Womanindonesia.co.id – Di balik cerita manis tentang pasangan beda negara yang sukses membangun bisnis bersama, tersembunyi kisah pilu yang kini menjadi pelajaran penting soal cinta, pengorbanan, dan batas ketulusan. Ika Nur Afifah, perempuan asal Indonesia, membagikan kisah hidupnya yang viral di TikTok lewat akun @Hola_Ikalifa.
Dalam unggahannya, ia membuka lembaran pahit rumah tangganya bersama suaminya, Andrea Bello, pria berkebangsaan asing yang kini menuai sorotan publik.
Bukan sekadar drama rumah tangga, kisah ini menggugah publik karena menyoroti dinamika relasi yang tidak setara di mana satu pihak terus memberi, sementara yang lain justru menyalahgunakan kepercayaan dan cinta.
Ika bukan hanya istri, tetapi juga mitra bisnis, penyokong finansial, sekaligus pendamping dalam masa tergelap suaminya yang saat itu disebut tengah berjuang melawan kecanduan alkohol dan kebangkrutan.
“Aku pikir aku akan menikah dengan pria sukses dan religius. Tapi aku jatuh cinta pada dia saat dia lagi desperate, hopeless, alcoholic, dan bangkrut,” ujar Ika, mengenang awal hubungannya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (18/5).
Selama bertahun-tahun, Ika bertahan dalam kondisi yang serba sulit. Dari tinggal menumpang di rumah orang tuanya, membiayai kehidupan mereka berdua, hingga membantu membangun Codexchain startup yang kini dikenal secara global dari nol. Bahkan untuk kendaraan pun, mereka harus meminjam motor dari adik laki-lakinya.
Namun seperti kisah dalam film, tak semua akhir bahagia. Setelah meraih keberhasilan bersama, Andrea disebut berubah. Ika Nur Afifah mengungkap bahwa pria yang dulu ia perjuangkan justru berselingkuh, kembali mabuk-mabukan, bahkan menyalahgunakan dana perusahaan. Yang mengejutkan, perselingkuhan itu disebut melibatkan banyak perempuan, termasuk siswi SMA.
“Yang paling parah, dia selingkuh sama anak SMA kelas 3. Ibunya malah dukung karena pikir dia tajir,” ungkap Ika, menggambarkan kompleksitas situasi yang dialaminya.
Namun, pengkhianatan ternyata bukan satu-satunya luka. Ika juga mengaku mengalami kekerasan dalam berbagai bentuk: verbal, mental, hingga fisik. Ia bahkan mengungkap bahwa Andrea pernah mencoba menggoda sahabat dekatnya.
Di titik inilah, Ika memutuskan untuk berhenti. Ia memilih melepaskan hubungan yang sudah tidak sehat, meski sebelumnya telah berkorban begitu banyak. Dalam narasinya, ia mengingatkan bahwa tidak ada cinta yang sepadan dengan kehilangan jati diri dan keselamatan mental.
“Untuk pengkhianatan, manipulasi, dan kekerasan aku nggak bisa bantu itu,” ucapnya tegas.
Kisah Ika Nur Afifah menjadi alarm keras di tengah budaya yang kerap memuja kesetiaan tanpa mempertanyakan kualitas hubungan itu sendiri. Ia tidak hanya berbagi luka, tapi juga menegaskan bahwa perempuan punya hak untuk berkata cukup. Ia memilih untuk tidak menyensor wajah Andrea dalam unggahan sebagai bentuk peringatan kepada publik, terutama para perempuan.
“Kesetiaan wanita diuji saat pria tidak punya apa-apa. Kesetiaan pria diuji saat dia punya segalanya,” tulisnya dalam video penutup.
Di tengah komentar dukungan dan simpati dari netizen, muncul pula diskusi yang lebih dalam: soal relasi kuasa dalam rumah tangga, pentingnya batas dalam mencintai, dan bagaimana perempuan sering kali merasa terikat dalam peran penyelamat bahkan ketika peran itu menyakitkan.
Kisah ini menjadi cermin sosial yang menggugah: bahwa keberhasilan bersama tidak menjamin keseimbangan emosi dalam hubungan, dan cinta tanpa kesetaraan hanya akan melahirkan luka baru. Seiring viralnya cerita Ika, publik diingatkan bahwa cinta sehat tidak menuntut pengorbanan yang membakar diri sendiri.
Pada akhirnya, keberanian Ika untuk angkat suara bukan hanya tentang mengungkap pengkhianatan, tapi juga tentang membela harga diri dan memutus siklus relasi yang tidak adil. Dalam keberaniannya, banyak perempuan lain bisa melihat secercah inspirasi bahwa memulai kembali, meski dari luka, adalah bentuk tertinggi dari mencintai diri sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News