Womanindonesia.co.id – Semangat Hari Kartini tahun ini dirayakan dengan cara berbeda. Bukan hanya perayaan simbolik, tetapi langkah nyata untuk memperkuat peran perempuan dalam menjaga kesehatan diri. Becton, Dickinson and Company (BD), bersama Rumah Sakit Kanker Dharmais, meluncurkan inisiatif inovatif untuk memperluas akses skrining kanker serviks melalui teknologi pengambilan sampel HPV-DNA secara mandiri.
Dalam semangat Kartini yang memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan kesehatan, inisiatif ini menjadi bentuk nyata pemberdayaan perempuan melalui inovasi medis. Teknologi self-sampling memungkinkan perempuan melakukan deteksi dini secara lebih nyaman dan fleksibel tanpa harus melalui proses yang dianggap invasif atau memalukan.
Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais, dr. Raden Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo, MARS, menyampaikan bahwa pengambilan sampel mandiri merupakan lompatan besar dalam pencegahan kanker serviks.
“Melalui pendekatan ini, kami ingin menghapus stigma dan hambatan yang selama ini menghalangi perempuan melakukan skrining. Ini adalah cara efektif menjangkau lebih banyak perempuan, termasuk di wilayah yang minim akses layanan kesehatan,” katanya di Jakarta, Selasa (22/4).
BD Indonesia menyadari bahwa isu kesehatan perempuan bukan hanya soal alat, tetapi juga edukasi dan keberanian untuk mengambil langkah pertama. Menurut survei BD, 81 persen perempuan Indonesia tertarik melakukan pengambilan sampel mandiri di rumah. Namun, masih banyak yang belum mengetahui bahwa metode Pap smear bukanlah yang paling akurat.
“Kolaborasi ini bukan hanya soal teknologi. Ini adalah gerakan bersama untuk mendekatkan perempuan pada layanan kesehatan yang inklusif dan nyaman,” ujar Hari Nurcahyo, Country Business Leader BD Indonesia. Ia menambahkan, “Perempuan Indonesia berhak mendapatkan pilihan yang lebih baik, dan kami hadir untuk memberikan itu.”
Dengan target skrining terhadap 8.000 perempuan di berbagai daerah, BD dan RSK Dharmais menegaskan komitmennya terhadap eliminasi kanker serviks di Indonesia pada 2030. Inisiatif ini juga menjadi respons atas data Kementerian Kesehatan yang menyebutkan bahwa kanker serviks masih menjadi momok bagi perempuan, dengan lebih dari 36 ribu kasus baru pada 2021.
Teknologi skrining HPV-DNA milik BD telah terbukti diadopsi secara luas di negara-negara seperti Belanda dan Swedia. Dengan extended genotyping dan sistem otomasi pra-analitik penuh, teknologi ini mampu mengidentifikasi tipe HPV dengan lebih spesifik dan cepat.
BD juga menekankan bahwa partisipasi aktif masyarakat sangat penting. Perempuan yang mendapat hasil positif dari tes ini akan segera dirujuk untuk mendapatkan penanganan medis yang komprehensif di RSK Dharmais.
“Melalui teknologi yang lebih nyaman, edukasi yang kuat, dan kerja sama lintas sektor, kami optimistis skrining kanker serviks bisa menjadi bagian dari gaya hidup sehat perempuan Indonesia,” tutup Hari.
Inisiatif ini bukan hanya soal angka dan teknologi, melainkan upaya mengubah cara perempuan memandang kesehatannya sendiri. Sebuah langkah kecil namun berdampak besar sebuah bentuk emansipasi modern dalam dunia kesehatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News