WomanIndonesia.co.id – Anna Mariana yang akrab dengan panggilan “mba Anna” lahir di Kota Solo pada 1 januari 1960. Kiprahnya dalam mengembangkan tenun dan songket Indonesia dari perjuangannya selama kurang lebih selama 36 tahun ini berbuah manis.
Sampai saat ini, Anna Mariana telah membina jutaan pengrajin tenun dan songket yang berada di bawah naungan Yayasan Cinta budaya Kain Tradisional Nusantara (CBKN) dan Komunitas Tekstile tradisional Indonesia (KTTI) yang saat ini pengrajin-pengrajin binaannya sudah ada di hampir 32 Propinsi yang berada di wilayah kabupaten, kota serta pelosok- pelosok di berbagai daerah- daerah di seluruh kepulauan Indonesesia.
Selama menjalani perjuangannya, Anna mengaku kendala yang ditemuinya yaitu dalam hal memberikan pengenalan motif-motif baru kepada para pengrajin-pengrajin yang ada, di samping memerlukan proses waktu yang lama, pentingnya pengembangan desain motif-motif serta inovasi-inovasi baru agar mampu melahirkan karya dan kreasi yang terus berkembang baik mengikuti era pengembangan jamannya.
“Yang tersulit di dalam pembinaan adalah dalam membuat motif-motifnya. Karena saya ingin terus mengembangkan kreasi-kreasi, desain motif-motif tenun dan songket tradisional yang terbaru pada setiap daerah, agar produk terus diminati masyarakat luas, dapat berkembang lebih modern dan lebih baik. Dan dari waktu ke waktu mampu bersaing di era pasar global,” jelas Anna Mariana.
Begitu pun dalam memberikan modal kerja dan dalam hal pemasaran, apabila tidak terus bekerja keras, maka produk-produknya akan stagnan. Itu pasti akan menjadi kendala besar dalam hal pengembangan industri tradisional tenun dan songket Indonesia.
Ia juga sangat mengharapkan adanya dukungan dan kerjasama dari pemerintah. Dan tak kalah penting dukungan dari masyarakat Indonesia sendiri juga sangat penting demi mendorong semangat, kecintaannya serta minatnya dalam menggunakan produk tradisional tenun Indonesia.
“Dengan begitu produk tenun kita terus dapat berkembang maju baik di pasar Indonesia sendiri maupun di pasar Internasional. Dan diharapkan dukungan pemerintah juga lebih baik dalam membantu tumbuh dan berkembangnya sektor industri tradisional ekonomi kreatif masyarakat pengrajin-pengrajin kecil di daerah-daerah,” jelas Anna Mariana.
Perjuangan Anna untuk pengrajin tenun dan songket tak sia-sia selama ini. Perjuangannya yang juga mewakili aspirasi para pengrajin-pengrajin Indonesia melalui KTTI Anna telah mengajukan permohonan secara resmi kepada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk “Hari Tenun Nasional”.
“Alhamdulillah melalui proses perjuangan panjang pada akhirnya Presiden RI Bapak Joko Widodo dan pemerintah telah mengabulkan permohonan kami dalam mewujudkan adanya ‘Hari Tenun Nasional’,” tutur Anna.
Berkat kerjasama dan dukungan yang baik dari semua pihak, juga dukungan dari seluruh masyarakat tenun Indonesia “Hari Tenun Nasional” akan dirayakan 7 September setiap tahunnya. Selayaknya “Hari Batik Nasional” yang telah lebih dulu diresmikan secara Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dan dirayakan setiap 3 Oktober setiap tahunnya.
Anna Mariana berharap kedepannya produk tenun dan songket tradisional Indonesia akan terus bergairah dan akan lebih berkembang baik di masa mendatang. “Kami harap produk tenun songket terus maju lebih pesat, bisa terus membanjiri pasar dalam negeri sendri mapun pasar luar negeri,” ujar Anna Mariana.
Tak hanya sampai disitu, Anna Mariana bahkan telah mengusulkan kepada Presiden melalui Ketua DPR RI agat menyetujui dan menetapkan setiap hari kerja dua kali dalam satu minggu menggunakan busana yang bernuansa tenun Indonesia.
“Ini sebagai bentuk dan wujud pelestarian serta kecintaan kita pada budaya Indonesia. Sebab jika bukan berharap pada anak bangsa Indonesia untuk mencintai budayanya sendiri lalu kita akan berharap pada siapa lagi?,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News