WomanIndonesia.co.id – Berita perselingkuhan saat ini sedang menjadi trending topic, bahkan sampai berujung pada pembunuhan. Kehidupan seseorang yang senang berselingkuh, gonta-ganti pasangan atau kehidupan seks bebas berisiko berbagai penyakit terutama Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Akademisi dan praktisi klinik Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD, K-GEH, FACP, FINASIM menemukan fakta bahwa pasien dengan HIV terjadi pada semua kalangan. Penyakit ini bisa mengenai semua profesi, ibu rumah tangga (IRT) yang setia pada pasangannya pun menderita HIV karena mungkin tertular dari suaminya yang suka ‘jajan’ diluar.
Seorang ibu muda baik-baik yang akan menikah menderita HIV kemungkinan tertular dari mantan pacarnya yang menderita narkoba. Dimana saat pacaran sewaktu duduk di bangku SMA dulu pernah berhubungan seks beberapa kali.
“Berdasarkan pengalaman ini, untuk memastikan apakah seseorang menderita HIV AIDS saya tidak akan melihat status sosial pasien tersebut walau sehormat apapun status sosial pasien tersebut,” jelas dr. Ari di Jakarta, Senin (9/9).
Perselingkuhan atau gonta-ganti pasangan sepertinya sesuatu hal yang berjalan lumrah. Dari sudut agama, jelas bahwa hubungan seks di luar pernikahan merupakan zinah dan amal ibadah orang yang melakukan zinah tidak diterima selama 40 hari.
Dari sudut kesehatan gonta-ganti pasangan berisiko penyakit. Kelompok penyakit akibat gonta-ganti pasangan ini dimasukan sebagai sexually transmitted disease (STD).
Untak para perempuan yang gonta-ganti pasangan selain penyakit STD tadi juga berisiko untuk terjadinya kanker mulut rahim. Sedang untuk laki-laki gonta-ganti pasangan akan menambah risiko untuk menderita kanker prostat di kemudian hari.
“Saya masih ingat ketiga seseorang pasien laki-laki muda datang kepada saya karena menderita infeksi kencing nanah (GO) setelah berhubungan dengan wanita ‘baik-baik’. Sang pasien tidak habis pikir wanita yang disangka ‘baik-baik’ tersebut ternyata menularkan kencing nanah kepada dirinya,” terang dr. Ari.
Saat itu dr. Ari menyampaikan kepada pasien tersebut bahwa penyakit kelamin tidak mengenal status sosial pasien. Siapapun yang berhubungan seks dengan seseorang dengan kehidupan seks gonta-ganti pasangan berpotensi menularkan penyakit yang didapat dari pasangan seks sebelumnya.
Pasien dengan HIV positif atau dengan hepatitis B atau C sama dengan orang normal tanpa infeksi virus tersebut. Ketiga penyakit virus ini merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
Yang membedakan bahwa satu dengan yang lain adalah bahwa di dalam darah pasien dengan HIV atau pasien dengan hepatitis B atau C mengandung virus tersebut sedang yang lain tidak. Secara fisik tidak dapat dibedakan siapa yang di dalam tubuhnya mengandung virus yang sangat berbahaya tersebut.
“Olehnya itu saat kita berhubungan seks dengan seseorang yang bukan istri kita maka kita sudah berisiko untuk mengalami penyakit infeksi yang berbahaya dan mematikan,” katanya.
Fase tanpa keluhan penderita infeksi virus ini dapat berlangsung selama 5-10 tahun sampai mereka mempunyai gejala.
Dr. Ari mengaku sering mendapatkan pasien yang mengalami HIV AIDS saat ini dan menduga tertular pada saat 5 atau 10 tahun yang lalu. Karena mereka menyampaikan setelah menikah 5 tahun belakangan ini mereka tidak pernah berhubungan seks dengan orang lain kecuali kepada istri atau suami sahnya saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News