WomanIndonesia.co.id – Atresia bilier adalah penyakit langka pada saluran hati dan empedu yang terjadi pada bayi. Gejala penyakit muncul atau berkembang sekitar dua hingga delapan minggu setelah bayi lahir.
Sel-sel di dalam hati menghasilkan cairan yang disebut empedu. Empedu membantu mencerna lemak. Ini juga membawa produk limbah dari hati ke usus untuk diekskresikan.
Jaringan saluran dan saluran ini disebut sistem empedu. Ketika sistem empedu bekerja sebagaimana mestinya, itu memungkinkan empedu mengalir dari hati ke usus.
Ketika bayi mengalami atresia bilier, aliran empedu dari hati ke kantong empedu tersumbat. Ini menyebabkan empedu terperangkap di dalam hati, dengan cepat menyebabkan kerusakan dan parut pada sel-sel hati (sirosis), dan akhirnya gagal hati.
Anak yang mengalami penyakit langka ini umumnya mengalami buang air besar berwarna putih serta diiringi dengan perut yang semakin membesar dengan badan yang kurus seperti atau malnutrisi atau kurang gizi. Selain itu, anak juga akan menujukkan tanda kulitnya menguning seperti menderita liver.
“Karena malnutrisi jadi agak kurus terus berat badannya nggak berat, sedikit kurus tapi perutnya gede, karena ada air,” kata Prof Ming-Chih Ho dokter perawat department bedah Rumah Sakit Universitas Nasional Taiwan (NTUH) dalam seminar Taiwan Healthcare di Hotel JS Luwansa Jakarta, Sabtu (5/10).
Perut membuncit dan badan yang kurus memang sekilas terlihat seperti malnutrisi. Tapi yang membedakan, pada penyakit ini perut buncit hanya salah satu tanda, dan bukan tanda utama. Itu karena liver atau hati yang mengalami kelainan sehingga nutrisi sulit diserap.
Berdasarkan temuan Prof. Ho di Indonesia ada sebanyak 2 ribu hingga 3 ribu anak yang menderita atresia, dan berkaca berdasarkan penuturan pasien penanganan penyakit langka ini masih sangat kurang.
Prof. Ho berharap rumah sakitnya Taiwan Medical Miracles mampu berkolaborasi dengan rumah sakit Indonesia, mengingat sepak terjang Taiwan di beberapa kasus anak dengan atresia berhasil ditangani. Di Taiwan sendiri ada kurang lebih 10 ribu anak penderita atresia.
“Seminar disini untuk cari kolaborasi sama hospital disini, salah satu paling gampang di Taiwan ada kartu yang ada warna BAB, orangtua bisa bedain warna BAB anak-anak, dengan lihat yang mana. Kalau udah berbahaya bisa langsung ke dokter,” kata Prof Ho.
Sementara itu atresia yang sudah parah fases tidak lain berwarna putih, melainkan berwarna merah alias darah yang keluar, bahkan hingga muntah darah. Seperti yang dialami Sherlyn Aurelia, bocah balita asal Siantang, Kalimantan Barat.
Pada atresia yang belum begitu parah bisa ditempuh melalui operasi kasai, walau dengan operasi ini liver masih bisa kambuh dan bisa hidup 30 hingga 40 tahun. Meskipun jarang yang dapat mencapai hingga usia 50 tahun.
Sedangkan pada atresia yang sudah begitu parah, satu-satunya cara dengan melakukan transplantasi hati dari saudara atau kedua orangtuanya. Lalu mereka bisa hidup hingga menikah dan punya anak.
Faktor Risiko
Atresia Bilier memang tidak bisa dicegah atau dideteksi. Atresia baru akan diketahui usai bayi lahir. Meski tidak ketahui secara pasti, Prof. Ho mengatakan satu-satunya prediksi seorang anak mengidap atresia lantaran adanya infeksi dalam kandungan sang ibu.
“Jadi ini semacam infeksi di dalam kandungan ibu dan di dalam kandungan ibu, tidak bisa dideteksi adakah penyakit ini,” ujar Prof. Ho.
