WomanIndonesia.co.id – Dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta menyelenggarakan deteksi dini Diabetes Melitus terhadap civitas akademika di Universitas Yarsi melalui kegiatan Posbindu.
Kegiatan ini juga sebagai bagian dari rangkaian program Cities Changing Diabetes (CCD) yang dipelopori oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Novo Nordisk Indonesia.
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu. Kegiatan ini dikembangkan mengingat hampir semua faktor risiko PTM tidak memberikan gejala pada yang mengalaminya.
Adapun tujuan dari Posbindu adalah mendorong masyarakat agar secara rutin dan periodik melakukan pemeriksaan rutin. Itu mengapa, sasaran dari Posbindu pun dibuat mencakup semua masyarakat, mulai dari yang berusis 15 tahun ke atas baik yang kondisinya sehat maupun yang masuk kategori berisiko mengalami penyakit tidak menular seperti diabetes.
“Dan tepat di Hari Diabetes Sedunia ini, kami antusias membuka Posbindu institusi pertama di bawah naungan program CCD. Posbindu institusi ini adalah upaya kami menjemput masyarakat agar lebih rajin lagi melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk menekan angka prevalensi diabetes di DKI Jakarta,” jelas dr. Dwi Octavia TLH, M.Epid., Kepala Bidang P2P Dinkes DKI Jakarta, dalam Talkshow Kesehatan di Universitas Yarsi, Cempaka Putih, Jakarta, Kamis (14/11).
Lebih lanjut dr. Dwi memaparkan, posbindu institusi semakin memperbesar jangkauan pemerintah untuk melakukan upaya pencegahan serta deteksi dini diabetes.
“Dengan melibatkan institusi yang bersedia melakukan kegiatan pembinaan terpadu, seperti Universitas Yarsi ini, maka pemeriksaan deteksi dini faktor risiko diabetes seperti pengukuran lingkar perut, tinggi badan, berat badan, dan cek gula darah bisa dilakukan di kampus,” jelas dr. Dwi seraya menyebutkan program CCD masih akan mengimplementasikan 6 Posbindu baru sebagai bagian dari tahapan aksi atau ACT CCD.
Prof. Dr. Fasli Jalal, Ph.D – Rektor Universitas Yarsi mendukung penuh dilaksanakannya Posbindu di Universitas Yarsi. Pencegahan diabetes memang harus digalakkan di kalangan anak muda, agar mulai mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat dan aktif.
“Pendekatan langsung ke masyarakat melalui Posbindu ini tentu akan efektif, karena sasarannya tepat, mengajak seluruh masyakarat ibu kota untuk sadar pentingnya mengenali faktor risiko dan melakukan deteksi dini diabetes,” ujarnya.
Kegiatan Posbindu juga sebagai bagian dari rangkaian program CCD yang dipelopori Novo Nordisk. CCD merupakan komitmen bersama dalam memerangi diabetes di perkotaan, mengingat kompleksitas masalah penanganan diabetes di Indonesia.
Sebagai ibu kota Indonesia, Jakarta juga memiliki prevalensi diabetes tertinggi. Dibutuhkan peningkatan sistem kesehatan yang cepat dalam aspek promotif preventif dan kuratif, untuk mengurangi beban diabetes di perkotaan.
Program CCD di Jakarta sudah diluncurkan sejak 2018 di mana telah ditandatangani kesepakatan antara Novo Nordisk bersama dengan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dan Dinas Kesehatan Propinsi, Kedutaan Besar Denmark, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI).
Adapun tiga rencana aksi atau ACT CCD yang akan dilakukan. Pertama, meningkatkan upaya pencegahan dengan meningkatkan angka diagnosis dengan mengaktifkan Posbindu di institusi, misalnya di sekolah, kampus, gedung perkantoran.
ACT kedua adalah meningkatkan sistem perawatan primer, antara lain dengan penguatan kualitas dan kapasitas tenaga kesehatan dan edukasi pasien agar patuh berobat dan mengubah gaya hidup. Untuk itu, CCD akan melakukan serangkaian pelatihan untuk petugas kesehatan peduli primer, yaitu, dokter umum, apoteker, ahli gizi, fisioterapis, dan tim manajemen.
ACT ketiga, melakukan penguatan sistem rujukan, mulai dari faskes tingkat pertama di puskesmas, dan rumah sakit C/D.
