WomanIndonesia.co.id – Menurut CDC, aneurisme aorta menyebabkan 9.923 kematian pada tahun 2018 dan sekitar 58% kematian karena aneurisme aorta atau diseksi aorta terjadi pada pria. NCBI (National Center for Biotechnology Information) melaporkan bahwa insidens terjadinya diseksi aorta adalah 5-30 kasus per satu juta orang, dengan rentang usia 40-70 tahun.
“Aorta adalah bagian terbesar dari pembuluh darah arteri yang memanjang dari jantung hingga ke perut bawah. Robeknya aorta bisa terjadi secara tiba-tiba (akut) dan tidak menimbulkan gejala,” kata dr. Dicky Aligheri Wartono, Sp.BTKV(K) FIHA, FICA dokter dari Heartology Cardiovascular Center Brawijaya Hospital Saharjo, Jakarta Selatan saat webinar, Kamis (12/11).
Tetapi, kata dr. Dicky bila dalam dua hingga 3 jam tidak segera dioperasi, penderita akan meninggal. Diseksi aorta dan aneurisma aorta tidak dapat dibedakan berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik, sehingga pemeriksaan penunjang seperti CT scan sangat diperlukan. “Kecepatan dan ketepatan dokter spesialis jantung dalam mendiagnosis diseksi aorta, menentukan keselamatan pasien,” imbuhnya.
Faktor penyebab diseksi aorta antara lain, riwayat keluarga, hipertensi, naiknya tekanan darah secara mendadak, riwayat aneurisme aorta, artherosklerosis ataupun kelainan genetic (sindroma Marfan).
Lebih lanjut dr. Dicky menerangkan, berdasar kondisinya, ada dua jenis aorta yang robek: tipe A dan tipe B. Yang paling berbahaya dan mematikan adalah tipe A, sebab, bagian aorta yang robek ada pada pangkalnya yang menempel ke serambi jantung atau yang disebut dengan aorta asendens.
Penanganannya juga harus melalui operasi. Beda dengan tipe B, yang umumnya bisa diatasi dengan obat atau dengan intervensi endovaskular. Pada tipe yang lebih complicated mgkn memerlukan kombinasi berupa bedah dan endovascular yang dapat dilakukan di OK/Cathlab Hybrid yang tersedia di Heartology Cardiology Vascular.
Di bagian tengahnya, aorta asendens memiliki tiga cabang arteri. Bagian yang bercabang itu dikenal dengan nama aorta arch. Pada kasus diseksi tipe A, dua jenis aorta itulah yang robek parah sehingga perlu diganti dengan graft dari bahan dakron. Operasi penggantian aorta arch itu disebut dengan operasi Hemiarch Aorta Replacement.
Mengganti aorta asendens arch tak semudah mengganti katup atau pembuluh darah koroner. Sebab, untuk menggantinya, kondisi pembuluh darah tersebut harus benar-benar ”bersih” dari darah. Dengan demikian, ahli bedah bisa melihat dengan jelas seberapa panjang yang perlu diganti.
Selain itu juga supaya proses penyambungan dan pemotongannya bisa sempurna. Dengan begitu, setelah graft disambungkan, darah bisa kembali mengalir dengan sempurna.
“Masalahnya adalah bagaimana ‘mengeringkan’ bagian itu lantaran fungsinya sebagai pengantar darah bersih. Apakah tidak cukup dengan mengelap hingga kering bagian yang akan dipotong dan disambung itu? Ternyata tidak sesederhana itu,” ujar dr. Dicky.
Mulanya, sebelum dipotong, fungsi jantung dan paru-paru digantikan mesin heart lung (pengganti fungsi jantung dan paru-paru). Bersamaan dengan itu, suhu badan pasien juga mulai diturunkan secara perlahan hingga mencapai titik yang nyaris terendah bagi seorang manusia. Yakni 24-26 derajat celsius atau separo temperatur tubuh manusia normal.
Penurunan suhu badan tersebut dimaksudkan untuk mengurangi aktivitas otak. Dengan aktivitas yang rendah, otak tak membutuhkan banyak darah. Setelah suhu mencapai derajat yang dibutuhkan, darah pun mulai ”dikuras” dari tubuh. Artinya, aliran darah ke liver, ginjal, paru, apalagi jantung, usus, dan otot dihentikan.
Tetapi, aliran darah ke otak tidak boleh ikut berhenti. Otak harus tetap dialiri darah. Kalau sampai terhenti, pasien meninggal atau koma. Tetapi, karena aktivitasnya sudah diturunkan, kebutuhan darah di otak tidak banyak lagi.
Detik-detik selama tubuh tidak dialiri darah itu merupakan bagian yang paling menegangkan dan berisiko dalam operasi Bentall. Sebab, penghentian aliran darah ini tidak boleh lebih dari 40 menit. Kalau bisa lebih cepat dari itu sangat baik. Dalam rentang tersebut, dokter bedah akan menjahit aorta asendens yang koyak, memotong aorta arch dan menggantinya dengan graft.
