WomanIndonesia.co.id – Menjalani kehidupan tidak mudah dan mudah, seperti yang dialami Halimah Yacob yang sebelumnya harus berjuang penuh untuk hidup. Saat diri susah tidak banyak orang yang memperdulikannya, namun keberuntungan dan usaha kerasnya selalu berpihak pada positif saat ini.
Dilansir dari berbagai sumber, Halimah adalah perempuan kelahiran 23 Agustus 1954 di Queen Street, daerah Bugis. Latar belakangnya berasal dari keluarga yang kurang mampu dan dirinya menjadi satu-satunya anak perempuan diantara empat saudara laki-laki. Ayahnya meninggal sejak dia meninggal 8 tahun, jadi dia harus menghabiskan waktu dia.
Meskipun menjadi satu-satunya anak perempuan, tidak membuat Halimah menjadi tinggi hati dan malas untuk membantu izin. Dia adalah sosok anak yang rendah hati, rajin membantu, dan sangat berprestasi dalam bidang akademik.
Awalnya ibu Halimah Yacob berjualan nasi padang di gerobak dorong kecil di Shenton Way, dia harus bangun pagi-pagi buta untuk membantunya menyiapkan dan menyiapkan dagangan sebelum masuk sekolah.
Perjuangannya belum selesai sampai di sana saja, ia harus mengatur waktu antara membantu dan belajar. Halimah rajin membantu mengamankan lokasi berjualan, merapikan meja dan kursi untuk pelanggan, mencuci peralatan makan dan memasak, hingga melayani pelanggan yang datang ke tempat bepergian berjualan.
Dalam bidang akademik, Halimah juga menjadi salah satu siswi berprestasi sejak SMP-Kuliah. Saat SMP dan SMA diterima di sekolah ternama, pendidikan SMP ditempuhnya di SMP Chinese School Girl dan pendidikan SMA diterima di Tanjong Katong Girl’s School.
Bersekolah di sekolah bergengsi tidak membuat Halimah menjadi anti sosial, ia mampu memutuskan dengan orang-orang lain juga memiliki kebebasan berbahasa Melayu.
Tinggal di rumah susun bersama ibu dan saudara laki-laki-lakinya tidak membuat Halimah menerima tanggung jawab akademik. Di sela-sela membantu, Halimah membantu untuk mengerjakan tugas dan belajar secara giat.
Halimah bercerita tentang dirinya saat ini SMA yang dikeluarkan dari sekolah karena sering membolos yang diizinkan. Uang sekolah juga tertunggak selama masa SMP dan SMA karena keterbatasan keuangan.
Berkat kegigihan dan ketulusan, mampu membawanya pendidikan di salah satu universitas bergengsi di Singapura yaitu Fakultas Hukum Universitas Nasional Singapura. Keberuntungan kembali berpihak beruntung, Halimah Yacob mendapatkan beasiswa senilai 1.000 dolar Singapura dari Dewan Agama Islam Singapura.
Halimah menyelesaikan perkuliahannya pada tahun 1978 dan bergabung dengan Organisasi Perburuhan Singapura atau Kongres Perdagangan Nasional (NTUC) dan memegang divisi hukum untuk memperjuangkan hak-hak buruh.
Ibu dari lima orang anak dan istri Mohamed Abdullah Alhabshee ini sangat berprestasi dan sudah berkarir selama 30 tahun di NTUC dan terakhir mulai jabatan Deputi Sekretaris Jenderal terima kegigihannya sejak awal.
Tahun 2001 dia mendapatkan tawaran eksklusif dari Perdana Menteri Goh Chok Tong dan dia setuju untuk terjun ke dalam dunia politik. Sejak terpilih untuk mewakili konstituensi Jurong, saat itu Halimah Yacob mulai mengukir sejarah dalam transisi. Dirinya menjadi perempuan pertama dari suku Melayu yang menjadi anggota Partai Aksi Rakyat.
Prestasi tidak berhenti hanya disitu saja, tahun 2013 yang terpilih sebagai ketua DPR di Singapura dan menjadi perempuan pertama yang dipilih. Keberuntungan, kepintaran, dan kegigihannya mengiring Halimah Yacob untuk mendapatkan posisi sebagai Presiden Perempuan Pertama di Singapura yang akan dilantik hari ini.
Baca terus womanindonesia.co.id untuk mendapatkan informasi penting bagi kehidupan Anda.
(eka)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News