WomanIndonesia.co.id – Bumi merupakan rumah kita satu-satunya, namun kondisinya kini semakin menderita dampak dari ulah manusia yang merusak lingkungan (eco-vandalism). Jika kerusakan bumi makin parah tak ada lagi planet yang memadai sebagai penggantinya.
Maka bumi dan lingkungannya wajib kita lestarikan eksistensi dan fungsinya. Inilah yang mendorong Yeni Fatmawati F. Idris, pemangku ICLaw bekerjasama dengan Rayakultura, menyelanggarakan Lomba Cipta Cerpen Cinta Bumi (LCCCB), Genre Sastra Hijau. LCCCB ini mengusung tema “Merawat dan Melestarikan Bumi Rumah Kita Satu-satunya”.
Ketua Dewan Juri Naning Pranoto mengatakan ada dua kategori yang dilombakan yakni Kategori A ditujukan untuk pelajar SMA/SLTA dan Kategori B bagi mahasiswa, guru, dosen, umum. Lomba cerpen yang dibuka sejak 5 Januari lalu dan ditutup 30 Maret lalu telah mengumpulkan sebanyak 1.659 judul cerpen yang terdiri dari 597 Kategori A dan 1.062 judul Kategori B.
Pesertanya dari Aceh hingga Papua, Malaysia, Hong Kong dan Taiwan. Secara pendidikan formal peserta dari 46 SMA/SLTA dan 51 Universitas di Tanah Air.
“Peserta dari Jakarta sedikit itupun dari anak sekolah yang sedang mengerjakan tugas sekolah. Yang banyak justru Madura kemudian dari Riau juga banyak lalu merembet ke Sumatera, kalau di Jawa banyak sastrawan,” jelas Naning Pranoto saat pengumuman para pemenang LCCCB sekaligus merayakan “Hari Bumi Sedunia” di Villa Fahmi Idris Desa Cimacan, Jalan Raya Cibodas Kampung Rarahan Cibodas Jawa Barat.
Dan yang membuat mantan wartawan senior ini kagum adalah, para peserta LCCCB dari luar negeri seperti Malaysia, Hong Kong dan Taiwan. Mengapa demikian? Pasalnya mereka bukanlah kalangan pelajar dan mahasiswa melainkan asisten rumah tangga. “Bahkan ada yang kerjaanya cuman ngurusin orang tua tapi kok bisa nulis,” ujarnya takjub.
Dilihat dari jumlah peserta dan jumlah naskah yang diterima panitia, capaian LCCCB 2019 ini bisa dikatakan melampaui target dan ekspektasi. Mencermati latar belakang pendidikan peserta (dari SMA sampai S-3), jumlah sekolah, institusi atau universitas, dan luas penyebaran peserta berdasarkan asal dan tempat tinggalnya, tampak benar antusiasme peserta begitu besar dan merata.
Demikian juga jika dilihat dari kesungguhan peserta dalam menggarap tema lomba “Merawat dan Melestarikan Bumi Rumah Kita Satu-satunya” dewan juri optimis dan meyakini, bahwa tujuan lomba ini untuk menanamkan, meningkatkan, dan menyebarkan wacana tentang pentingnya menjaga, merawat, dan memelihara bumi sebagai tempat tinggal kita bersama, lebih efektif melalui sastra, khususnya sastra hijau.
“Kenapa ‘Sastra Hijau’ dicanangkan dan digaungkan? ini jadi misi untuk merawat bumi. Kita mengajak semua menulis prosa, puisi untuk melestarikan bumi. Sebuah gerakan melestarikan alam dari pena,” kata Yeni Fatmawati.
Ia berharap agar gerakan menulis cerpen sastra hijau ini menjadi satu pemicu semangat anak-anak Indonesia juga untuk masyarakat Indonesia dalam melestarikan alam. “Di momen ‘Hari Bumi Sedunia’ kita ingin mengetuk pemerintah dan lembaga non pemerintah untuk bersama-sama melakukan gerakan ini secara berkesinambungan,” ungkap perempuan yang gemar melukis ini.
