Womanindonesia.co.id – Tahun Baru Imlek 2023 semakin mendekat dan sudah mulai terlihat di depan mata.
Mengenai Imlek 2023, Pemerintah Indonesia pun sudah menyampaikan pengumuman terkait perayaannya yakni pada 22 Januari 2023 mendatang.
Dengan begitu, menurut Surat keputusan bersama (SKB) yang sudah disetujui oleh Menteri Agama, Menteri ketenagakerjaan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1066 Tahun 2022, Nomor 3 tahun 2022 soal adanya hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2023, ada beberapa hari libur pada Januari 2023.
Selain tanggal merah Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili pada 22 Januari 2023, pemerintah juga telah menetapkan cuti bersama Tahun Baru Imlek 2023 yakni pada Senin, 23 Januari 2023.

Berdasar dari kalender Gregorian, Tahun Baru Imlek dapat dimulai dengan adanya bulan baru yang terjadi di antara 21 Januari dan 20 Februari yang kemudian berlanjut sampai dengan bulan purnama selanjutnya.
Perayaan Imlek 2023 ini juga dijadikan sebagai sarana pengantaran dari tahun lalu ke tahun yang berikutnya.
Dalam hal itu juga termasuk pengantaran dan pendatang keberuntungan serta kemakmuran baru bagi masyarakat.
Imlek 2023 jatuh pada hari Minggu tanggal 22 Januari 2023. Imlek atau tahun baru Cina merupakan salah satu hari besar yang dirayakan oleh orang Tionghoa.
1. Berikut serba-serbi perayaan Imlek 2023.
Kue Ranjang
Kue ranjang memang selalu muncul dalam perayaan tahun baru imlek terutama imlek 2023.
Kue ranjang ini dalam bahasa Mandarinnya ialah Nian Gao atau Ti kwe yang didapatkan dari tempat cetakan kue yang memiliki bentuk seperti keranjang.
Dalam perayaan Imlek, biasanya kue ini disantap lebih dulu saat tahun baru. Harapannya adalah agar mendapatkan keuntungan dalam pekerjaan.
Jeruk Mandarin
Tak hanya kue ranjang, jeruk mandarin juga termasuk ke dalam salah satu serba serbi imlek 2023.
Hampir sama dengan kue ranjang, jeruk mandarin juga akan selalu terlihat dalam perayaan tahun baru imlek. dalam Bahasa Mandarin, Jeruk Mandarin disebut dengan ‘Chi Zhe’. Chi memiliki arti rezeki sedangkan Zhe berarti buah.
Sehingga arti dari buah tersebut dapat disimpulkan dengan buah yang diharapkan membawa rezeki.
Angpau
Angpau biasanya berupa amplop yang berwarna merah. Inilah yang selalu kita nantikan saat perayaan imlek. Salah satu makna Angpau adalah filosofi pemindahan kekayaan atau energi.
Perpindahan kesejahteraan dari kaya ke kaya, dari orang tua ke anak, dari anak kawin ke orang tua.
Barongsai
Perayaan Imlek belum lengkap tanpa barongsai atau barongsai. Menurut kepercayaan, barongsai ini dikatakan untuk mengusir roh jahat, karena mereka percaya bahwa monster, hantu, roh jahat takut dengan suara keras.
Tidak hanya barongsai yang memiliki makna, suara simbal, gong, dan gendang yang mengiringi barongsai konon membawa keberuntungan.
Festival Perayaan
Beberapa daerah di Indonesia juga menggelar perayaan Imlek yang terkenal di antaranya Kirab dan Festival Kuliner di Semarang, Masakan Tionghoa dan Pohon Harapan di Jakarta, Klenteng Nuansa Merah di Ciam, Lampion 2000 di Palembang untuk persembahyangan di Klenteng Po Hwa Kong. di Lombok.
2. Sejarah Imlek

Liem menjelaskan bahwa penanggalan Huang Di sangat efektif pada masa Dinasti Xia (2205 – 1766 SM). Ketika Xia runtuh dan digantikan oleh Dinasti Shang (1766 – 1122 SM), awal tahun baru dimajukan satu bulan.
kemudian, ketika dinasti Shang diganti oleh dinasti Zhou pada 1122 – 255 SM, awal tahun baru pun berubah lagi dan maju sebulan lagi , jatuh pada 22 Desember (atau 21 Desember pada tahun Kabisat), tepat di saat Matahari di atas 23,5° Lintang Selatan. Saat itu merupakan puncak musim dingin di wilayah di utara garis khatulistiwa.
Adapun Konfusius, Kongzi atau Nabi Konghucu hidup pada zaman Zhou (551-479 SM). Ketika salah satu muridnya bertanya tentang pemerintahan yang baik, salah satu jawaban Konfusius adalah kebutuhan untuk menggunakan kembali kalender Dinasti Xia.
Karena penanggalan adalah panduan yang paling cocok untuk bercocok tanam, mengingat sebagian besar masyarakat saat itu hidup dari bercocok tanam.
Singkatnya, penanggalan Xia kembali digunakan pada masa Dinasti Han (202 SM – 221 SM), tepatnya tahun 104 SM. Sebelum Masehi, di bawah Kaisar Han Wu Di (140 – 87 SM), penanggalan Xia memiliki format yang sama dengan penanggalan Tionghoa saat ini.
Karena ketaatan Kaisar Han Wu kepada Kongzi atau Khonghucu, maka tahun pertamanya dihitung dari tahun kelahiran Khonghucu yaitu tahun 551 SM. Karena itu, Tahun Baru Imlek (sekarang 2574 Kongzili) berbeda dengan tahun Masehi sebanyak 551 tahun.
3. Tradisi Perayaan Imlek di Indonesia
Menurut M Ikhsan Tanggok dalam jurnal ‘Perayaan Tahun Baru Imlek dalam Masyarakat Tionghoa di Indonesia’ (Ushuluna Vol 1 No 1, 2015), tahun baru Imlek mempunyai banyak cerita dan simbol-simbol yang digunakan dalam upacaranya.
Malam Tahun Baru Imlek biasanya disambut dengan suka cita. Orang Tionghoa yang menyimpan abu leluhur biasanya berdoa di depan altar keluarga setelah berdoa kepada dewa atau thian.
Biasanya doa ini diucapkan pada tengah malam yaitu pada pergantian tahun. Doa ini dilakukan di tempat ibadah, di luar ruangan, dan di depan meja leluhur (saat keluarga menyimpan abu leluhur).
Ketika keluarga tidak menyimpan abu leluhur, mereka biasanya mengunjungi rumah kerabat tertua tempat penyimpanan abu leluhur dan berdoa di sana. Selain berdoa, setidaknya ada tiga hal yang unik dalam perayaan Imlek, yakni menempelkan kertas merah, bingkisan merah, dan menyalakan petasan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News