Womanindonesia.co.id – Dalam setiap hubungan rumah tangga tidak menutup kemungkinan terjadi sebuah pertengkaran, terlebih lagi jika suami memiliki temperamen tinggi dan mudah marah. Jika Anda tidak bisa bersikap tenang, situasi ini justru bisa membuat pertengkaran menjadi besar.
Dilansir Psychology Today, hindari membuat pemikiran dan asumsi sendiri saat sedang menghadapi pasangan yang marah. Hal ini justru bisa menambah masalah dan membuat pemicunya tak kunjung selesai.
Lantas, apasih yang harus dilakukan istri ketika suami sering marah-marah? Simak tips berikut ini:

Pahami kapan suami perlu pendampingan
Saat melihat suami pulang kerja dalam kondisi stres atau marah, ada baiknya Anda tidak buru-buru menanyakan apa yang sedang terjadi. Pahami bahwa memberikan jeda waktu istirahat sejenak bisa menjadi keputusan tepat.
Anda perlu tahu kapan kemungkinan perlu menarik diri untuk tidak terlalu banyak bertanya dan memaksa diceritakan tentang masalah yang sedang dihadapi suami Anda.
Beri suami waktu dan ruang sendiri
Kadang-kadang saat sedang emosi dan berhadapan dengan masalah, yang dibutuhkan sesungguhnya adalah waktu dan ruang untuk bisa sendiri sejenak. Terlebih bagi laki-laki, yang cenderung senang memikirkan masalah sendiri terlebih dahulu.
Jadi, ketika suami Anda terlihat ingin sendiri dan tak mau terburu-buru bercerita tentang masalahnya pada Anda, biarkan saja. Cobalah untuk tidak tersinggung, ya.
Pahamilah bahwa mungkin ini adalah waktu di mana suami Anda sedang ingin meluangkan waktu sendirian untuk mengatasi keresahannya.
Hindari ikut marah saat bertengkar
Jika sejak awal Anda memang sudah memahami bahwa suami punya sifat yang mudah marah dan emosi saat bertengkar, maka ada baiknya untuk mengalah sesaat. Tidak bijaksana jika Anda justru ikut marah dan menanggapi sikap suami dengan emosi.
Jika Anda menghadapi serangan verbal dengan tetap rileks dan tenang, suami kemungkinan akan malu dengan perilakunya, merenung untuk memperbaikinya, dan lebih menghargai Anda.
Sebaliknya, jika Anda justru ikut berapi-api dan tidak mampu bersikap tenang, pertengkaran justru akan terjadi semakin besar. Bukan tidak mungkin juga Anda akan menjadi pelampiasan emosi suami yang sedang menggebu-gebu.
Dengarkan keluhan suami
Tanpa disadari, emosi seseorang bisa memuncak saat ada penumpukan rasa kecewa. Misalnya karena merasa tidak didengar, tidak dianggap serius, atau tidak dihargai. Nah, bisa jadi saat emosi Papa sedang merasa kecewa dan diabaikan.
Untuk menghindari kemarahan suami, ada baiknya Anda secara aktif mendengarkan dan meyakinkan suami bahwa ia didengar dan dipahami. Pahami kebutuhan terdalam suami, dan dengarkan keluhannya.
Ini adalah salah satu cara berkomunikasi yang baik dan mempertimbangkan perspektif dari pasangan.
Bersabar dan tunjukkan kasih sayang
Di bawah amarah biasanya terletak emosi yang lebih dalam dan lebih rentan seperti ketakutan, kesedihan, atau rasa sakit, yang mungkin kurang dapat diakses oleh suami.
Untuk waktu yang singkat, kemarahan pun dimanfaatkan sebagai perisai pelindung dan membuatnya merasa kuat serta mengendalikan segala sesuatu. Namun seringkali dalma jangka panjang situasi ini juga menyakitkan bagi para suami.
Inilah sebabnya mengapa penting juga bagi Anda untuk tetap bersabar dan coba mendengarkan apa penyebab rasa emosi itu ada. Kesabaran dapat berfungsi sebagai penangkal kemarahan di dalam diri Anda dan juga suami.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News