Dr. Dwi kemudian menambahkan, program CCD sangat mendukung upaya Kementerian Kesehatan dalam hal ini Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), melalui kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Dengan kerjasama berbagai pihak, diharapkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat bisa meningkat dan penyakit diabetes serta penyakit tidak menular lain bisa diturunkan.
Fakta Diabetes di Indonesia
Menurut data International Diabetes Federation Atlas pada tahun 2017 Indonesia adalah rumah bagi 10,3 juta orang hidup dengan diabetes. Diperkirakan jumlahnya akan meningkat sebanyak 60% pada tahun 2045 menjadi 16.7 juta jiwa, dan menempati peringkat ke 7 di dunia.
Fakta ini juga didukung oleh hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, yang menunjukkan prevalensi diabetes di Indonesia meningkat dengan sangat cepat. Sebelumnya (tahun 2013) angka prevelensi diabetes berdasarkan pemeriksaan darah pada penduduk umur di atas 15 tahun adalah 6,9%, di tahun 2018 angka itu melonjak menjadi 8,5%.
Diabetes adalah kondisi kronis di mana kadar gula darah meningkat karena tubuh seseorang tidak dapat memproduksi insulin atau menggunakannya dengan benar. Gula darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi diabetes, yang mengakibatkan kerusakan serius pada hati, jantung, ginjal, dan organ lainnya, serta kebutaan, amputasi anggota badan, dan stroke.
Dijelaskan dr. Dicky Levenus Tahapary, Sp.PD, Ph.D, dari PERKENI Jaya, rendahnya kesadaran akan deteksi dini adalah penyebab utama orang enggan melakukan pemeriksaan medis rutin. “Ini khususnya terjadi di kota perkotaan seperti Jakarta, meskipun faktanya fasilitas kesehatan primer atau Puskesmas yang mudah diakses di banyak lokasi,” katanya.
Kebanyakan orang takut mengetahui bahwa mereka menderita penyakit tertentu dalam hasil pemeriksaan kesehatan mereka. Buktinya, 52% pasien dengan diabetes sudah memiliki komplikasi ketika didiagnosis. “Komplikasi diabetes berimplikasi tidak hanya pada kualitas hidup pasien, tetapi juga menambah beban biaya kesehatan,” tambah dr. Dicky.
Rata-rata biaya yang harus dikeluarkan per pasien per tahun adalah 5,7 juta (tanpa komplikasi) dan 14 juta jika sudah memiliki komplikasi. Total biaya yang dikeluarkan JKN untuk membiayai pasien diabetes adalah triliun rupiah.
Tantangan lain dalam pengelolaan diabetes adalah jumlah dokter dan dokter spesialis di fasilitas kesehatan yang tidak sebanding dengan banyaknya jumlah pasien.
dr. Rachmad Wishnu Hidayat, Sp.KO dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, menambahkan, faktor gaya hidup sangat menentukan perkembangan diabetes. Mayoritas masyarakat perkotaan saat ini sangat kurang bergerak, ditambah mengonsumsi makanan tinggi kalori sehingga meningkatkan risiko diabetes.
“Aktivitas rutin minimal 30 menit sehari, 5 hari dalam seminggu, merupakan pilar penting pencegahan diabetes dan pengelolaan diabetes. Olahraga membantu gula diserap secara efisien oleh otot sehingga membantu menurunkan kadar gula dalam darah,” jelas dr. Rachmad.
Karena itu dalam acara peringatan Hari Diabetes Sedunia di Universitas Yarsi, selain dibuka Posbindu juga dilakukan aktivitas sehat seperti senam.
Tentang Cities Changing Diabetes
Pada tahun 2014, Steno Diabetes Centre Copenhagen, University of London College, dan Novo Nordisk meluncurkan Cities Changing Diabetes (CCD) untuk mempercepat gerakan melawan diabetes di daerah perkotaan. Hingga 2018, program CCD telah membentuk kemitraan lokal di 17 kota di seluruh dunia.
Program CCD disusun untuk memetakan dan memahami faktor pendorong di balik meningkatnya jumlah penderita diabetes di perkotaan. Sebagai ibu kota Indonesia, Jakarta juga memiliki prevalensi diabetes tertinggi.
24 Agustus 2018, ditandatangani kerjasama antara Novo Nordiks, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan para pemangku kepentingan seperti Kedutaan Besar Denmark, Kementerian Kesehatan, dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) untuk berkomitmen untuk berpartisipasi dalam upaya mengurangi angka pertumbuhan prevalensi diabetes.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News