Sunat merupakan proses pelepasan atau pemotongan kulup atau kulit yang menyelubungi ujung penis. Dalam dunia medis, tindakan ini disebut juga dengan sirkumsisi.
Womanindonesia.co.id – Sunat yang dilakukan untuk anak-anak lebih utama dan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan lho! Seperti menghilangkan risiko kanker penis hingga seumur hidup, mengurangi risiko terkena infeksi saluran kemih (ISK) selama masa bayi, mengurangi risiko balanitis yaitu infeksi kelenjar atau kepala penis dan posthitis yaitu infeksi kulit khatan (kulit yang menutupi kepala penis).
Lantas, umur berapa anak boleh disunat? Berikut penjelasannya
Melansir dari rspermata.co.id, sirkumsisi memang paling banyak dilakukan pada masa sekolah, namun tak jarang juga yang memilih usia yang lebih tua, atau lebih muda, hingga bayi. Ternyata, beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat waktu terbaik untuk disunat, dengan beberapa pertimbangan.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Erzincan University of Medical Sciences, Turki pada tahun 2014, membagi anak yang sirkumsisi menjadi tiga kelompok yaitu di bawah 1 tahun, antara 1-7 tahun, dan di atas 7 tahun. Pada penelitian tersebut, faktor-faktor yang dinilai antara lain penggunaan obat bius, waktu untuk bangun setelah pembiusan, komplikasi, durasi perawatan dan biaya.

Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa usia di bawah 1 tahun (saat bayi) merupakan waktu yang paling baik. Hal ini didukung oleh beberapa alasan, yaitu:
- Sirkumsisi mengurangi risiko saluran kemih yang banyak terjadi pada anak, terutama anak yang belum disunat.
- Semakin dini sirkumsisi dilakukan, risiko saluran kemih akan berkurang
- Semakin dini untuk mengurangi risiko penyakit kulit pada penis, seperti infeksi pada penis, yang lebih banyak terjadi pada laki-laki yang belum sirkumsisi.
- Fimosis (kondisi di mana kulit kepala penis tidak bisa ditarik) sering terjadi pada anak usia 3 tahun, menyebabkan penis nyeri dan bengkak. Jika sirkumsisi sudah dilakukan sebelum usia 3 tahun, maka fimosis akan dapat dicegah.
- Infeksi menular seksual lebih sering terjadi pada pria yang belum sirkumsisi. Jika seseorang sudah sirkumsisi sebelum ia aktif secara seksual, maka risiko infeksi menular seksual akan berkurang, dan risiko pasangannya mengalami infeksi menular seksual juga berkurang.
- Sirkumsisi pada masa bayi memiliki lebih sedikit komplikasi (jika dilakukan dengan dokter yang berpengalaman) dan lebih sedikit biaya perawatan.

Adapun begitu, selain dari segi medis, penentuan kapan seseorang sebaiknya disunat juga melibatkan pertimbangan kesediaan seseorang yang disunat. Saat bayi, ia belum memiliki kehendak dan kemampuan untuk menentukan apakah ia ingin atau tidak ingin untuk disunat, sementara setelah ia lebih tua – pada usia SD atau yang lebih tua – ia sudah dapat menentukan apakah ia ingin disunat atau tidak. Meskipun sunat memiliki berbagai manfaat, tidak menutup kemungkinan seseorang menolak untuk sirkumsisi di kemudian hari, sehingga hal ini perlu dipertimbangkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News