Womanindonesia.co.id – Hari Diabetes Sedunia atau World Diabetes Day diperingati 14 November setiap tahunnya. Pada Hari Diabetes Sedunia diinisiasi oleh International Diabetes Federation (IDF) untuk meningkatkan akses terhadap layanan diabetes dan menyerukan pentingnya pencegahan diabetes dan komplikasinya.
Hal ini penting, karena lebih dari 460 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes dan prediabetes yang sebenarnya dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup. Merck bekerjasama dengan YouGov melakukan survei pada 10-27 September 2021 dengan melibatkan 8.000 orang dewasa di Indonesia, Brasil, Meksiko, Rusia, Cina, Vietnam, Portugal dan Uni Emirat Arab.
Hasil survei mengungkapkan, responden di Indonesia telah menerapkan perubahan gaya hidup yang dapat mengurangi atau bahkan meningkatkan risiko terhadap diabetes, disebabkan oleh semakin banyaknya waktu luang di rumah.
Banyak responden yang mengatakan bahwa mereka melakukan perubahan yang lebih sehat, seperti 51 persen lebih banyak makan buah dan sayuran dan 40 persen semakin sering berolahraga selama pandemi Covid-19. Namun, tidak sedikit pula responden yang lebih sering mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gula (13 persen) dan semakin jarang berolahraga (19 persen).

Padahal, dari survei tersebut juga terungkap bahwa sebanyak 68 persen orang di Indonesia percaya bahwa perubahan gaya hidup yang dapat mengurangi risiko terhadap diabetes dan 73 persen menyadari bahwa asupan makanan tinggi gula memainkan peran utama dalam menyebabkan diabetes.
Selain perubahan gaya hidup, survei ini juga mengungkapkan bahwa kebanyakan orang (82 persen responden) di Indonesia tidak tahu harus bertanya kepada siapa atau mengakses sumber informasi yang dapat diperpercaya tentang risiko diabetes. Sementara itu, hasil survei juga menunjukkan 67 persen akan mencoba mengakses informasi terpercaya tentang faktor risiko diabetes di internet, dimana 31 persen diantaranya akan mengakses informasi melalui media sosial.
Bukan hanya melalui internet, tidak sedikit responden yang akan menggunakan program TV (21 persen) dan akan berbicara dengan keluarga atau teman (35 persen) untuk mencari informasi tentang diabetes. Melihat data tersebut, hadirnya berbagai inisiatif dan platform terpercaya sangat dibutuhkan agar dapat terus mengedukasi masyarakat tentang bahaya diabetes dan cara pencegahannya.
“Pandemi Covid-19 telah membawa perubahan besar terhadap gaya hidup yang dapat menjadikan kita lebih sehat ataupun tidak. Saat ini, kita sudah mulai beradaptasi untuk hidup berdampingan dengan virus ini dan perlu memahami kebiasaan yang dapat mengurangi ataupun meningkatkan risiko diabetes,” kata Presiden Direktur PT Merck Tbk. Evie Yulin Sabtu (13/11).
Dengan demikdapatkata Evie, kita dapat membuat pilihan yang tepat untuk mempertahankan yang gaya hidup yang sehat dan mengubah yang buruk menjadi baik. “Melalui kemitraan berkelanjutan dengan IDF, kami berharap dapat memberikan penjelasan yang lebih komprehensif mengenai diabetes dan mendorong perubahan positif yang dapat dilakukan masyarakat untuk menjalani hidup yang lebih sehat dan aktif,” lanjut Evie.
Risiko terkena diabetes tipe-2 dapat dikurangi hingga 58 persen dengan perubahan gaya hidup, seperti pola makan yang seimbang, rutin berolahraga, dan menurunkan berat badan.2,3 Penelitian menunjukkan bahwa setiap penurunan berat badan hingga satu kilogram, risiko terkena diabetes pun ikut berkurang hingga 16 persen.
Untuk itu, Merck telah bekerja sama dengan para tenaga kesehatan profesional untuk meluncurkan kampanye yang mendorong perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan di rumah untuk memitigasi risiko diabetes dalam rangka Hari Diabetes Sedunia 2021.
