Womanindonesia.co.id – Harga minyak menguat pada penutupan Senin (13 Februari) siang waktu AS atau Selasa (14 Februari) pagi WIB.
Melansir dari Antara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk bulan Maret naik 42 sen, atau 0,5 persen, menjadi $80,14 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent April di bursa berjangka ICE London naik 22 sen, atau 0,3 persen, menjadi $86,61 per barel.
Harga tersebut merupakan rebound dari penurunan awal setelah investor mempertimbangkan rencana Rusia memangkas produksi minyak pada Maret mendatang.
Selain itu, ada juga kekhawatiran permintaan jangka pendek menjelang rilis data inflasi AS minggu ini. “Fundamental minyak tetap sangat kuat,” kata Phil Flynn, analis Price Futures Group.
“Dengan China dibuka kembali, kami melihat lebih banyak permintaan dan Rusia serta OPEC memiliki lebih banyak atau lebih sedikit pasokan, yang optimis.”
Pada Jumat (2/10), harga minyak naik ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir. Itu karena Rusia, produsen minyak terbesar ketiga dunia, mengakui memangkas produksi minyaknya sebesar 500.000 barel per hari (bpd) pada Maret.
Dengan kata lain, Rusia akan memangkas 5 persen produksinya sebagai pembalasan atas pembatasan ekspor Barat akibat konflik di Ukraina.
Menteri energi UEA mengatakan kelompok produsen minyak OPEC+ tidak boleh bertemu lebih awal dari yang direncanakan karena pasar seimbang.
Selain itu, Brent dan WTI berjangka naik lebih dari 8 persen minggu lalu, dibantu oleh optimisme tentang pemulihan permintaan di China setelah pembatasan COVID dicabut pada bulan Desember.
Selain itu, Federal Reserve AS telah menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi, memicu kekhawatiran bahwa hal itu akan memperlambat aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.
“Sulit untuk melebih-lebihkan pentingnya titik data tunggal ini karena para pedagang dan Fed mencari konfirmasi penurunan bertahap yang terlihat dalam beberapa bulan terakhir,” kata Matthew Ryan, kepala strategi pasar di perusahaan jasa keuangan Ebury.
Namun, kekhawatiran tentang keamanan pasokan agak mereda ketika kargo minyak Azeri meninggalkan pelabuhan Ceyhan, Turki, Senin lalu.
Keberangkatan ini merupakan yang pertama di wilayah tersebut sejak gempa dahsyat yang melanda Senin lalu (6 Februari).
Ceyhan adalah tempat penyimpanan dan pemuatan jaringan pipa yang membawa minyak dari Azerbaijan dan Irak.
Administrasi Informasi Energi AS juga mengatakan produksi minyak serpih AS diperkirakan mencapai rekor tertinggi pada Maret dari prospek pasokan di tujuh cekungan serpih terbesar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News