Womanindonesia.co.id – Tempat kerja sering kali menjadi ruang yang tak disadari menyimpan risiko kesehatan tersembunyi. Salah satunya adalah kolesterol tinggi, yang bisa mengintai siapa saja, termasuk para pekerja kantoran yang tampaknya sehat. Gaya hidup tidak aktif, makanan cepat saji, stres, dan kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor utama yang membuat kolesterol mudah naik, bahkan di usia muda.

PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) mengingatkan pentingnya kesadaran akan dampak kolesterol terhadap kualitas hidup, khususnya di kalangan pekerja produktif. Melalui inisiatif edukatif bertajuk “Love The Beat: Dampak Kolesterol terhadap Kualitas Hidup”, Kalbe menggelar serangkaian kegiatan edukasi dan skrining kesehatan yang menyasar rumah sakit dan perkantoran di wilayah Jabodetabek.

“Pola hidup tidak sehat yang umum terjadi di kalangan pekerja kantoran menjadi salah satu penyebab meningkatnya kadar kolesterol dalam tubuh. Gaya hidup sedentari, yakni kebiasaan duduk terlalu lama tanpa diselingi aktivitas fisik, sangat berkontribusi terhadap risiko ini,” jelas dr. Nicolaus Novian Dwiya Wahjoepramono, MRes., Sp.JP, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Siloam Hospitals Lippo Village di Tangerang, Sabtu (24/5).

Tentang Kolesterol?

Kolesterol adalah struktur yang dibuat oleh hati. Sebenarnya, kolesterol memiliki fungsi penting, salah satunya sebagai alat transportasi energi dan bahan-bahan yang diperlukan tubuh. Ada dua jenis utama kolesterol, yakni LDL (low-density lipoprotein) dan HDL (high-density lipoprotein).

LDL dikenal sebagai kolesterol jahat karena mengangkut kolesterol dari hati ke seluruh tubuh. Namun sebenarnya, LDL juga memiliki fungsi, yaitu mengirimkan kolesterol ke berbagai jaringan tubuh untuk digunakan sesuai kebutuhan. Sayangnya, dalam perjalanannya, LDL bisa menumpuk di dinding pembuluh darah dan membentuk plak. Inilah yang membuatnya dianggap jahat.

Sebaliknya, HDL dikenal sebagai kolesterol baik. Ia bertugas mengambil sisa kolesterol yang tidak terpakai dari jaringan dan membawanya kembali ke hati untuk diproses lebih lanjut. Jadi, kolesterol sebenarnya tidak hanya buruk; semuanya memiliki fungsi masing-masing.

Kolesterol tinggi sering tidak menunjukkan gejala. Banyak orang merasa bahwa kolesterol tinggi pasti menyebabkan keluhan seperti nyeri dada. Padahal, bisa saja kolesterol tinggi tanpa menimbulkan keluhan apa pun. Yang perlu dipahami adalah bahwa kolesterol tinggi tidak selalu berarti seseorang sedang sakit. Bisa jadi kolesterol total tinggi karena HDL-nya tinggi, bukan LDL-nya. Karena itu, penting untuk memeriksa profil lipid secara lengkap, bukan hanya kolesterol total.

Penumpukan lemak bisa terjadi di seluruh pembuluh darah, termasuk di jantung, otak, dan kaki. Namun, pembuluh darah koroner di jantung lebih kecil, sehingga lebih cepat mengalami penyumbatan jika ada penumpukan plak. Gejala ringan bisa muncul saat beraktivitas, seperti nyeri dada ketika berjalan atau sedang emosi. Jika dibiarkan, bisa meningkat menjadi serangan jantung atau stroke yang datang tiba-tiba. Maka dari itu, meskipun gejalanya tampak ringan, tetap harus diwaspadai.

Semakin bertambah usia, fungsi hati dalam memproses kolesterol akan menurun. Karena itu, meskipun seseorang terlihat sehat, tetap disarankan untuk memeriksakan kadar kolesterol secara berkala. Saat ini, bahkan tren menunjukkan bahwa gangguan kolesterol mulai muncul pada usia yang lebih muda.

Dr. Nico menyebut bahwa ia memiliki pasien usia 35 tahun yang sudah menunjukkan tanda-tanda gangguan jantung. Padahal, sebelumnya gangguan semacam ini lebih banyak ditemukan di usia 40-an ke atas. Artinya, deteksi dini sangat penting, bahkan pada usia muda.

