Hari Trikora (Tri Komando Rakyat) pertama kali diumumkan Presiden Soekarnopada 19 Desember 1961 di Yogyakarta.
Womanindonesia.cp.id – Hari Tri Komando Rakyat (Hari Trikora) diperingati pada tanggal 19 Desember setiap tahunnya. Pada intinya tujuan trikora adalah merebut kembali irian barat dari belanda.
Ketika kita membahas mengenai Hari Trikora, pastinya tidak terlepas dari sejarah sebelum ditetapkannya Hari Trikora. Simak sejarahnya berikut ini:
Sejarah Hari Trikora
Dilansir dari wikipedia, saat itu, pada 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengumumkan pelaksanaan Operasi Trikora (Operasi Trikora) di Alun-alun Utara Kota Yogyakarta. Operasi Trikora adalah konflik dua tahun yang dimulai dari Indonesia hingga wilayah Irian Barat.
Selain itu, Sukarno mendirikan Komando Mandala. Mayor Suharto diangkat menjadi panglima. Misi HQ adalah merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan operasi militer untuk membawa Irian Barat ke Indonesia.
Pada awalnya, Belanda mengendus perilaku buruk dan berusaha memperkuat Papua. Belanda baik kepada orang Papua. Pemilihan parlemen baru diadakan pada bulan Februari 1961, dan Komite Nasional Papua dibentuk pada tanggal 19 Oktober 1961.
Sukarno dan lain-lain tentu tahu bahwa Belanda tidak akan memudahkan musuh untuk menyerang Papua. Sebuah korps tempur besar yang disebut Korps I dibentuk. Nama kesatuan ini beberapa kali mengalami perubahaan nama dari Tjadangan Umum Angkatan Darat (Tjaduad) hingga menjadi Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Pada tanggal 11 Desember 1961, Pemerintah Indonesia kembali membentuk sebuah komite yang bernama Dewan Pertahanan Nasional (Depertan). Namun tiga hari setelah itu, dilaksanakan juga sebuah sidang yang melahirkan Komando Operasi Tertinggi (KOTI) yang dipimpin oleh Presiden Soekarno.
Akhirnya pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengutarakan maksud dari Trikora tersebut melalui pidatonya di Yogyakarta.
Tanggal itu dipilih bukan tanpa alasan, karena tiga belas tahun sebelumnya, pada 19 Desember 1948, Yogyakarta diinjak-injak tentara Belanda di bawah komando Jenderal Simon Hendrik Spoor. Di dekat alun-alun itu, di dalam Istana Negara Gedung Agung, yang terletak di ujung selatan Jalan Malioboro, Soekarno dan pejabat lainnya ditawan.
Pihak Indonesia mengenang peristiwa ini sebagai Agresi Militer Belanda II. Masa lalu suram itu pun seolah-olah hendak ditimbun dengan memori baru soal perang terhadap Belanda untuk merebut Irian barat.
Kemudian Soekarno dan para pembantunya terus memperkuat pasukan. Soekarnopun membentuk komando mandala. Mayor jendral Soeharto yang ditunjuk dan diangkat sebagai panglima perang untuk melawan belanda merebut irian barat. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia.
Lalu pada tahun 1962, pemerintah Republik Indonesia melancarkan operasi militer bersandikan Operasi Trikora. Semua angkatan perang Republik Indonesia dikerahkan untuk merebut irian barat. Beberapa pasukan khusus seperti, Komando Pasukan Gerak Tjepat AURI, RPKAD (TNI AD), dan Kopaska (TNI AL) juga perintahkan untuk ikut andil dalam operasi ini dan ikut serta dalam misi penyusupan, sabotase, intelijen, dan melancarkan perang secara gerilya.
Pasukan Kopaska menjadi ujung tombak dalam pertempuran di laut. Pasukan ini dikirim menjadi pasukan yang paling akhir dikirimkan ketika APRI akan melancarkan serangan besar-besaran melalui operasi militer bersandi Jayawijaya. Pasukan ini berangkat dari Jakarta ke Surabaya dengan misi rahasia. Menuju Gudang senjata PAL yaitu penataran angkatan laut, tetapi saat itu persediaan senjata tidak terlalu banyak karena sebagian sudah terpakai.
APRI juga mengerahkan pesawat pembom nuklir TU-16 buatan Rusia. Melihat ini semua, membuat Belanda kerepotan dan akhirnya lebih memilih langkah diplomasi dan menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia melalui PBB pada 15 Agustus 1962.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News