Womanindonesia.co.id – Dalam mencapai kemerdekaan Indonesia tidak hanya para tokoh laki-laki yang berperan penting namun juga para tokoh perempuan turut andil dalam perjuangan kemerdekaan.
Ada beberapa tokoh perempuan yang ikut terlibat dalam pertempuran dalam melawan penjajah, misalnya seperti Cut Nyak Dien, Martha Christina Tiahahu, dan masih banyak lainnya.
Selain itu, terdapat beberapa organisasi perempuan yang terbentuk pada abad ke-20 yang turut berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia seperti organisasi berikut ini.
Organisasi Perempuan yang Berperan Dalam Kemerdekaan Indonesia
1. Kautamaan Istri
Organisasi perempuan Keutamaan Istri dibentuk pada tahun 1904 di kota Bandung, tokoh pelopornya bernama R. Dewi Sartika. Tujuan didirikannya organisasi ini yaitu untuk memberi pengetahuan kepada kaum perempuan, terutama agar bisa membaca, menulis, berhitung dan ketrampilan dalam hidup berumah tangga.
Langkah yang dilakukan untuk merealisasikan tujuan tersebut, yakni dengan mendirikan sekolah Keutamaan Istri pada tahun 1910. Pada perkembangan selanjutnya, tidak hanya siwi-siwi dari Bandung saja yang berdatangan, tapi dari daerah lain turut ikut berpartisipasi seperti Garut, Tasikmalaya dan Purwakarta.
Dilansir dari laman Kemendikbud RI Sakola Kautamaan Istri sekarang menjadi Sekolah Dewi Sartika. Didirikan oleh Raden Dewi Sartika pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda tepatnya pada 16 Januari 1904 yang menempati ruang Paseban Kulon Pendopo Kabupaten Bandung.
Sebelum mendirikan sekolah, ia memang sudah senang mengajar, meski tanpa dinaungi lembaga resmi berlabel sekolah. Berdirinya Sekolah Kautamaan Istri dilatarbelakangi oleh cita-cita Dewi Sartika yang ingin mendidik anak-anak perempuan dari kalangan bangsawan maupun rakyat jelata demi kemajuan harkat dan martabat kaum perempuan itu sendiri, sehingga dapat
2. Putri Mardika
Pada tahun 1912, muncul organisasi perempuan pertama di Indonesia bernama Putri Mardika. Putri Mardika bertujuan untuk membimbing perempuan bumiputra dalam menempuh pendidikan. Selain itu, Putri Mardika juga memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup perempuan Indonesia.
Putri Mardika menerapkan program beasiswa untuk menunjang pendidikan kaum perempuan bumiputra. Organisasi ini juga aktif dalam menerbitkan majalah Putri Mardika untuk menyebarluaskan gagasan perempuan berdikari.
Putri Mardika menerapkan program beasiswa untuk menunjang pendidikan kaum perempuan bumiputra. Organisasi ini juga aktif dalam menerbitkan majalah Putri Mardika untuk menyebarluaskan gagasan perempuan berdikari.
Tokoh-tokoh Putri Mardika kerap menggunakan gagasan-gagasan R.A Kartini sebagai dasar pergerakan organisasi. Tokoh-tokoh utama penggerak organisasi Putri Mardika adalah Sabaruddin, R.A Sutinah, Joyo Pranoto, Rr. Rukmini, dan Sadikun Tondokusumo.
3. Kartini Fonds
Organisasi Kartini Fons atau Dana Kartini pertama kali dibentuk pada tahun 1912 di kota Semarang. Didirikan oleh C. Th. Van Deventer, salah satu tokoh politik etis. Berdirinya Kartini Fonds merupakan realisasi politik etis (politik balas budi pertanggungjawaban atas kegiatan tanam paksa yang sangat merugikan kesejahteraan rakyat).
Melalui Kartini Fonds, berdirilah sekolah-sekolah untuk kaum wanita. Pada tahun 1913 berhasil mendirikan sekolah Kartini di kota besar seperti Jakarta, Semarang dan Bogor. Di tahun berikutnya berdiri juga di Surabaya, Malang, Madiun, Pekalongan, Rembang dan Cirebon.
4. Keradjinan Amai Setia (KAS)
Organisasi perempuan ini merupakan organisasi perempuan pertama yang berdiri di Kotogadang, Bukittinggi, Minangkabau, Sumatera Barat. Tujuan utama pendirian KAS adalah untuk kemajuan perempuan dan berupaya melestarikan serta mengembangkan berbagai keahlian kerajinan tangan.
Terbentuknya organisasi perempuan KAS disebabkan kaum perempuan belum mendapat kesempatan menempuh pendidikan formal dan nonformal, karena pada masa itu pendidikan lebih diutamakan untuk kaum lakilaki.
Nagari Kotogadang merupakan salah satu dari 11 nagari yang terletak di Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam. Asal usul Nagari Kotogadang menurut sejarahnya dimulai pada akhir abad ke-17.
Ketika itu sekelompok kaum yang berasal dari Pariangan Padang Panjang mendaki dan menuruni bukit dan lembah, menyeberangi anak sungai, untuk mencari tanah yang elok untuk dipeladangi dan dijadikan sawah serta untuk tempat pemukiman.
Demi meningkatkan kehidupan yang lebih baik dengan menuntut ilmu yang lebih tinggi, banyak kaum lakilaki Kotogadang yang merantau ke luar kampung, meninggalkan keluarganya untuk memasuki sekolah formal atau menimba ilmu dan keterampilan langsung dari mereka yang ahli di bidang masing-masing, sehingga Kotogadang menjadi tempat yang dikenal banyak melahirkan orang-orang pandai di berbagai disiplin ilmu dan keterampilan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News