WomanIndonesia.co.id – Obesitas pada anak merupakan isu global yang perlu disikapi secara serius. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memprediksi jumlah anak penderita obesitas di dunia akan mencapai 70 juta jiwa pada 2025 mendatang.
Menghadirkan makanan sehat bagi anak-anak masih menjadi tantangan bagi orangtua di Indonesia. Makanan padat energi dan tinggi lemak justru lebih dipilih, terlebih dalam rupa camilan atau penganan tambahan yang lambat laun turut andil terjadinya obesitas pada anak di Tanah Air.
Fakta Obesitas di Indonesia
Camilan Tinggi Kalori dan Garam
Menurut temuan YouGov, Indonesia sebagai negara ke-2 di Asia Pasifik yang paling menggemari camilan dengan mayoritas lebih memilih keripik, biskuit, roti atau kue, ketimbang kudapan sehat.
Makanan Kemasan
Berkelindan, Deloitte Consumer Insights mengungkap bahwa makanan kemasan menjadi kategori produk yang semakin sering dibeli oleh masyarakat Indonesia secara harian atau mingguan di gerai modern (seperti super market atau minimarket) .
Riset yang sama juga menemukan adanya dua faktor utama memilih produk makanan kemasan yakni rasa dan harga; sementara kesehatan jelas bukan pertimbangan kunci.
Karenanya, umumnya dijumpai anak-anak menerima suguhan makanan cepat saji dan camilan kemasan. Bagi orangtua, selain mudah diperoleh dan disajikan, rasa lezat di lidah membuat mereka cenderung memilih makanan kemasan dibandingkan asupan bergizi.
Rendah Serat
Berlangsung terus menerus dan menjadi kebiasaan, tak heran data Riskesdas 2018 menyebut 95% masyarakat Indonesia masih kurang mengonsumsi sayur dan buah.
Malas Bergerak
Kondisi ini diperburuk dengan gaya hidup sedentary atau kurang gerak, salah satunya dipicu oleh kemudahan yang dihadirkan teknologi dan gawai digital, sehingga membuat anak enggan beraktivitas fisik.
Pola hidup yang patut diwaspadai, mengingat obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi dengan kalori yang dibuang. Peran orangtua untuk meneladani alias menjadi hero di mata anak, semakin urgen.
Faktor Risiko Obesitas
Dr. Diana F. Suganda, M.Kes, Sp. GK selaku spesialis gizi klini menjelaskan tiga faktor penyebab obesitas, yakni perilaku, lingkungan, dan genetik. Faktor genetik menyumbang sekitar 10-30%, sementara faktor perilaku dan lingkungan dapat mencapai 70%.
“Berbagai risiko kesehatan berbahaya mengancam anak-anak penderita obesitas, seperti diabetes dan penyakit jantung. Tentunya, kondisi ini akan berpengaruh pada kualitas hidup mereka di masa mendatang,” jelas dr. Diana dalam acara peluncuran kampanye ‘Eat Like A Pro’ oleh Beko.
Pencegahan
Untuk melindungi anak dari risiko obesitas, dr. Diana menyarankan orangtua dapat melakukan langkah preventif dengan memperkaya menu harian yang mempertimbangkan batasan asupan gula, garam dan lemak, serta melakukan aktivitas fisik bersama secara rutin.
“Terkait penyiapan menu harian, mutu bahan makanan menjadi vital. Tingkat kesegaran tidak bisa diabaikan, sebab semakin fresh suatu bahan makanan maka kekayaan nutrisinya lebih terjaga,” sambung dr. Diana.
Kampanye ‘Eat Like A Pro’
Menyambut Hari Anak Nasional sekaligus mempertegas posisinya sebagai healthy living starter yang secara konsisten menyebarkan semangat hidup sehat kepada masyarakat Indonesia, Beko memperkenalkan kampanye ‘Eat Like A Pro’.
Kampanye ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya obesitas yang mengancam anak-anak di seluruh dunia.
Menjadi bagian dari inisiatif global, Beko mengajak para orangtua menanamkan kebiasaan baik mengonsumsi makanan sehat dan aktif bergerak guna mencegah terjadinya obesitas pada anak.
Untuk meramaikan kampanye ini Beko turut libatkan klub sepak bola ternama dunia, FC Barcelona, untuk kuatkan gaung kampanye.
“Kami berupaya membantu mengatasi isu tersebut melalui dua jalan, yaitu pertama, melalui ragam teknologi yang kami tawarkan untuk memudahkan konsumsi terhadap makanan sehat. Dan kedua, menumbuhkan ketertarikan anak-anak untuk mengonsumsi makanan sehat,” jelas Ali Cagri Gonculer, Country General Manager Beko Indonesia.
Di sini, kata Ali peran orangtua sebagai hero pertama yang dikenal anak, menjadi sangat krusial. Melalui kampanye ‘Eat Like A Pro’, Beko juga mengajak orangtua untuk memberikan contoh baik, dan bersama anak mereka menjalani hidup sehat dengan cara yang menyenangkan.
Gandeng FC Barcelona
Mendampingi keteladanan dari orangtua, Beko menggandeng tim sepak bola ternama dan kaya prestasi yakni FC Barcelona, guna memberi impak kampanye yang lebih besar. Salah satu pemain unggulan klub ini, Gerard Pique, dinobatkan sebagai duta kampanye.
“Berdasarkan survei global kami, kami melihat selain orangtua sebagai hero, anak-anak juga memandang para atlet di bidang olahraga yang mereka sukai juga sebagai panutan. Sepak bola sendiri telah menjadi cabang olahraga yang paling banyak digemari di seluruh dunia, dan sangat dekat dengan anak-anak, termasuk di Indonesia,” jelas Ali.
Lebih dari seruan untuk mencegah obesitas pada anak, inisiatif Beko ini juga dielaborasi menjadi sebuah langkah edukatif dengan menggandeng UNICEF sebagai mitra.
Secara global, pada 2018, melalui inisiatif ‘Eat Like A Pro’, Beko bersama FC Barcelona berhasil mengumpulkan dana senilai 1 juta euro. Donasi tersebut kemudian disalurkan ke UNICEF yang dimanfaatkan untuk penerapan program edukasi di sekolah-sekolah dasar tentang pola makan dan hidup yang lebih sehat.
“Harapan kami, hadirnya inisiatif ‘Eat Like A Pro’ di Indonesia bisa memperluas kesadaran mengenai mendesaknya tingkat obesitas pada anak, serta membuka mata semakin banyak pihak untuk berkontribusi positif dalam mengurangi kondisi tersebut melalui aktivitas preventif dan edukatif,” tutup Ali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News