Selain itu, inisiatif penting lainnya yang dilakukan Merck dalam rangka menyambut Hari Diabetes Sedunia adalah melakukan Webinar publik “See it, slow it, stop it! Cegah prediabetes dimulai dari keluarga” serta kampanye edukasi di social media @merckindonesia.

Sementara itu, dr. L. Aswin Pramono, M.Epid., Sp.PD dari Rumah Sakit St. Carolus Jakarta menyambut baik upaya Merck untuk melakukan edukasi kepada publik tentang pencegahan risiko diabetes. Ia menjelaskan, prediabetes merupakan kondisi gula darah yang tinggi, namun belum sampai menyentuh kriteria diagnosis diabetes.
“Namun, tidak banyak orang yang menyadari kondisi prediabetes, karena memang gejalanya yang minim sampai kemudian berkembang menjadi diabetes dan menimbulkan komplikasi,” kata dr. Aswin.
Untuk mencegahnya, dr. Aswin mekomendasikan untuk rutin berolahraga setidaknya 150 menit seminggu, atau 30 menit setiap hari selama 5 hari dalam seminggu. Olahraga yang dilakukan misalnya berjalan kaki, naik sepeda, atau berenang. Usaha lainnya dalam mengobati prediabetes adalah berusaha mengubah pola makan dengan diet yang bergizi seimbang dan mengelola stres.
“Untuk itu, sebuah kampanye yang dapat mendorong perubahan gaya hidup akan sangat diperlukan untuk membantu mengedukasi masyarakat,” ujar dr. Aswin.
Prediabetes umumnya tidak menimbulkan gejala yang jelas sehingga banyak orang tidak menyadarinya. Untuk mencari tahu bagaimana perubahan gaya hidup dapat memengaruhi risiko diabetes Anda, Anda dapat mengikuti penilaian prediabetes online Merck di sini.
“Mengelola diabetes selama lebih dari 60 tahun, Merck senantiasa membantu memerangi epidemi di seluruh dunia dengan menghadirkan perawatan, layanan kesehatan, kemitraan yang kuat, dan meningkatkan kesadaran masyarakat,” tutup Evie.
4 Tipe Diabetes
Dalam rangka Hari Diabetes Sedunia, berikut akan dijelaskan mengenai tipe-tipe diabetes. Ada beberapa klasifikasi diabetes, di antaranya yang mungkin paling Anda hafal adalah diabetes melitus (DM) tipe 1 dan 2. Ada juga jenis diabetes yang dialami dalam masa kehamilan yang dikenal dengan istilah diabetes gestasional.
Tidak mudah membedakan diabetes tipe 1 dan 2 karena secara umum gejala kedua jenis diabetes ini serupa. Perbedaan keduanya terdapat pada penyebabnya. Diabetes tipe 1 berhubungan dengan keturunan, sementara DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat.
Namun, penelitian beberapa tahun terakhir turut menunjukkan bahwa masalah fungsi hormon insulin tubuh akibat diabetes juga memengaruhi otak sehingga menyebabkan penyakit Alzheimer. Kondisi ini kemudian diperkenalkan sebagai diabetes tipe 3. Berikut adalah ulasan masing-masing klasifikasi diabetes melitus:
1. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun kronis yang terjadi ketika tubuh kurang atau sama sekali tidak dapat menghasilkan hormon insulin. Padahal, insulin dibutuhkan untuk menjaga kadar gula darah tetap normal. Kondisi ini lebih jarang terjadi dibandingkan DM tipe 2.
Umumnya, diabetes tipe 1 terjadi dan ditemukan pada anak-anak, remaja, atau dewasa muda, meski bisa terjadi pada usia berapa pun. Diabetes tipe 1 kemungkinan besar disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melawan patogen (bibit penyakit) malah keliru sehingga menyerang sel-sel penghasil insulin di pankreas (autoimun).
