Womanindonesia.co.id – Untuk mencapai kemerdekaan negara tercinta tentunya tidak dengan cara yang mudah, terdapat banyak tokoh-tokoh pejuang yang tewas demi memperjuangkan Indonesia. Tak hanya parah pahlawan laki-laki yang terjun dalam perjuangan namun terdapat pula tokoh-tokoh perempuan yang turut serta dalam medapatkan kemerdekaan.
Siapakah mereka? Simak, tokoh perempuan Indonesia yang ikut membantu suaminya berjuang untuk Indonesia berikut ini.
3 Tokoh Perempuan Indonesia yang Membantu Perjuangan Suaminya
1. Cut Nyak Dhien
Tokoh perempuan pejuang yang sangat dikenal hingga saat ini adalah Cut Nyak Dien. Ia merupakan salah satu pahlawan nasional asal Aceh yang berjuang dalam melawan penjajahan Belanda. Ia lahir di Lampadang, Kerajaan Aceh pada 1848 dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar.
Cut Nyak Dhien mulai ikut mengangkat senjata dan berperang melawan Belanda pada 1880. Akibat perang, suami pertamanya, Teuku Cek Ibrahim Lamnga tewas saat bertempur pada 29 Juni 1878. Bahkan, suami keduanya, Teuku Umar juga tewas tertembak pada 11 Februari 1899.
Namun dia terus berjuang melawan kekuasaan Belanda, sampai akhirnya diasingkan di Sumedang, Jawa Barat bersama tahanan politik Aceh lainnya. Pada 6 November 1908, Cut Nya Dien meninggal di pengasingan dan makamnya baru ditemukan pada 1959.
2. Cut Meutia
Tokoh perempuan pejuang selanjutnya adalah Cut Meutia. Pahlawan nasionalperempuan satu ini berasal dari daerah Aceh. Meski seorang perempuan namun Cut Meutia tidak takut untuk ikut berperang melawan Belanda yang saat itu menduduki tanahnya.
Ia berjuang untuk mengusir orang-orang yang berusaha merebut wilayahnya bersama sang suami, Teuku Cik Tunon. Cut Meutia, sebagai pahlawan nasional perempuan, melanjutkan perlawanan terhadap Belanda bersama Pang Nanggroe hingga akhirnya terbunuh pada 26 September 1910.
3. Siti Walidah
Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan merupakan merupakan salah satu tokoh perempuan Indonesia sekaligus pahlawan perempuan yang dimiliki Indonesia. Ia lahir di Kauman, Yogyakarta pada tanggal 3 Januari 1872. Ia menikah dengan Kyai Ahmad Dahlan, seorang ulama dan pendiri Muhammadiyah. Bersama sang suami, mereka berjuang demi kesetaraan pendidikan untuk masyarakat kecil.
Pasangan tersebut mendirikan organisasi Sopo Tresno dan Aisyiyah yang memberikan perhatian khusus pada kemajuan perempuan terutama di bidang pendidikan. Ia juga berpartisipasi dalam diskusi tentang perang bersama Jenderal Sudirman dan Presiden Sukarno.
Nyai Ahmad Dahlan meninggal pada pukul 01:00 siang pada tanggal 31 Mei 1946. Ia dimakamkan di belakang Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News