Womanindonesia.co.id – Sejarah radio dan perkembangannya selalu menarik untuk dibahas. Selain media informasi seperti koran dan majalah, radio terlebih dahulu hadir sebagai media informasi yang memberi hiburan dan informasi sebelum televisi.
Bagaimana radio bisa menjadi media yang populer dalam sejarah perekembangannya? Karena dalam satu media, selain mampu menghibur dengan alunan musik yang diputar oleh penyiar dan operator, radio juga pemberi informasi yang sangat cepat dibanding televisi dan koran yang harus melalui proses produksi.
Setelah hadirnya televisi apakah radio ditinggalkan? Pada awal hadirnya televisi radio sempat ditinggalkan oleh masyarakat, karena hampir semua program radio diambil alih oleh televisi, seperti drama, hiburan musik, laporan informasi atau berita yang hadir dengan gambar.
Namun teryata ketertarikan pada televisi tidak berlangsung lama dengan lantas meninggalkan radio, karena sebagian besar orang mulai menyadari bahwa radio dan televisi adalah media yang berbeda. Lalu bagaimana sejarah radio ini berkembang pada awalnya.
1 Sejarah Singkat Perkembangan Radio Di Dunia
Dalam buku yang ditulis Theo Stokkink The Professional Radio Presenter tertulis, sejarah radio yang pertama dimulai pada tahun 1895, dengan munculnya The Wireless Teleghraph Company yang didirikan oleh seorang insnyur elektronika dari Italia yang bernama Guglielmo Marconi.
Dia menemukan suatu alternatif untuk mengirim pesan tanpa menggunakan kabel melewati jarak yang cukup jauh, yaitu pada tahun 1897, secara resmi Marconi mempublikasikan penemuan bahwa sinyal nirkabel dapat ditransmisikan pada jarak yang lebih jauh (12 mil (19000 m).
Setelah melakukan berbagai percobaan, pada tahun 1899 Marconi berhasil melakukan komunikasi nirkabel antara Prancis dan Inggris lewat Selat Inggris dengan menggunakan osilator Tesla. Penelitian lain yatiu John Ambrose Fleming pada tahun 1904 menemukan bahwa tabung audion dapat digunakan sebagai receiver nirkabel bagi teknologi radio.
Selang dua tahun kemudian (Kanuri-1901) Dr. Lee De Forest menemukan tabung elektron yang terdiri dari tiga elemen (triode audion). Penemuan ini memungkinkan gelombang suara ditransmisikan melalui sistem komunikasi nirkabel. Tetapi sinyal yang ditangkap masih sangat lemah.
Barulah pada tahun 1912 sejarah dunia mencatat Edwin Howard Armstrong menemukan penguat gelombang radio yang disebut radio amplifier. Alat ini bekerja dengan cara menangkap sinyal elektromagnetik dari transmisi radio dan memberikan sinyal balik dari tabung. Dengan begitu kekuatan sinyal akan meningkat sebanyak 20.000 kali per detik. Suara yang ditangkap juga jauh lebih kuat sehingga bisa didengar langsung tanpa menggunakan earphone.
Penemuan ini kemudian menjadi sangat penting dalam sejarah sistem komunikasi radio karena jauh lebih efisien dibandingkan alat terdahulu. Meskipun demikian hak paten atas amplifier jatuh ke tangan Dr. Lee De Forest.
Dalam perkembangannya penggunaan radio sebagai alat atau media komunikasi massa pada awalnya diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915. Selanjutnya Le De Forrest melalui eksperimen siaran radionya, yang telah menyiarkan kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 1916, sehingga ia dikenal sebagai pelopor penyiaran radio.
Dalam sejarah awalnya, sinyal pada siaran radio ditransmisikan melalui gelombang data yang kontinu baik melalui modulasi amplitudo (AM), maupun modulasi frekuensi (FM). Metode pengiriman sinyal seperti ini disebut analog. Selanjutnya, seiring perkembangan teknologi ditemukanlah internet, dan sinyal digital yang kemudian mengubah cara transmisi sinyal radio.
2 Sejarah Singkat Masuknya Radio Di Indonesia
Sejarah masuknya radio di Indonesia bermula sejak pendiriannya diresmikan pada tanggal 11 September 1945 yaitu Radio Republik Indonesia. Peresmian ini dilakukan oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang di 6 kota. Dalam rapat utusan 6 radio yang dilakasanakn pada waktu itu di rumah Adang Kadarusman Jalan Menteng Dalam, Jakarta. Sehingga menghasilkan keputusan mendirikan Radio Republik Indonesia dengan memilih dr. Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama.