Kekeliruan sistem imun pada tersebut bisa dipengaruhi oleh faktor genetik dan paparan virus di lingkungan. Oleh karena itu, orang yang memiliki riwayat keluarga dengan jenis diabetes ini berisiko tinggi terkena penyakit ini. Sering kali penderita DM tipe 1 memerlukan terapi insulin seumur hidup untuk mengendalikan gula darahnya.
2. Diabetes tipe 2
Jenis diabetes ini lebih umum terjadi dibandingkan tipe 1. Mengutip dalam laman CDC, diperkirakan sekitar 95 persen kasus kencing manis adalah diabetes tipe 2. Secara umum, jenis diabetes ini dapat menyerang siapa saja pada semua kalangan usia. Namun, diabetes tipe 2 biasanya lebih mungkin terjadi pada orang dewasa dan lansia karena faktor gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang gerak dan kelebihan berat badan.
Gaya hidup tak sehat menyebabkan sel-sel tubuh kebal atau kurang sensitif merespons hormon insulin. Kondisi ini disebut juga dengan resistensi insulin. Akibatnya, sel-sel tubuh tidak dapat memproses glukosa dalam darah menjadi energi dan glukosa pun akhirnya menumpuk di dalam darah. Untuk mengatasi gejala diabetes tipe 2, pasien perlu menjalani polah hidup diabetes yang lebih sehat, seperti mengatur pola makan dan memperbanyak aktivitas fisik.
Dokter juga mungkin akan memberikan obat diabetes untuk menurunkan gula darah yang tinggi dalam perawatan DM tipe 2. Tidak seperti DM tipe 1 yang memerlukan tambahan insulin, pengobatan melalui terapi insulin tidak umum dilakukan untuk mengendalikan gula darah pada DM tipe 2.
3. Diabetes tipe 3
Diabetes tipe 3 adalah kondisi yang disebabkan oleh kurangnya suplai insulin ke dalam otak. Minimnya kadar insulin dalam otak dapat menurunkan kerja dan regenerasi sel otak sehingga memicu terjadinya penyakit Alzheimer. Penyakit Alzheimer sendiri termasuk ke dalam penyakit neurodegeneratif ataupenurunan fungsi otak yang terjadi secara perlahan akibat berkurangnya jumlah sel-sel otak yang sehat.
Kerusakan sel otak tersebut ditandai dengan penurunan kemampuan berpikir dan mengingat. Suatu studi dari jurnal Neurology menunjukkan risiko Alzheimer dan demensia bisa berkali lipat lebih tinggi pada penderita diabetes dibandingkan dengan individu yang sehat. Dijelaskan dalam studi tersebut hubungan antara diabetes dan Alzheimer sebenarnya merupakan hal yang kompleks.
Penyakit Alzheimer pada penderita diabetes kemungkinan disebabkan oleh resistensi hormon insulin dan tingginya kadar gula dalam darah sehingga menyebabkan kerusakan dalam tubuh, termasuk kerusakan dan kematian sel-sel otak. Kematian sel-sel otak tersebut disebabkan otak tidak memperoleh glukosa yang cukup. Padahal otak adalah organ vital tubuh yang paling banyak memerlukan gula darah (glukosa).
Sementara itu, otak sangat bergantung pada hormon insulin untuk dapat menyerap glukosa. Saat otak tidak memiliki cukup insulin, asupan glukosa ke otak akan berkurang. Akibatnya distribusi glukosa menuju otak tidak merata dan sel otak yang tidak mendapatkan glukosa akan mengalami kematian dan memicu munculnya Alzheimer.
Meskipun demikian, terdapat mekanisme lain yang menjelaskan bahwa Alzheimer bisa saja terjadi dengan sendirinya tanpa mengikut penyakit diabetes. Namun, keduanya dipicu oleh faktor risiko yang serupa, yaitu pola konsumsi tinggi karbohidrat dan glukosa.
Terlebih lagi pengobatan diabetes tipe 1 dan 2 tidak mempengaruhi kadar insulin otak sehingga tidak memiliki dampak positif terhadap penanganan penyakit Alzheimer. Olehnya itu, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami mekanisme kondisi diabetes memicu terjadinya Alzheimer.