Bukan hanya sulit diprediksi, pada makanan dan minuman belum ada satupun yang dapat mengobati penyakit satu ini, atau sekedar mengurangi rasa sakit dari gejala yang timbul. Satu-satunya langkah terbaik ialah segera temukan gejala dan mendapat menanganan dokter.
“Jadi penyakit ini sejak lahir udah ada, jadi nggak ada makanan atau obat yang bisa dibantu. Jadi harus operasi kasai, detectnya lebih awal lebih bagus,” kata Prof.Ho
Rumah Sakit Universitas Nasional Taiwan
Layanan medis Taiwan terkenal dengan kualitas tinggi, teknologi canggih, profesionalisme, dan harga yang terjangkau. Biaya rata-rata perawatan medis di Taiwan biasanya seperlima dari layanan yang sebanding di Eropa dan AS.
Prof. Ho berbagi keberhasilan kasus dua anak dengan Atresia Bilier yang membutuhkan tramsplantasi hati. Prof. Ho, Perwakilan dari Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taipei di Indonesia menekankan hubungan bilateral yang kuat antara Taiwan dan Indonesia dalam berbagai aspek, termasuk kesehatan.
Indonesia adalah mitra dagang terbesar ke-14 Taiwan yang menghasilkan total volume perdagangan sebesar $ 8,8 miliar pada tahun 2018.
Industri medis Taiwan terkini dengan inovasi medis, teknologi, peralatan terbaru dan memiliki profesional medis yang sangat terlatih yang dapat memberikan perawatan dan layanan medis yang luar biasa.
Rumah sakit di Taiwan terus meningkatkan standar perawatan dan saat ini ada 13 rumah sakit terakreditasi Joint Commission International (JCI) di Taiwan. Itu dipuji oleh lembaga internasional seperti The New York Times, The Telegraph, CNN dan National Geographic Channel.
Menurut angka dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan di Taiwan, lebih dari 420.000 pasien di luar negeri telah menerima perawatan di Taiwan pada tahun 2018 dan lebih dari sepertiga pasien ini berasal dari Asia Tenggara.
NTUH adalah salah satu rumah sakit terkemuka di Taiwan. Sistem perawatan kesehatan NTUH memiliki lima rumah sakit cabang yang berlokasi di seluruh pulau. Rumah sakit utama, yang berada di Taipei, memiliki lebih dari 2.600 tempat tidur dan menawarkan beragam layanan khusus dan subspesialisasi.
Di antara hampir 700 subspesialis berpendidikannya, sebagian besar juga telah menerima pelatihan lanjutan di Eropa, AS, atau Jepang. Mereka memiliki keterampilan medis yang canggih dan dapat berkomunikasi dengan lancar dalam bahasa Inggris.
NTUH juga terkenal di seluruh Asia dan dunia karena pencapaian medisnya yang inovatif. Setelah mencapai kualitas luar biasa, teknologi medisnya sebanding dengan teknologi AS dan negara-negara maju di Eropa.
Sejalan dengan kebijakan diplomatik pemerintah, sejak 2012, NTUH telah mencurahkan upaya untuk membangun kerja sama dengan Indonesia di bidang medis dan rumah sakit. Dengan menandatangani MOU kolaborasi, NTUH berbagi pengetahuan dan keterampilan medis melalui pengaadaan simposium medis, menerima staf medis mereka untuk program pelatihan in-house.
Setelah itu, semakin banyak pasien Indonesia yang langsung terbang ke NTUH untuk menerima perawatan medis dan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Hingga saat ini NTUH telah menandatangani perjanjian kerja sama resmi dengan 5 rumah sakit besar di Indonesia. Lebih dari 100 profesional medis telah berkunjung ke NTUH untuk menerima pelatihan mereka.
TAITRA telah secara aktif mempromosikan layanan medis Taiwan sejak 2008. Pada masa-masa awal, TAITRA sebagian besar berfokus pada mempromosikan pemeriksaan kesehatan dan perawatan kecantikan medis tetapi kini memperluas cakupannya untuk mencakup perawatan penyakit langka, obat pencegahan, dan layanan lanjutan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News