Secara keseluruhan, dapat dikatakan hampir semua cerpen yang dikirim para peserta lomba ini, sesuai dengan tema yang ditawarkan panitia. Bahkan, tidak sedikit yang mengaitkannya dengan tradisi leluhur, mewamainya dengan kisah mitos, legenda, dan cerita rakyat, serta coba pula memasukkan nilai-nilai kearifan lokal berikut makna di balik petatah-petitih, peribahasa, dan tabu atau larangan yang masih tetap hidup di tengah masyarakat Nusantara.
Semua bahan itu dikemas dan disajikan dalam bentuk cerpen. Artinya, para peserta sangat memahami bahwa cerpen bukanlah artikel wisata, bukan khotbah atau propaganda tentang lingkungan hidup, bukan pula petunjuk tentang cara membuang dan memperlakukan sampah sebagaimana mestinya.
Begitulah, cara mengolah, mengemas, dan menyajikan tema lomba, jadinya begitu variatif, menarik, dan inspiratif. Jadi, dalam banyak hal, keseluruhan cerpen yang mengikuti lomba ini, sejalan dengan semangat yang mendasari filosofi sastra hijau, yaitu pesan tentang perawatan dan pelestarian bumi dan seisinya yang disampaikan dengan tetap mempertahankan estetika cerpen.
“Saya optimis bahwa bangsa ini akan kembali akrab dengan alam, memelihara bumi. Secara tematis mereka mengungkapkan warna lokal alam lingkungan mereka. Alam sebagai sodara bagi kehidupan mereka yang tidak muncul di masyarakat perkotaan,” jelas Maman S. Mahayana selaku Juri Kehormatan LCCCB.
Kritikus Sastra ini juga mengatakan semua cerpen yang dikirim para peserta dari berbagai daerah mewakili dan menggambarkan potret alam di daerahnya masing-masing. “Tanpa sadar para pemenang mewakili daerahnya. Karena itu jika lomba ini berkelanjutan akan jadi virus bagus pada anak sekolah dan sastrawan,” katanya.
Bagaimanapun juga, cerpen bukanlah sekadar sebuah cerita yang menyampaikan pesan tertentu. Di sana, diperlukan nilai-nilai keindahan, estetika, dan ekspresi bahasa yang lincah, mengalir dengan segala metafora, simbolisme atau analogi yang segar. Cerpen juga bukanlah sekadar cerita yang dibayangkan. Ia memerlukan wawasan pengetahuan dan pengalaman otentik yang menjadi kekayaan batin.
Oleh karena itu, untuk memilah dan memilih cerpen-cerpen terbaik dan layak menjadi pemenang lomba ini, dewan juri membuat kriteria penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sosial, dan spiritual. Adapun kriterianya yakni keaslian (orisinalitas), kepaduan (koherensi), kedalaman (kompleksitas), kemengaliran, dan kesesuaian tematik.
Lomba apa pun dengan mengusung tema tertentu bertujuan agar peserta lomba sejak awal menyadari, bahwa ada persoalan yang melatarbelakangi pemilihan tema tersebut. Di balik itu, ada harapan yang paling mendasar. Oleh karena itu, kesesuaian tematik menjadi bahan pertimbangan serius bagi dewan juri sebagai salah satu kriteria penilaian.
“Dengan menetapkan kriteria penilaian sebagaimana dipaparkan di atas, dewan juri dapat menentukan pilihannya secara objektif dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis,” jelas Maman.
Meskipun demikian, untuk menghindari adanya penilaian subjektif, panitia sengaja menghilangkan atau menghapus nama-nama peserta dalam setiap naskah cerpen. Dengan cara demikian, dewan juri sama sekali tidak mengetahui nama-nama penulis cerpennya, ketika dewan juri melakukan penilaian.