Sulitnya lagi, yang harus disambungkan dengan pembuluh sintetis yang terbuat dari bahan dakron atau semacam polyester ini tidak hanya di satu bagian. Sebab, pembuluh aorta yang ini memiliki tiga cabang. Tiap-tiap cabang itu harus disambungkan juga.
Sebesar-besar aorta asendens, tetap saja yang namanya pembuluh darah adalah sesuatu yang kecil sehingga penyambungannya membutuhkan ketelitian tinggi. Kesalahan sekecil apa pun bisa mematikan pasien karena nanti darah tidak bisa melewati pembuluh yang baru dijahit itu.
Di samping dokter bedah dan dokter anestesi, terdapat perfusionis yang bertugas menjaga stabilitas aliran darah ke otak, stabilitas cairan dan organ-organ tubuh secara keseluruhan selama aliran darahnya dihentikan secara total. Selain itu, mereka harus menjaga agar suhu badan tetap di derajat yang dibutuhkan, yakni 24-26 derajat celsius.
Setelah semua proses pembenahan bagian-bagian yang robek selesai, tim harus menghangatkan kembali suhu badan pasien. Dan itu harus dilakukan secara perlahan serta sangat hati-hati, agar aman bagi pasien.
Aliran darah harus dikembalikan sebagaimana mestinya. Sebagian darah yang digunakan dalam operasi itu adalah darah pasien sendiri, dengan menggunakan cell saver. Alat ini untuk menampung pendarahan yang terjadi selama operasi, kemudian darah itu diolah dan dimasukkan kembali ke tubuh pasien. “Itulah sebabnya, seluruh proses operasi tersebut memakan waktu hingga delapan jam,” kata dr. Dicky.
Lebih lanjut dr. Suko Adiarto, Sp.JP(K), PhD FIHA, FICA, FAsCC menuturkan, pascaoperasi, tim dokter masih harus memperhatikan pasien dengan sangat cermat. Sebab, risiko pendarahan atau stroke atau hal-hal lain akibat proses pembekuan tadi bisa muncul setelah operasi. “Resiko kegagalan dalam operasi Bentall yang didahului penggantian hemiarch sekitar 70 persen,” katanya.
Operasi Bentall, seperti operasi aorta lainnya, termasuk salah satu operasi tersulit di dunia, sehingga memerlukan banyak persiapan. Keahlian tim dokter, tim pendukung dan ketersediaan tehnologi merupakan kunci keberhasilan operasi Bentall dan penggantian hemiarch.
Heartology Cardiovascular Center
Heartology Cardiovascular Center memiliki kemampuan untuk melakukan operasi Bentall dan penggantian hemiarch, karena adanya perpaduan tim medis dan teknologi mutakhir.
Heartology adalah cardiovascular center yang berfokus pada diagnostik, intervensi, bedah jantung dan pembuluh darah, serta aritmia. Filosofi “Advanced. Uncompromised” merupakan komitmen Heartology dalam menyediakan layanan kardiovaskular dewasa dan anak, berbasis teknologi mutakhir dan tim dokter berpengalaman untuk memberikan layanan paripurna.
Sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan khusus, Heartology diperkuat oleh tim dokter spesialis dengan subspesialisasi, yang ahli dan berpengalaman dibidang kardiovaskular serta ditunjang oleh fasilitas yang modern.
Kompetensi staf yang dimiliki Heartology baik secara personal maupun kolektif akan memberikan pilihan pengobatan berbasis bukti ilmiah untuk meningkatkan kualitas dan harapan hidup pasien dengan gangguan jantung dan pembuluh darah.
Semua dokter di Heartology memiliki dedikasi yang tinggi sehingga pasien dapat bertemu tim dokter sesuai kebutuhannya. Tim dokter bekerja dalam tim sehingga akan memberikan jalan keluar yang komprehensif untuk setiap masalah kardiovaskular yang anda alami.
Penanganan penyakit kardiovaskular secara optimal juga memerlukan fasilitas diagnosis dan tindakan yang komprehensif sesuai kebutuhan pasien. Untuk itu, Heartology membuat perbedaan ekosistem penanganan yang optimal dengan merancang fasilitas yang menyesuaikan keahlian, dedikasi, dan komitmen para dokter.
“Dengan cara ini, kami bisa melakukan transformasi dalam mendiagnosis dan menangani penyakit jantung yang kompleks
Hybrid operating room, the first true hybrid operating room in Indonesia memungkinkan bedah minimal invasif dan konvensional di satu tempat,” kata dr. Suko.
The first HD Grid 3D Mapping System for Arrhythmia in Indonesia, memiliki presisi dan akurasi tinggi pada tindakan kateter ablasi. Perpaduan tim dokter dan teknologi ini akan memberikan hasil klinis lebih baik, opsi penanganan jantung sesuai kebutuhan pasien, efektiftivitas biaya dan pemulihan lebih cepat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News