Womanindonesia.co.id – Hari Peringatan Reformasi jatuh pada tanggal 21 Mei yang di peringati setiap tahunnya. Pada hari Peringatan Reformasi juga, Soeharto, Presiden Indonesia kedua setelah menjabat selama 32 tahun, mengundurkan diri.
Sejarah Hari Peringatan Reformasi
Sebelum Soeharto mengundurkan diri, banyak peristiwa mencekam yang mendahuluinya. Berawal dari 1 Mei 1998, ketika Soeharto menyatakan bahwa reformasi bisa dilakukan setelah 2003.
Soeharto diberi mandat MPR untuk menyelesaikan krisis moneter yang berujung pada krisis kepercayaan. Presiden RI ke-2 itu menuding adanya anasir PKI di balik kekacauan negeri seperti demo besar akhir-akhir ini, termasuk dari partai-partai lain yang telah dilarang.
Dilansir Amnesty, demonstrasi menuntut reformasi dilakukan sejak awal Mei oleh ratusan mahasiswa Bali yang tergabung dalam aktivis HMI cabang Denpasar.
Di Medan, kerusuhan massal pecah. Ketika para mahasiswa berunjuk rasa di kampus-kampus, ribuan warga tiba-tiba turun ke jalan, merusak, membakar, dan menjarah toko-toko dan gudang-gudang penyimpanan barang.
Aksi pengrusakan dan pembakaran di Medan masih berlangsung dan meluas. Setelah tiga hari, aksi lanjutan semakin mengarah ke sentimen rasial hingga mendorong pengungsian besar-besaran para warga keturunan Cina.
Orang-orang Cina meninggalkan rumah atau ruko ke luar kota dan menginap di Hotel Danau Toba yang sudah dijaga ketat petugas.
Lalu, pada 7 Mei 1998, Menhankan Jenderal Wiranto memastikan seluruh komponen bangsa akan mendengar dan memahami keinginan mahasiswa tentang reformasi. Juga berharap perjuangan fisik atau demo digantikan dengan gerakan intelektual.
Dilanjutkan pada 9 Mei 1998, Presiden Soeharto mengajak smeua pihak untuk memberikan kesempatan pada DPR untuk memulai langkah reformasi. Sebab Ia beranggapan UU sekarang kurang baik dan hal itu dikemukakan di Bandara Halim Perdanakusuma sebelum pergi ke Kairo, Mesir.
Kerusuhan yang masih berlanjut di berbagai kota tersebut membuaat 4 mahasiswa Universitas Trisakti meninggal setelah ditembak aparat. Atas solidaritas, sebagian mahasiswa mengamuk di Bandung, tepatnya di Jalan A. Yani dan Kiaracondong. Sejumlah toko yang bertanda “milik pribumi” dan sajadah yang diselempangkan, tidak lepas dari amuk massa.
Pada 14 Mei 1998, Jakarta semakin mencekam. Penjarahan dan penghancuran mulai terjadi di Geraja Pentakosta dan HKBP kemudian dilanjutkan di Gereja Sion. Saat itu massa yang tertangkap baru 240 dari Jatibaru, Tanah Abang dan Jakarta Pusat.
Pada 15 Mei 1998, sebanyak 273 orang tewas di dua pusat perbelanjaan yang dijarah dan dibakar massa, yaitu Sentra Plaza Klender Jakarta Timur dan Ciledug Plaza Tangerang. Setelahnya, kehidupan sehari-hari pun mulai pulih. meski masih ada aparat yang berjaga-jaga di berbagai kota.
Kemudian pada 18 Mei 1998, mahasiswa berhasil menduduki gedung DPR/MPR. Saat itu semua menuntut reformasi dan mendesak presiden untuk menyampaikan pertanggungjawaban dan mengundurkan diri dari jabatan.
Aksi mahasiswa tersebut berjalan dengan tertib namun terus berdatangan dan menuntut Soeharto mundur. Jalanan pun mulai diblokir.
Sebelum Soeharto mundur, para menterinya telah lebih dulu mundur. Soeharto pun merasa sudah dipermalukan oleh bangsa sendiri termasuk secara internasional karena dianggap gagal menjadi presiden. Tidak lama, proses pengunduran diri Soeharto disaksikan oleh seluruh dunia dan diliput berulang-ulang di televisi.
Setelah Seoharto menyatakan diri untuk mundur, Istana Kepresidenan menyerahkan map kepada B.J. Habibie sebagai pengganti Soeharto dan diminta untuk membacakan sumpah sebagai presiden.
Itulah sejarah Hari Peringatan Reformasi yang diperingati pada 21 Mei setiap tahunnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News