Womanindonesia.co.id – Sejarah kemerdekaan Indonesia selalu kita kenang dan rayakan setiap tanggal 17 Agustus. Karena tepat pada tanggal 17 Agustus 1945, pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan setelah melalui jalan panjang para pejuang.
Cerita sejarah Indonesia merdeka ini merupakan kisah yang penting diceritakan kepada setiap generasi. Karena peranan mempertahankan Indonesia merdeka bebas dari penajajahan, tidak lepas dari peran para pejuang yang berperang di medan tempur.
Kisah inilah yang bisa menjadi pendidikan moral bagi anak-anak sebagai generasi mendatang, yang akan melanjutkan perjuangan para pahlawan. Bahwa untuk meraih kemenangan haruslah berjuang, pantang menyerah, dan tekun untuk menggapai cita-cita Indonesia maju di era kemerdekaan ini. Sesuai dengan makna dan tema Kemerdekaan Indonesia tahun 2021 ini, Idonesia Tangguh Indonesia, Indonesia Tumbuh.
Dan inilah Woman sejarah singkat Indonesia Merdeka, yang dapat kita ceritakan pada anak-anak kita sebagai generasi Indonesia mendatang.
Sejarah Singkat Proklamasi Indonesia
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat, disusul tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Situasi ini mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, yang berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Momentum inilah dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Soekarno dan Hatta selaku pimpinan PPKI serta Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta, dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang.
Meski sempat ada pergolakan antara golongan tua dan golongan muda, setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10:00 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul.

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana terbakar gelora kepahlawanannya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran. Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, mereka bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, membawa Soekarno serta Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Achmad Soebardjo melakukan perundingan. Achmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Achmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta.
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 – 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan laksamana Tadashi Maeda Jalan Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Achmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B. M. Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro.
Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10.00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil wali kota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Teks Proklamasi Kemerdekaan

Setelah melewati jalan panjang perjuangan para pahlwan Indonesia. Indonesia pun merdeka hingga saat ini. Meskipun setelah merdeka begitu banyak gangguan keamanan untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia . Berkat persatuan dan kesatuan yaitu dengan pedoman UUD 45 dan Dasar Negara Pancasila, kita tetap bersatu menjaga negara Republik Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News