Womanindonesia.co.id – Bertepatan dengan HUT ke-214 Kota Bandung, simposium internasional Spirit of Bandung sukses digelar pada 25 September 2024 di Universitas Kristen Maranatha. Mengusung tema kearifan lokal dan transformasi digital, acara dwitahunan ini menyoroti tantangan dan peluang yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi di berbagai sektor.
Iwan Santosa, S.T., M.Kom., Ketua Bidang Media, Komunikasi, dan Humas UK Maranatha, menjelaskan bahwa tahun ini, simposium menghadirkan pembicara dari beberapa negara untuk membahas penerapan digitalisasi. “Topik utama adalah kearifan lokal di tengah transformasi digital, termasuk sektor pendidikan, kesehatan, industri retail, hingga seni dan budaya,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Kamis (26/9).
Salah satu contoh yang dibahas adalah pengalaman Saung Angklung Udjo dalam memanfaatkan digitalisasi. “Mereka berhasil bangkit melalui penerapan teknologi digital yang juga berperan dalam melestarikan seni tradisional,” tambah Iwan.
Lebih lanjut, beberapa akademisi dan praktisi mengupas isu penting terkait penggunaan kecerdasan buatan seperti ChatGPT dan Gemini, yang menuai pro dan kontra, khususnya di dunia pendidikan. “Diskusi ini mencakup hasil penelitian tentang bagaimana AI bisa mendukung kemampuan manusia serta tantangan yang dihadapi, termasuk cara mengatasi dampak negatifnya,” jelasnya.
Semangat dari simposium Spirit of Bandung dilandasi oleh prinsip-prinsip Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955, yang menekankan pentingnya komunikasi dan kerja sama antarbudaya dan antarbangsa. Cindrawaty Lesmana, Ph.D., Direktur Pusat Bahasa Mandarin Universitas Kristen Maranatha (PBM Maranatha), menjelaskan bahwa acara ini pertama kali diadakan pada 2013, hasil kerja sama antara UK Maranatha dan Hebei Normal University, Tiongkok.
“Spirit of Bandung menjadi platform pertukaran budaya yang sejak awal memberikan pengaruh positif, terutama di tingkat regional,” kata Cindrawaty.
Ia juga menyoroti peran penting kearifan lokal dalam menghadapi transformasi digital yang pesat pasca-pandemi. “Kearifan lokal menjaga identitas budaya sekaligus mendukung pembangunan masyarakat yang lebih makmur dan lingkungan yang sehat,” tegasnya.
Pada sesi penutupan, Dr. Krismanto Kusbiantoro, S.T., M.T., CIQaR, menekankan pentingnya kolaborasi dalam mempercepat transformasi digital. “Dengan semangat kerja sama dan saling berbagi, kita bisa mewujudkan visi Indonesia Emas 2045,” ungkapnya.
Rangkaian acara ditutup dengan cultural tour ke Museum KAA dan kawasan Jalan Braga, di mana para delegasi dari luar kota menikmati suasana Bandung yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-214.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News