Mengonsumsi obat kolesterol bukan berarti langsung mengobati gejala saat ini, tetapi lebih ke arah pencegahan jangka panjang. Ibarat asuransi, obat kolesterol digunakan untuk mengurangi risiko kejadian di masa depan, bukan untuk menyembuhkan keluhan saat ini seperti sakit kepala atau nyeri leher.

Faktor risiko kolesterol dibagi dua: faktor yang tidak bisa dimodifikasi seperti usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga; serta faktor yang bisa dimodifikasi seperti berat badan, lingkar perut, pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, serta konsumsi gula dan minuman manis.

Lemak trans adalah jenis lemak yang paling berbahaya. Biasanya ditemukan dalam margarin, minyak jelantah, dan gorengan. Proses pemanasan ulang minyak juga membuat strukturnya berubah dan menjadi tidak sehat. Lemak jenuh juga perlu dikurangi. Sumbernya banyak dari minyak goreng biasa. Sebagai alternatif, bisa menggunakan minyak canola, minyak jagung, atau minyak kacang. Dari sisi kesehatan, manfaatnya jauh lebih baik.

Serat juga sangat penting karena dapat membantu mengurangi penyerapan kolesterol dari makanan. Sumber serat bisa didapat dari buah, oatmeal, kacang-kacangan, dan sayuran. Disarankan juga menghindari minuman manis.

Merokok adalah faktor risiko utama. “Tidak ada toleransi untuk rokok, baik aktif maupun pasif. Bahkan alternatif seperti vape atau heated tobacco masih memiliki dampak buruk terhadap pembuluh darah. Jadi, satu-satunya jalan adalah berhenti total,” kata dr. Nico.

Menurut dr. Nico, menjaga kadar kolesterol bukan sekadar tindakan kuratif, tapi lebih ke preventif. Kita bisa mengendalikan sebagian besar faktor risikonya. Jangan tunggu sampai muncul gejala berat. Lebih baik periksa dan bertindak sejak dini untuk menjaga jantung tetap sehat.

Sebagai langkah preventif, Kalbe mengadakan layanan skrining kolesterol secara gratis di kantor dan rumah sakit. Pemeriksaan meliputi kadar kolesterol total dan LDL, dilengkapi konsultasi dengan tenaga medis. Masyarakat juga diberikan edukasi tentang pentingnya gaya hidup sehat.

“Kalbe ingin menanamkan pemahaman bahwa kolesterol bukan hanya urusan usia lanjut. Banyak pekerja usia 20-an dan 30-an yang tidak menyadari bahwa mereka sudah memiliki kadar kolesterol tinggi. Oleh karena itu, skrining secara berkala perlu menjadi bagian dari gaya hidup sehat,” ujar Group Product Manager PT Kalbe Farma Tbk, apt. Tekla Rosa Oktivia.

Kalbe juga menyediakan berbagai produk penunjang kesehatan, seperti obat golongan statin bagi pasien yang membutuhkan terapi penurun kolesterol, serta suplemen untuk menjaga kesehatan jantung. Selain itu, Kalbe mendorong perusahaan untuk menyediakan lingkungan kerja yang mendukung gaya hidup aktif, seperti fasilitas olahraga ringan dan pilihan makanan sehat.

Menurut Group Marketing Head PT Kalbe Farma Tbk, apt. Maria Stefanie, M.M., kampanye Love The Beat merupakan bentuk nyata komitmen Kalbe dalam mendukung kesehatan masyarakat, khususnya di sektor produktif.

“Kami berharap kegiatan ini tidak hanya memberikan informasi, tapi juga mendorong perubahan perilaku yang lebih sehat di lingkungan kerja. Ini sejalan dengan misi Kalbe untuk meningkatkan kualitas kesehatan demi kehidupan yang lebih baik,” ujarnya.

Beberapa langkah sederhana yang bisa diterapkan di tempat kerja untuk mencegah kolesterol tinggi antara lain: rutin bergerak setiap satu jam sekali, memilih makanan sehat, memperbanyak konsumsi air putih, mengelola stres, serta menjaga kualitas tidur.

Melalui gerakan ini, Kalbe berharap kolesterol tidak lagi menjadi ancaman tersembunyi di tempat kerja. Sebaliknya, kantor dapat menjadi ruang yang mendukung produktivitas sekaligus menjaga kesehatan para pekerjanya.