Womanindonesia.co.id – Yayasan Kebaya Warisan Indonesia atau yang kerap disebut dengan Kebaya Foundation adalah sebuah yayasan yang didedikasikan untuk pelestarian dan pengembangan Kebaya.
Kebaya yang merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia ini juga telah menjadi pakaian khas wanita Indonesia. CEO Kebaya Foundation Pusat adalah Tuti Nusandari Roosdiono yang saat ini menjabat sebagai anggota Komisi IX DPR RI.
Untuk mempercepat kegiatannya, Kebaya Foundation telah menyiapkan perwakilan yayasan di beberapa wilayah Indonesia, salah satunya perwakilan DKI Jakarta, dengan Happy Farida Djarot selaku Ketua Perwakilan Kebaya Foundation DKI Jakarta.
Pada Kamis, 19 Januari 2023, Perwakilan Kebaya Foundation di DKI Jakarta mengadakan kegiatan konsolidasi guna mengukuhkan anggota Kebaya Foundation di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Selain itu, kegiatan yang dihadiri lebih dari 500 wanita yang mengenakan Kebaya ini juga menyoroti dukungan para pegiat Kebaya dari Kebaya Foundation DKI Jakarta dalam upaya mencanangkan Hari Kebaya Nasional dan Kebaya Goes to UNESCO.
Upaya Kebaya Foundation Representative DKI Jakarta juga bertujuan untuk menginspirasi para wanita milenial dan remaja putri Indonesia untuk lebih sering dan bangga mengenakan kebaya dari pakaian khas wanita Indonesia, baik sebagai aksesori kasual maupun aksesori fashion.
Tak hanya itu, perwakilan dari Kebaya Foundation DKI Jakarta juga bekerja keras meningkatkan pendidikan kebaya di kalangan perempuan Indonesia dan perempuan milenial terkait kebaya dan wastra Nusantara.
Sebagai semboyan: ‘Dengan berkebaya, Perempuan Indonesia Berdaya, Berbudaya dan Berkepribadian Pancasila’, Kebaya Foundation perwakilan DKI Jakarta, memiliki tekad untuk melestarikan dan mengembangkan Kebaya dan sastra Nusantara sebagai warisan budaya luhur nenek moyang bangsa Indonesia.
Acara tersebut dihadiri oleh Presiden MPR RI, Bapak H. Bambang Soesatyo, H.E., M.B.A. , Presiden DPR RI – Ny. Dr. Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi, S.Sos. , pejabat eselon I lainnya dari 10 duta besar negara sahabat.
“Selain itu, perwakilan Kebaya Foundation di DKI Jakarta juga bekerja keras meningkatkan pendidikan kebaya di kalangan perempuan Indonesia dan perempuan milenial melalui kebaya dan sastra Indonesia,” ujar Yulie Nasution, direktur PR dan media.
Happy Farida Djarot, Direktur Kebaya Foundation mewakili DKI Jakarta menjelaskan, upaya perwakilan Kebaya Foundation DKI Jakarta ini juga bertujuan untuk menginspirasi para wanita dan remaja putri milenial Indonesia untuk lebih sering dan bangga mengenakan kebaya dibandingkan pakaian khas wanita Indonesia, baik dalam kehidupan sehari-hari, dan barang fashion.
“Selain itu, kami tidak hanya mengembangkan kebaya, tetapi juga melakukan kegiatan sosial lainnya. Tentu saja, saat ini kami berterima kasih telah mengundang lebih dari 500 tamu (perempuan), karena jika kami ingin melakukan sesuatu, kami tidak dapat melakukannya sendiri, kami juga membutuhkan dukungan dari teman-teman lainnya,” ujar Happy.
Wenny M. Susanto, Ketua Panitia Acara dan Direktur Pendidikan Kebaya Foundation DKI Jakarta, menjelaskan langkah awal untuk melestarikan budaya ini adalah dengan “mengakui dan bangga saat memakainya”.
Dirinya menegaskan bahwa saat ini, tidak hanya Indonesia yang ‘merasa memiliki’ kebaya, beberapa negara lain pun mengklaim busana ini, mulai dari Malaysia hingga Thailand dan China.
“Kita harus akui dan bangga memakai kebaya, karena masalah kebaya ini masih panjang, sebab tidak hanya Indonesia yang memiliki style kebaya, tapi banyak juga negara lain yang juga mengklaim sebagai identitas bangsanya,” kata Wenny.
Sejarah Kebaya
Kebaya memiliki asal yang menarik. Denys Lombard menjelaskan bahwa Kebaya berasal dari bahasa Arab. Dia adalah seorang sejarawan yang mempelajari budaya Jawa.
Ada juga yang menyebutkan bahwa kebaya diperkenalkan oleh bangsa Portugis. Ketika Portugis mendarat di Asia Tenggara, kebaya mengacu pada atasan atau blus yang dikenakan wanita Indonesia pada abad ke-15 dan ke-16 Masehi. Kemudian banyak yang mengklaim bahwa kebaya berkaitan dengan baju tunik yang dikenakan wanita pada masa Dinasti Ming di China. Kebaya datang ke Nusantara setelah migrasi besar-besaran dari Tiongkok.
Pada masa penjajahan Belanda, kebaya digunakan sebagai pakaian formal wanita Eropa. Saat itu kebaya hanya menggunakan bahan tenun mori.
Pada abad ke-19 kebaya menjadi pakaian sehari-hari semua kelas sosial. Baik wanita ras Jawa maupun Belanda.
Bahkan, kebaya menjadi pakaian wajib bagi wanita Belanda yang datang ke Hindia Belanda (Indonesia).
Selain itu, status kebaya melemah pada masa penjajahan Jepang. Dulu, kebaya dikaitkan dengan pakaian yang dikenakan oleh narapidana wanita asli dan pekerja paksa.
Pada masa kemerdekaan, kebaya dan batik menjadi simbol perjuangan dan nasionalisme. Nilai dan status kebaya kembali naik dan digunakan sebagai busana acara resmi dan kenegaraan.
Kebaya artinya menarik, menawan, cantik dan mempesona. Selain sejarah naik turunnya apresiasi kebaya, evolusi kebaya sangat beragam.
Kini kebaya berkembang tidak hanya sebagai pakaian resmi. Banyak desainer yang berhasil memadukan kebaya dengan kehalusan, aksesori, dan motif yang lebih kasual. Kebaya juga bukan hanya tentang pakaian wanita. Kebaya pun meluas penggunaannya hingga remaja.
Warna kebaya juga tidak terbatas. Ada kebaya merah, kebaya hijau dan lain-lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News