Womanindonesia.co.id – Ketika Vorteks Borneo atau badai mereda di sekitar Laut Natuna Utara, angin yang tersisa menuju ke Jawa, memicu hujan berkelanjutan yang membasahi wilayah tersebut.
Berdasar pantauan, hujan yang kemungkinan disebabkan oleh Vorteks Borneo tersebut turun sejak subuh, Kamis (2/3) di beberapa tempat di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekas (Jabodetabek).
Hal itu sesuai dengan prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Sebaliknya, itu bisa terjadi pada 2-3. hujan ringan atau lebat di banyak tempat. Berbaris.
Pada periode tersebut Sumatera umumnya hujan ringan, dengan kemungkinan hujan sedang terjadi di Bangka-Belitung dan Jambi. Lampung, Sumsel, Bengkulu, Sumbar, Riau, Sumut, Kepulauan Riau, dan Aceh berpotensi hujan lebat.
Hujan ringan umumnya diprakirakan untuk wilayah Jawa, dan terdapat risiko hujan lebat di Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sedangkan Bali berpeluang hujan sedang sedangkan NTB dan NTT umumnya berawan.
Kalimantan Utara berpeluang hujan sedang, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat diprediksi hujan lebat.
Sulawesi biasanya berawan, di Sulawesi Barat kemungkinan terjadi hujan sedang. Sementara itu, hujan lebat dapat terjadi di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara.
Demikian pula Maluku, Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara berpotensi hujan lebat.
Erma Yulihastin, ilmuwan iklim di Pusat Riset dan Inovasi Nasional untuk Riset Iklim dan Atmosfer (BRIN), menyebutkan dua faktor utama yang menyebabkan berlanjutnya hujan di RI pada awal Maret.
Yakni Cross Equatorial Northly Surge (CENS) dan Borneo Vortex (Borneo Vortex) yang terjadi di Laut Cina Selatan.
Pertama, CENS, peningkatan angin utara rata-rata lebih dari 5 meter/detik di bagian selatan Laut Cina Selatan dekat Laut Jawa. Indeks CENS aktif sejak 21 Februari hingga sekarang.
Kedua, pilin Borneo. Pusaran adalah pusaran angin dengan radius putar pada skala meso antara puluhan dan ratusan kilometer.
“Saat ini Borneo Gyre mulai terbentuk di dekat ekuator di atas Laut China Selatan,” kata Erma.
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa kedua faktor tersebut terus berinteraksi di tempat yang sama hingga membesar selama 72 jam atau empat hari. Hasilnya adalah badai, atau siklon tropis Vamei.
Hari ini Erma memperbarui informasi bahwa Borneo Vortex mulai memburuk. Masalahnya, sisa badai menuju ke Jawa.
“Pembaruan Borneo Vortex: Pusaran sudah mulai terpisah, tapi sisa pemisahan berupa angin utara yang kuat, sekarang semuanya menuju pulau Jawa,” cuitnya pada Kamis pagi (03/02).
Itu sebabnya hujan terus turun. “Di sisi lain, Jawa merupakan pusat konvergensi, sehingga angin dari Samudra Hindia juga masuk ke Pulau Jawa sehingga menyebabkan hujan yang tak henti-hentinya.”
Menurut Erma, salah satu akibatnya adalah hujan yang mengguyur Jabodetabek sejak pagi.
“Hujan mulai masuk dan meluas ke Jabodetabek sejak subuh hari ini (2/03). Hujan ini berpola tapal kuda atau bumerang, yg menunjukkan sistem badai terbentuk dalam hujan tersebut, yg disebut dg bow-echo.”
“Inilah kondisi ekstrem yg sejak Desember saya khawatirkan bisa terjadi. Hujan deras dan angin kencang yg dipicu oleh badai vorteks. Semoga tidak ada lagi eskalasi ekstrem setelah Maret ini. Hati-hati semuanya,” ia memperingatkan.
Para ahli mengatakan bahwa fenomena cuaca ekstrem ini terkait dengan pemanasan global yang terutama disebabkan oleh kerusakan lingkungan. Salah satunya adalah penggunaan bahan bakar fosil (BBM) yang berlebihan, penggundulan hutan dan penggunaan gas freon.
Didi Satiadi, asisten peneliti di Pusat Penelitian Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan efek rumah kaca mempercepat siklus air. Konsekuensinya, hujan semakin deras atau sebaliknya cuaca semakin kering.
Vorteks Borneo
Mengutip artikel LAPAN, Anip dan Lupo (2011) menjelaskan bahwa Vorteks Borneo merupakan gangguan monsun yaitu sirkulasi siklon rendah dan hampir stasioner yang terbentuk di lepas pantai pulau Kalimantan.
Vorteks Borneo adalah fenomena atmosfer yang mempengaruhi aktivitas konveksi di Laut Cina Selatan dekat garis khatulistiwa.
Vorteks Borneo adalah fenomena atmosfer yang terjadi di atas perairan Indonesia, memiliki proporsi sinoptik dan dapat mempengaruhi aktivitas konvektif di sekitar Laut Cina Selatan di ekuator selama monsun Asia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News