Womanindonesia.co.id – “Bahagia itu sederhana, menikmati kopi di sore hari sambil merindukanmu.” Itu status Facebook teman saya sore tadi. Kamu juga pernah kan mendengar ungkapan bahagia itu sederhana? Atau, pernah juga komentar seperti itu. Apakah benar bahagia itu sederhana? Atau jangan-jangan bahagia itu tidak sederhana.
Mari kita telusuri lagi falsafah hidup bahagia yang pernah dirumuskan oleh para filusuf. Menurut mereka ada tiga sumber kebahagiaan; yang pertama adalah Kesenangan (pleasure), yang kedua kehormatan (honor), dan yang ketiga adalah kebijaksanaan (wisdom).
Bahagia bisa didapat dari kesenangan seperti menyantap makanan yang enak, menonton film serial favorit yang dibintangi oleh idola kita yang cakepnya ngga ketulungan, traveling ke negara yang diinginkan sejak lama sampe sering kebawa mimpi, termasuk menikmati kopi sambil merindukannya.
Bahagia juga bisa didapat dari penghormatan. Misalnya, diperlakukan santun oleh anak-anak kita, didengar dan dihargai pendapat kita oleh mitra kerja, dipuja dan dipuji oleh kekasih kita, diutamakan dan disegani oleh staf dan pimpinan di kantor, juga diperhatikan oleh murid-murid kita saat menerangkan, semua itu bisa membuat kita bahagia.
Terakhir, bahagia bisa didapat dari kebijaksanaan. Ini adalah kasta tertinggi dari tiga sumber kebahagiaan. Walaupun tidak memiliki kemampuan untuk “membeli” kesenangan, walaupun tidak dihormati, si bijak masih tetap bisa bahagia. Dalam keadaan miskin dan hina menurut pandangan umum si bijak tidak merasa menderita.
Untuk mendapatkan kesenangan kita harus memiliki modal materi. Begitu juga untuk dihormati kita harus dalam kondisi hidup yang terhormat. Loh, bukannya menikmati kopi di sore hari sambil merindukan orang tercinta ngga perlu modal, ngga perlu dihormati juga? Iya betul dalam keadaan normal itu bisa bikin bahagia. Tetapi, kalau ngopinya di teras rumah kontrakan yang sudah jatuh tempo sambil memikirkan seseorang yang dicintai tetapi berselingkuh dangan teman sendiri, apakah masih bisa bahagia?
Bagi kebanyakan orang bahagia itu ketika kenyataan sesuai dengan keinginkan, tidak bahagia (menderita) sebaliknya, kenyataan tidak sesuai dengan keinginan. Tetapi bagi mereka yang sudah berada di level bijaksana ngga penting lagi apakah kenyataan sesuai atau tidak sesuai dengan keinginan, semuanya diterima dengan suka cita, dengan sebuah keyakinan bahwa semua datangnya dari Tuhan dan itu pasti baik untuknya.
Jelas, untuk memiliki kehidupan yang damai dan bahagia kita harus bijaksana, bisa menerima semua yang diberikan oleh kehidupan dengan hati yang lapang dan pikiran yang baik.
Jika kita meneteskan getah pohon ke air di dalam gelas yang kecil lalu air itu kita minum pasti akan terasa pahit, tetapi kalau kita meneteskan getah ke air di danau yang luas lalu kita minum seteguk air danau itu tentu rasanya tidak akan menjadi pahit. Satu tetes getah pahit tidak akan memengaruhi rasa air danau yang luas. Begitu juga dengan hati yang luas (lapang) tidak akan terpengaruh oleh setetes masalah.
Lalu apa yang dimaksud dengan pikiran yang baik? Pikiran yang baik adalah pikiran yang bisa melihat dengan sudut pandang yang tepat atau orang-orang biasa menyebutnya itu adalah Mindset.
Untuk memiliki hati yang lapang dan pikiran yang baik memerlukan upaya yang tidak mudah. Hati yang lapang berasal dari hati yang bersih, dan membersihkan hati itu sangat sulit sesulit kita masuk surga – surga adalah tempat yang bersih yang diperuntukkan bagi orang-orang berhati bersih. Begitu juga dengan memiliki pikiran yang baik, harus diupayakan terus menerus hingga menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan baik.
Jadi, bahagia itu sederhana jika masih berada di level kesenangan (pleasure) dan kehormatan (honor). Bahagia itu tidak sederhana jika mengaksesnya dengan level tertinggi dari sumber kebahagiaan yaitu kebijaksanaan (wisdom).
Jika tidak bijaksana, kesenangan dan kehormatan tidak akan membuat hidup kita bahagia. Jika bijaksana, walaupun kita tidak memiliki sarana untuk bersenang-senang juga tidak dihormati, kita tetap bisa bahagia. Bahagia itu tidak sederhana.
MOHAMAD RISAT | Motivator Jiwa Bahagia
PROFIL JIWA BAHAGIA
Jiwa adalah benih kehidupan yang harus dirawat dengan baik. Pastikan ia tumbuh dengan sehat hingga berbuah kebahagiaan. Jiwa bahagia adalah sebuah upaya untuk menginspirasi siapa pun yang ingin menjalani hidup yang sehat dan bahagia.
Jiwa Bahagia digagas oleh Mohamad Risat, seorang pembicara motivasi dan penulis buku pengembangan diri. Sejak 2008 Risat berpengalaman memberikan pelatihan motivasi untuk umum dan perusahaan. Bank BNI, Bank BRI, PLN, Telkomsel, HM Sampoerna, Aqua Danone adalah diantara perusahaan-perusahaan yang pernah mengundannya (dan ratusan lainnya). Buku pengembangan diri karya Mohamad Risat adalah; Mind Heart Connection, Logika Cinta, Semua Akan Pindah Pada Waktunya, Hati Yang Purnama, dan Jiwa Bahagia – Cara menenteramkan dan membahagiakan jiwa (buku pilihan program Kick Andy).
Informasi dan konsultasi dapat menghubungi +62 811-997-377.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News