata uang, membuatnya lebih mahal bagi pemegang mata uang tersebut untuk membeli minyak mentah.
Harga minyak juga terbebani oleh persediaan minyak mentah AS, yang naik 1,6 juta barel pekan lalu, lebih dari 1,2 juta barel yang diperkirakan dalam jajak pendapat Reuters terhadap para analis.
“Alasan utama pelemahan harga adalah kekhawatiran luas tentang ekonomi global dan selera risiko di pasar,” kata Stacey Morris, direktur riset energi di VettaFi.
Pada saat yang sama, harga didukung oleh angka yang menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi China siap untuk pulih dalam dua bulan pertama tahun 2023 setelah berakhirnya langkah-langkah pengendalian COVID-19 yang ketat.
Rabu lalu, laporan bulanan Badan Energi Internasional mengisyaratkan peningkatan permintaan minyak China, sehari setelah OPEC menaikkan perkiraan permintaan China pada 2023.
Minyak mentah juga memulihkan beberapa kerugian sebelumnya, bersama dengan tolok ukurnya, karena regulator Swiss menjanjikan likuiditas untuk Credit Suisse, yang sahamnya turun sebanyak 30 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News