Gagasan itu mempunyai latar belakang yang sangat mendesak, terutama karena keterkaitannya dengan masalah Irian Barat yang pada waktu itu masih menjadi sengketa dengan Belanda. Untuk merealisasikan Skep Kasad tersebut, maka selanjutnya dibentuklah kelompok kerja yang diketuai oleh Deputi I Kasad Brigjen TNI Soeharto yang beranggotakan antara lain:
- Kolonel Ahmad Wiranata Kusuma dari Pamen Deputi I Kasad.
- Letkol Inf Slamet Sudibyo / Kpt Suryo Jatmiko dari Pama SUAD yang ditugaskan menyusun Orgas Personel CADUAD.
- Letkol Inf Muwardi dari Kodam VII / Diponegoro yang ditugaskan menyusun Orgas Ter.CADUAD.
- Letkol Inf Amir Mahmud dari Kodam VI Siliwangi yang ditugaskan menyusun Orgas Lat dan Ops.
- Letkol Inf Soegoro dari Pamen SUAD yang ditugaskan menyusun Orgas Log.
- Mayor Inf Joko Basuki dari Pamen SUAD yang ditugaskan menyusun Orgas Intelejen.
Pada pertengahan Agustus 1962, dilakukan serbuan umum melawan penjajah Belanda dengan sasaran wilayah Biak, Jayapura.
Korra 1 / Caduad sendiri menurunkan 1 Divisi. Hal ini menyebabkan gentarnya pihak Belanda dengan keputusan menyerah tanpa syarat. Penyerahan Irian Barat ini ditandainya dengan berkibarnya bendera Merah Putih pada 1 Maret 1963.

Setelah Irian Barat berhasil masuk wilayah NKRI, maka Operasi kemudian dilanjutkan dengan Operasi “Wisnu Murti”, yaitu operasi lanjutan sebagai langkah konsolidasi.
Dalam perkembangan selanjutnya, melalui Keputusan Men/Pangab 19 Februari 1963, Korra I/Caduad dilebur menjadi Komando Strategis TNI Angkatan Darat atau Kostrad.
Dalam bentuk organisasinya, Kostrad mempunyai bentuk komando lapangan yang terdiri dari Markas Komando, Markas Divisi, Brigade, dan gugusan tempur bantuan tempur dan Bantuan administrasi.
Kostrad berkedudukan sebagai kotama dan dalam segi pembinaan Kostrad berkedudukan langsung di bawah Kasad. Sedangkan dalam segi operasional, Kostrad berkedudukan langsung dibawah Panglima TNI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News