Womanindonesia.co.id – Hari Persatuan Artis Film Indonesia atau disingkat (PARFI) diperingati setiap tahunnya pada tanggal 10 Maret. PARFI adalah salah satu organisasi yang menaungi para artis regional maupun nasional.
Membahas mengenai PARFI, pastinya tidak terlepas oleh proses sejarah berdirinya. Untuk itu, simak sejarahnya berikut ini.
Sejarah Hari Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI)
Sejarah Hari Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) sendiri bermula ketika PARFI mulai didirikan pada bulan Maret 1956 dalam kongres yang digelar oleh para pemain dan pekerja film kala itu.
Di balik Hari Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) terdapat sederet tokoh terkenal, salah satunya adalah Usmar Ismail dan Djamaludin Malik yang merupakan pendiri PARFI pada saat itu.
Pada tanggal 10 Maret 2020 lalu, bertempat di Hotel Maharaja Jakarta Selatan dengan dihadiri oleh 360 peserta termasuk perwakilan dari daerah menetapkan Alicia Djohar sebagai Ketua Umum PB PARFI setelah menang suara atas Ayu Azhari dan Lela Anngraini.
Alicia Djohar memperoleh 119 suara disusul Lela Anggraini 83 suara. Sementara Ayu Azhari mundur dari pencalonan. Selanjutnya, ditunjuklah Gusti Randa sebagai Sekretaris Umum PARFI, 2020. Usmar Ismail, Djamaludin Malik dan Suryo Sumanto adalah tiga orang tokoh kunci berdirinya Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI).
Usmar Ismail, berbekal keilmuannya, Djamaludin Malik dengan segala kepiawaian ilmu bisnisnya, dan Suryo Sumanto seorang jurnalis sekaligus sastrawan yang semangat untuk memandu dua rekannya, bersama-sama mereka mendorong kemajuan artis dan perfilman tanah air, dengan mendirikan PARFI.
Lahirnya Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) berawal dari kevakuman kegiatan Sarikat Artis Indonesia (SARI) akibat masuknya Jepang ke Indonesia. Seiring dengan perjalanan waktu dan menjadi saksi sejarah, pada 10 Maret 1956
PARFI lahir melalui semangat untuk menyumbangkan dharma bakti guna mewujudkan cita-cita memajukan Bangsa dan Negara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Secara formal PARFI diresmikan oleh Ibu Negara Fatmawati Soekarno pada 10 Maret 1956.
Bagi Artis film Indonesia untuk memperjuangkan cita-cita seperti harapan yang disampaikan H. Usmar Ismail: “Dengan film kita bisa memberikan sumbangan pada revolusi Indonesia.” Saat itu, PARFI bersama PPFI berdemontrasi di depan Presiden Soekarno untuk mengatasi serbuan film asing yang merugikan produksi film Indonesia.
Sebagai organisasi, PARFI diharapkan dapat menjadi wadah, alat penghimpun dan pemersatu, dan penyaluran daya kreasi serta amal perjuangan Artis Film Indonesia dalam pen- gabdiannya kepada Bangsa dan Negara, khu- susnya mempertinggi derajat dan martabat kesenian melalui film nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News