Womanindonesia.co.id – Saat bulan suci ramadhan tiba, terdapat berbagai macam tradisi yang akan kita temui salah satunya seperti ngabuburit. Ngabuburit merupakan kegiatan menunggu azan magrib menjelang berbuka puasa pada waktu bulan Ramadan.
Ngabuburit atau tradisi menunggu berpuasa puasa ini biasanya diisi dengan beberapa kegiatan seperti berburu takjil, melakukan kegiatan sosial, berolahraga, berkumpul bersama teman maupun keluarga.
Kegiatan ngabuburit ini pada umumnya sering dilakukan oleh anak-anak dengan bermain di lapangan maupun bersepeda. Ada pun anak-anak yang menggunakan waktunya untuk mengaji bersama di Masjid maupun Musholla.
Ciri Khas Ngabuburit Ala Daerah Padang
Membahas mengenai ngabuburit, di setiap daerah di Indonesia tentunya memiliki tradisi ngabuburit yang berbeda-beda. Nah, kali ini kita akan mengintip ciri khas ngabuburit ala daerah Padang. Untuk itu, simak berikut ini:
Dilansir dari jurnalsumber.com, awalnya ngabuburit adalah cara orang tua untuk mengalihkan perhatian anak-anak yang sedang belajar berpuasa agar kuat menahan lapar sampai tibanya waktu maghrib. Anak-anak biasanya disuruh bermain (ngabuburit) agar lupa meminta makan atau minum.
Namun kemudian, istilah tersebut menjadi trend di kalangan muslim Indonesia. Meskipun trend di kalangan remaja, orang dewasa, pengertian ngabuburit tetap sama yaitu menghabiskan waktu menunggu buka puasa. Caranya saja yang berbeda.
Seperti dilakukan sekelompok Anak Nagari Sikabu-kabu, Tanjuang Aro di Kabupaten Limapuluh Kota. Sembari menungu waktu menjelang berbuka puasa, Anak Nagari Sikabu-kabu punya cara Ngabuburit yang terbilang sangat unik dan sangat menghibur, yaitu pacu itiak (itik), sebuah permainan tradisional dari Luak Limo Puluh.permainan tradisional yang dikelola Persatuan Olahraga Terbang Itik (Porti), sudah menjadi agenda wisata di Kabupaten Limapuluh Kota yang setiap tahun bisa dinikmati para pelancong yang berwisata.
Tradisi “tabang itiak” atau Pacu itik bukanlah hal baru yang dilakukan masyarakat yang dinaungi Gunung Sago. Masyarakat setempat menyakininya, balapan ini lahir jauh sebelum Indonesia merdeka, dan beberapa pihak menyebutkan sudah ada sejak beberapa abad silam.
Bermula dari petani yang terganggu dengan itiak (itik) yang masuk ke area pesawahan dan memakan tanaman padi milik mereka.Itiak yang masuk ke area pesawahan tersebur di usir atau dihalau dalam bahasa minang, dan membuat itiak-itiak berterbangan. Hal tersebut pun menjadi hiburan tersendiri bagi para petani. Sehingga munculah ide untuk menjadikan itiak sebagai salah satu permainan.
Tidak semua itiak bisa dijadikan itiak pacu. Itiak yang akan dipilih sebagai itiak pacu adalah itiak yang memiliki ciri khusus dan masih berumur 4-6 bulan. Itiak-itiak pilihan tersebut diperlakukan khusus, selain melakukan latihan rutin sebelum dilombakan, itiak-itiak setiap sore direnangkan agar kerja paru-paru dan fisik itiak lebih bagus.
Proses pengurungan dan pemberian pakan khusus, seperti padi dan telur selama lebih kurang satu minggu, juga sangat mempengaruhi bagi performa itiak saat berlomba. Dalam perlombaan tabang itiak, itiak pacu dibawa oleh empunya menuju garis star,secara bersamaan itiak pun dilemparkan ke udara untuk terbang sampai ke garis finis.
Itiak tercepat dan yang mendarat tepat di garis finis lah yang akan keluar sebagai pemenang. Panjang lintasan pacu pun cukup berfareasi, terdapat tiga tingkatan jarak terbang, mulai dari 800 meter, 1600 meter hingga jarak yang paling jauh dan paling bergengsi yaitu 2 kilometer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News