4. Diabetes gestasional

Diabetes gestasional adalah jenis diabetes yang terjadi pada ibu hamil. Tipe diabetes ini terjadi selama kehamilan bisa menyerang ibu hamil, walau tidak memiliki riwayat diabetes. Menurut American Pregnancy Association, klasifikasi diabetes ini muncul karena plasenta ibu hamil akan terus menghasilkan sebuah hormon khusus.
Nah, hormon inilah yang menghambat insulin bekerja dengan efektif. Akibatnya, kadar gula darah Anda pun menjadi tidak stabil selama kehamilan. Sebagian besar perempuan tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami diabetes jenis ini karena seringnya diabetes gestasional tidak memunculkan gejala dan tanda yang spesifik.
Kabar baiknya, kebanyakan wanita yang mengalami jenis diabetes ini akan sembuh selepas melahirkan. Agar tidak menimbulkan komplikasi, ibu hamil yang mengalami tipe diabetes melitus ini perlu mengecek kesehatan dan kehamilannya pada dokter secara rutin.
Selain itu, gaya hidup juga perlu diubah jadi lebih sehat. Perempuan yang hamil di usia 30 tahun, memiliki berat badan berlebih, pernah mengalami keguguran atau bayi lahir mati (stillbirth), atau punya riwayat penyakit hipertensi dan PCOS, berisiko tinggi mengalami diabetes gestasional.
Sejarah Hari Diabetes Sedunia

Hari Diabetes Sedunia adalah kampanye kesadaran global yang terhadap diabetes mellitus dan diadakan setiap 14 November. Diselenggarakan oleh IDF, setiap Hari Diabetes Dunia berfokus pada sebuah tema yang berkaitan dengan diabetes, yang merupakan penyakit tidak menular yang dapat dicegah dan diobati dan mengalami peningkatan pesat di seluruh dunia.
Topik yang dibahas termasuk diabetes dan hak asasi manusia, diabetes dan gaya hidup, diabetes dan obesitas, diabetes pada mereka yang kurang beruntung dan rentan, dan diabetes pada anak-anak dan remaja. Saat kampanye berlangsung sepanjang tahun, hari itu sendiri menandai ulang tahun dari Frederick Banting yang, bersama dengan Charles Best dan John James Rickard Macleod, pertama mengagas penemuan insulin pada tahun 1922.
Hari Diabetes Sedunia dirayakan pertama kalinya pada 1991 oleh IDF dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam menyikapi peningkatan pesat diabetes di seluruh dunia. Pada tahun 2016, Hari Diabetes Sedunia dirayakan oleh lebih dari 230 anggota asosiasi IDF dari lebih 160 negara dan wilayah, serta dengan organisasi-organisasi lain.
Adapun oragisasi lain yang ikut serta dalam peringatan Hari Diabetes Sedunia seperti perusahaan, profesional kesehatan, politisi, selebriti, dan orang-orang yang hidup dengan diabetes dan keluarga mereka. Kegiatan meliputi skrining diabetes, program-program radio dan televisi kampanye, acara olahraga, dan lain-lain.
Tema sebelumnya dalam kampanye Hari Diabetes Dunia telah difokuskan pada faktor-faktor yang berbeda yang mempengaruhi risiko diabetes dan komplikasinya:
- 2016: Hari Diabetes Sedunia “Mata dan Diabetes”
- 2015: Hari Diabetes Sedunia “Makan Sehat”
- 2014: Hari Diabetes Sedunia “Biru untuk Sarapan”
- 2013: Hari Diabetes Sedunia “Melindungi masa Depan kita: Pendidikan dan Pencegahan Diabetes”
Itulah penjelasan tentang peringatan Hari Diabetes Sedunia. Merujuk pada hasil survei Merck terkait dampak perubahan gaya hidup di tengah pandemi terhadap risiko diabetes dan prediabetes dalam rangka Hari Diabetes Sedunia 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News