Namun siaran radio yang pertama di Indonesia pada waktu itu bernama Hindia Belanda adalah Bataviase Radio Vereniging (BRV) di Batavia. Stasiun radio ini didirikan pada tanggal 16 Juni 1925. Stasiun radio siaran pertama di Indonesia ini didirikan lima tahun setelah di Amerika Serikat, dan tiga tahun setelah di Inggris dan Uni Soviet.
Semua stasiun radio di Indonesia semasa penjajahan Belanda berstatus swasta. Sejak adanya BRV di Batavia, muncul berbagai badan radio siaran lain di berbagai kota di Indonesia, antara lain Nederlandsch Indische Radio Omroep Masstchapyj (NIROM) di Jakarta, Bandung, dan Medan. Dari sekian banyak siaran radio, NIROM adalah badan yang terbesar dan terlengkap, karena mendapat bantuan penuh dari pemerintah Hindia Belanda.
Perkembangan NIROM yang pesat itu disebabkan pula keuntungannya yang besar dalam bidang keuangan yakni dari “pajak radio”. Hal itu beda sekali dengan badan-badan radio siaran lainnya yang berbentuk perkumpulan swasta, terutama yang diusahakan bangsa pribumi, yang hidupnya dari iuran para anggota.
Sebagai pelopor timbulnya radio siaran usaha bangsa Indonesia ialah Solosche Radio Vereniging (SRV) yang didirikan pada tanggal 1 April 1933. Dalam hubungan dengan itu patut di catat nama Mangkunegoro VII seorang bangsawan Solo dan seorang Insinyur bernama Ir.Sarsito Mangunkusumo yang berhasil mewujudkan SRV itu.
Pada tanggal 29 Maret 1937 atas usaha anggota Volksraad M.Sutarjo Kartokusumo dan seorang Insinyur bernama Ir.Sarsito Mangunkusumo diselenggaraka suatu pertemuan antara wakil-wakil radio ketimuran bertempat di Bandung. Pertemuan hari itu melahirkan suatu badan baru bernama: PERIKATAN PERKUMPULAN RADIO KETIMURAN (PPRK) sebagai ketuanya adalah: Sutarjo Kartohadikusumo.
Tujuan PPRK yang non-komersial itu bersifat “Sociaal kultureel” semata-mata memajukan keseniaan dan kebudayaan nasional guna kemajuan masyarakat Indonesia, rohani dan jasmani.
3 Daya Tarik Media Radio Sehingga Tetap Bertahan
Radio memperlihatkan kekuatan terbesar yang dimilikinya sebagai media jika menyangkut imajinasi. Radio menuntut keikutsertaan aktif pendengarnya dalam membentuk pengalaman tentang pandangan, perasaan, dan sensasi yang dibangun oleh media suara.
Daya tarik dan keefektifan komedi situasi di radio, drama, laporan berita dan pemutaran musik yang disajikan sebagian tergantung kepada kesediaan pendengar bagaimana menikmati hiburan tersebut, yang bahkan bisa mengembangkan imajinasi dalam pikiran mereka.
Radio adalah media yang buta, tetapi dapat menstimulasi sehingga begitu suaranya terdengar, pendengar berusaha memviasualisasikan apa yang didengarnya dan menciptakan bayangan mereka sendiri tentang pemilik suara tersebut termasuk ketika mendengarkan musik.
Mendengarkan musik tidak hanya sekedar memanjakan telinga, namun dibalik semua itu ada manfaat yang lainnya untuk kesehatan, seperti ketenangan pikiran dan perasaan senang.
Orang mulai menyadari peralihan fungsi radio, selain program berita berupa informasi, drama atau hiburan. Semakin kesini semakin berkembang dengan pembagian segmentasi atau sasaran pendengar. Segmentasi inilah yang menentukan pembentukan sebuah program radio, seperti contoh jika radio khusus untuk perempuan, maka isi program radio akan banyak memuat berita yang khusus untuk peremuan, jika segmentasi radio untuk anak-anak maka isi program tersebut khusus untuk anak.
Selain fungsi pemberi informasi, radio memberikan hiburan dengan memutarkan lagu atau musik. Perubahan ini dimulai sejak tahun 60-an bahwa radio mulai memiliki peranan penting dalam perkembangan musik diberbagai belahan dunia.
Inilah yang membuat radio tetap bertahan hingga sekarang, dan seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, siaran radio dapat dilakukan dengan sangat mudah, seperti adanya live streaming dan podcast.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News