Dokumen White Paper di wilayah Asia Pasifik yang dipublikasikan pada tahun 2021 bertajuk “Rising Social and Economic Cost of Major Depression: Seeing the Full Spectrum” yang disponsori oleh Johnson & Johnson Pte. Ltd. Dan dilakukan oleh KPMG Singapura, mengungkapkan bahwa Asia Pasifik memiliki tingkat penyakit depresi dan penyakit jiwa yang jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah lain di dunia.
Dokumen tersebut menyoroti bahwa orang yang hidup dengan depresi 40% kurang produktif daripada individu yang sehat.
Bertempat di Unika Atma Jaya secara resmi meluncurkan kampanyenya di Indonesia yang bertajuk Let’s get to know depression! The Great Blue Sea of Depression dengan tagline #MoreThanBlue untuk meningkatkan kesadaran akan depresi dan menekankan pentingnya mencari pengobatan.
Seminar secara hybrid (luring dan daring) dan terbuka bagi masyarakat umum ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang depresi dan dihadiri oleh peserta yang sebagian besar adalah mahasiswa, termasuk rekan-rekan media.
Kampanye serupa juga digulirkan di beberapa wilayah Asia Tenggara lainnya oleh Johnson & Johnson. Pada fase awal kampanye ini, Johnson & Johnson Indonesia memperkenalkan karakter Alex yang dikembangkan oleh Janssen, perusahaan farmasi dari Johnson & Johnson.
Karakter yang dibuat untuk media sosial ini akan menggambarkan masalahnya, memanusiakan kondisi depresi, dan pada akhirnya diharapkan dapat mengubah persepsi bahwa depresi semuanya sama dengan menunjukkan bahwa depresi itu dapat timbul dalam berbagai bentuk dan gejala yang tidak terduga dan dapat menimpa semua orang.
Sebagai bagian dari peluncuran kampanye ini, Johnson & Johnson Indonesia memperkenalkan penggunaan cerita komik, melalui karakter Alex, sebagai cara untuk menyebarkan edukasi tentang depresi.
Melalui cerita komik ini, masyarakat umum dan generasi muda dapat belajar dan mengenal tentang depresi, dampaknya, serta tanda dan gejala untuk mengenalinya.
Program ini mendorong orang untuk mendapatkan informasi (mengenali tanda-tanda depresi dan dampaknya), mendapatkan skrining (menyadari bahwa mereka tidak sendirian dan dapat disembuhkan), dan mendapatkan bantuan (berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional dan menerima perawatan yang tepat).
Tujuan dari kampanye ini adalah untuk membantu pasien mengenali gejala depresi dengan menciptakan percakapan bahwa depresi tidak semuanya sama, melainkan sebuah spektrum, dan memberdayakan para penderita untuk mencari pengobatan yang tepat.
Mampu mengenali gejala depresi dapat membantu kaum muda mencari bantuan profesional sejak dini dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Beberapa gejala gangguan depresi mayor adalah rasa sedih yang terus menerus, pesimis, rasa tidak berdaya, gampang tersinggung, insomnia, sulit makan, menarik diri hingga melakukan usaha untuk bunuh diri.
Maka, apabila Anda atau keluarga atau teman Anda mengalami gejala-gejala tersebut dan dugaan menderita gangguan depresi mayor, terutama bila ada niat untuk melukai diri sendiri dan/atau bunuh diri, maka sangat disarankan untuk segera berkonsultasi pada tenaga kesehatan jiwa profesional, seperti psikiater, dokter umum, atau psikolog.
Mitos umum tentang depresi adalah bahwa gangguan ini tidak dapat diobati. Namun, sebenarnya depresi adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang paling bisa diobati.
Tanpa pengobatan, penyakit dan gangguan jiwa dapat mempengaruhi hubungan individu dengan keluarga dan teman-teman mereka, karir profesional dan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.
Orang yang menderita depresi dapat menghadapi konsekuensi yang berbahaya dan bahkan fatal karena hampir tidak mungkin mereka mampu menghadapi depresi sendirian.
Devy Yheanne, Country Leader of Communications & Public Affairs for Johnson & Johnson Pharmaceutical in Indonesia & Malaysia mengatakan, kita perlu menghilangkan stigma terhadap depresi di Indonesia. Ini adalah kondisi yang dapat diobati, terutama ketika orang dapat mengenali gejalanya sejak dini dan mencari pengobatan jika diperlukan.
“Kampanye #MoreThanBlue membahas masalah ini dan mendorong masyarakat untuk memahami penyebab, gejala, dan mendapatkan bantuan yang sangat dibutuhkan dari para ahli,” ujarnya.
Meningkatkan kesadaran tentang depresi adalah salah satu langkah pertama untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
Unika Atma Jaya menyambut baik dan mengapresiasi inisiatif Johnson & Johnson Indonesia untuk secara terbuka membahas tentang depresi dan memberikan edukasi. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unika Atma Jaya Dr. Agustinus Prajaka Wahyu Baskara, menyadari pentingnya diadakannya program ini, terutama di kalangan mahasiswa dan generasi muda.
“Unika Atma Jaya terus berkomitmen sebagai pendamping mahasiswa selama di kampus dalam mengembangkan diri dan berproses menjadi pribadi yang mempunyai iman kuat, unggul, professional dan saling peduli,” ujarnya.
Menurutnya kaum muda berpotensi menghadapi banyak stress, tentunya peran orang terdekat juga mempunyai pengaruh kuat. Peran kampus juga menjadi teman untuk memberi ruang bagi kaum muda dalam berdinamika mengenal dan mengembangkan dirinya.
Fadhil Farendy, S, Psi., C.Me., merupakan perwakilan dari Into The Light Indonesia Suicide Prevention Community for Advocacy, Research, and Education (SP-CARE), sebuah komunitas berbasis kepemudaan yang didirikan pada tahun 2013 dengan fokus menjadi pusat advokasi, penelitian, dan pendidikan tentang pencegahan bunuh diri dan kesehatan mental di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News