Pernikahan yang sehat bukan berarti suatu pernikahan rumah tangga tersebut tidak memiliki permasalahan, namun mereka yang memiliki permasalahan mereka mengatasinya dengan kepala dinging dan penuh tanggung jawab yang harus dipenuhi.
Womanindonesia.co.id – Kunci membina pernikahan yang sehat adalah komitmen jangka panjang antara Anda dan pasangan. Ini karena komitmen dapat berpengaruh pada perasaan Anda terhadap pasangan dan cara Anda bertahan dalam pernikahan, walau pernikahan Anda mungkin sedang berada dalam situasi yang sulit dan yang paling penting pernikahan yang sehat dapat mempengaruhi perkembangan mental anak.
Dalam lingkungan pernikahan yang tidak sehat tidak dapat menjadi tempat berlindung bagi semua anggota keluarga. Selain itu, pola asuh orangtua di pernikahan tidak sehat cenderung menimbulkan aura negatif dan kurang memperhatikan kesehatan mental anak sehingga berdampak terhadap proses tumbuh kembang anak.
Disfungsi keluarga layaknya sebuah domino. Masalah keluarga secara langsung berkaitan dengan kondisi dan perilaku kedua atau salah satu pihak ortu, yang kemudian jadi berdampak langsung terhadap perkembangan anak.
Dampak dari pernikahan yang tidak sehat terhadap anak bersifat jangka panjang, yang akan baru muncul ke permukaan ketika ia tumbuh menjadi remaja atau dewasa. Dampak tersebut cenderung sulit dikenali, ditambah lagi dengan faktor sangat sedikitnya upaya orangtua untuk mengatasi hal tersebut.
Hidup di tengah pernikahan yang tidak sehat juga menyebabkan anak jadi kehilangan kesempatan untuk berkembang secara optimal sebagaimana mestinya, sehingga mereka jadi memiliki kemampuan sosial, emosional dan coping skill yang lebih rendah dibandingkan individu seusianya. Berbeda dengan anak yang hidup dalam lingkungan keluarga yang pernikahannya sehat akan memberikan dampak positif bagi kesehatan mental anak.
Tanda Pernikahan yang Sehat
Berikut ini beberapa tanda kehidupan pernikahan yang sehat dan bahagia yang perlu Anda ketahui:
1. Mendiskusikan rencana masa depan dengan kepala dingin
Saat mendiskusikan rencana masa depan, biasanya akan timbul beberapa kecemasan dan rasa takut apabila salah mengambil keputusan. Misalnya, saat merencanakan tabungan pendidikan untuk anak. Akibat hal ini, beberapa pasangan suami istri selalu berdebat saat mendiskusikannya.
Kondisi tersebut bisa terjadi karena kalian tidak bisa saling percaya. Dalam hubungan yang sehat, pasangan suami istri akan menghadapinya tanpa rasa takut dan bersemangat menyambut masa depan. Saat berdiskusi kalian pun selalu terbuka dengan ide dan pendapat satu sama lain.
2. Pasangan suami istri tidak saling mengontrol
Dalam hubungan yang tak sehat, sesorang mencoba mengontrol kehidupan pasangannya dan memaksakan pandangannya pada mereka. Banyak yang salah mengartikan perlakuan ini sebagai bentuk perhatian. Padahal kenyataannya, dia hanya ingin memegang kendali atas segalanya. Perlu diingat bahwa setiap orang tentunya punya privasi yang tidak boleh dilewati dan harus dihormati, sekalipun oleh pasangannya sendiri.
3. Kalian bangga terhadap pencapaian satu sama lain
Jika seseorang tidak merasa bangga saat melihat pasangannya meraih pencapaian terbesar dalam hidupnya. Hal ini menandakan hubungan mereka terdiri dari rasa persaingan. Berawal dari persaingan, tumbuhlah perasaan iri hati dan rendahnya harga diri.
4. Kalian mencari solusi bersama setelah bertengkar
Konflik tak dapat dihindari dalam rumah tangga. Namun, hubungan pernikahan yang sehat adalah ketika pasangan suami istri tidak pernah mencoba untuk menyakiti perasaan satu sama lain setelah bertengkar. Setelah bertengkar, mereka tidak saling memberi perlakuan diam selama berhari-hari. Mama dan Papa lebih fokus untuk mencari penyelesaian konflik tersebut dengan mencoba memahami pandangan dan posisi satu sama lain.
5. Tidak gampang cemburuan dan saling curiga
Cemburu yang berlebihan menandakan hubungan yang tidak sehat. Dia selalu cemburu kepada teman atau rekan kerja pasangannya. Kecemburuan akan berkembang menjadi obsesi. Hal ini membuat seseorang menjadi sosok yang selalu mencurigai dan mengekang pasangannya. Padahal hubungan pernikahan yang sehat dilandasi oleh rasa saling percaya.
6. Tidak mengeluh pada orang lain mengenai kebiasaan jelek suami
Apakah Mama sering mengeluh tentang kebiasaan jelek suami pada teman? Mama juga kerap mengeluh bahwa hubungan ini sangat sulit dan membuat Mama merasa tertekan seakan-akan kehidupan pernikahan ini telah hancur.
Namun, tahukah Mama? Hal ini sebetulnya tidak ada gunanya dan tidak dapat menyelesaikan masalah. Mengadu pada teman tidak akan menghilangkan kebiasaan jelek suami. Satu-satunya hal yang bisa Mama lakukan, yakni bicara langsung dengan suami. Bicaralah dari hati ke hati dengannya dan saling mendengarkan.
7. Tidak perlu mencoba untuk mengubah satu sama lain
Hubungan pernikahan yang sehat ditandai dengan pasangan suami istri yang punya pemikiran dewasa. Mereka bisa menerima satu sama lain apa adanya, tanpa membandingkan orang yang mereka cintai dengan pasangan orang lain yang lebih cantik, pintar atau kaya.
Pasalnya ada juga seseorang tidak pernah merasa puas dan terus mencoba untuk mengubah pasangannya. Di mata mereka pasangannya selalu melakukan segala sesuatu dengan salah seperti cara mereka berpikir, berpenampilan, berbicara dan lainnya. Padahal hal tersebut menjadi ciri khas yang menjadikan seseorang unik dan beda.
8. Tidak pernah menyalahkan satu sama lain
Alih-alih mencari solusi untuk suatu masalah, seseorang bisa jadi terus melimpahkan kesalahan pada pasangannya. Ia bahkan tidak pernah berpikir dan merasa bahwa mungkin dialah akar penyebab masalahnya. Hal ini dikarenakan lebih mudah untuk menyalahkan orang lain daripada bertanggung jawab.
Hubungan pernikahan yang sehat artinya pasangan suami istri bisa menjadi satu tim. Kalian saling menjaga, berpikir dan bertindak bersama, kemudian keduanya berani bertanggung jawab atas tindakan serta kesalahan mereka.
Nah, itulah beberapa tanda suami istri menjalani kehidupan pernikahan yang sehat dan bahagia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News