Berikut ini para pemenang cerpen LCCCB ICLaw Green Pen Award 2019
Kategori A
Pemenang Utama
Pemenang I : Judul Cerpen AKU DAN BUMIKU
Karya Elviani Anggratama dari SMA Dhammasavana Jakarta Barat – DKI Jakarta
Hadiah : Uang Tunai Rp2.000.000,- + ICLaw Green Pen Award
Pemenang II : Judul Cerpen SELAMAT ULANG TAHUN Karya Febi Imanuela dari SMA Don Bosco 2 Pulomas – Jakarta Timur
Hadiah : Uang Tunai Rp1.500.000,- + Piagam ICLaw Green Pen Award
Pemenang III : Judul Cerpen BOTOL KUNING Karya Ega Putra Siregar dari SMA 6 Jakarta – DKI Jakarta
Hadiah : Uang Tunai Rp1.000.000,- + Piagam ICLaw Green Pen Award
Tiga Karya Unggulan Terpilih
1. Judul Cerpen WAJAH IBU Karya Kadek Lia Meliana dari SMA Laboratorium Undiksha Singaraja – Bali
Hadiah : Uang Tunai Rp750,000,- + Piagam ICLaw Green Pen Award
2. Judul Cerpen TANGISAN LAUT BIRU Karya Lulu Risya Salsabila dari SMA 7 Tambun Selatan Bekasi – Jawa Bara
Hadiah : Uang Tunai Rp750.000,- + Piagam ICLaw Green Pen Award
3. Judul Cerpen BOOMERANG TAKDIR Karya Sindi Oktaviani dari SMAN 1 Purwokerto – Jawa Tengah
Hadiah : Uang Tunai Rp750.000,- + Piagam ICLaw Green Pen Award
Kategori B
Pemenang Utama
Pemenang I : Judul Cerpen DAUN TEBU KEEMASAN Karya Pipiek Istianti dari Kudus Jawa Tengah
Hadiah : Uang Tunai Rp5.000.000,- + ICLaw Green Pen Award
Pemenang II : Judul Cerpen BELAJAR MENCINTAI BUMI KEPADA NENEK
Karya Abd. Warits dari Sumenep Madura
Hadiah : Uang Tunai Rp3.500.000,- + Piagam ICLaw Green Pen Award
Pemenang III : Judul Cerpen LANAI
Karya Nabila Shasha dari Pekanbaru Riau
Hadiah : Uang Tunai Rp1.500.000,- + Piagam ICLaw Green Pen Award
11 Karya Unggulan
l. Judul Cerpen KOHLERBOOM Karya Ayi Jufridar dari Banda Aceh
2. Judul Cerpen LALIE DJIWO 1903 Karya Yudho Sasongko dari Kedungringin Beji Pasuruan – JawaTimur
3. Judul Cerpen JANJI KEPADA MAMAKWE Karya Susana Srini dari Ambarawa – Jawa Tengah
4. Judul Karya PETUAH Karya Heri Nurdiansyah dari Padalarang – Jawa Barat
5. Judul Cerpen MEMOAR PULAU PISANG Karya Sulfiza Ariska dari Yogyakarta
6. Judul Cerpen HIJAUKAN SUMBAKU Karya Efrem Dedi Keiku dari Banjarbaru – Kalimantan Selatan
7. Judul Cerpen HUTAN YANG TERLARANG Karya Penggi Yunizal dari Payakumbuh – Sumatera Barat
8. Judul Cerpen KEMATIAN MBAH INGAS Karya Ki Sudadi dari Wadaslintang Wonosobo – Jawa Tengah
9. Judul Cerpen KERESAHAN BAUHINIA Karya Wijiati Supari dari Hong Kong
10. Judul Cerpen LAUT ITU RUMAH KAMI Karya Yersita dari Sungailiat Bangka – Bangka Belitung
11. Judul Cerpen PLADU karya Hanifah Hikmawati dari Ngembak, Ngawi – Jawa Timur.
11 judul cerpen yang masuk karya unggulan Kategori B ini masing-masing mendapat hadiah uang tunai Rp750.000,- + Piagam ICLaw Green Pen Award.
Dewan Juri
Naning Pranoto : Ketua merangkap Anggota
Maman S. Mahayana : Juri Kehormatan
Anggota
Wiyatmi
Adri Darmadji Woko
Shinta Miranda
Didien Pradoto
Yeni Fatmawati
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News