Sleepwalking atau biasa disebut tidur sambil berjalan merupakan salah satu fenomena yang mungkin sulit dipercayai kecuali itu terjadi pada diri Anda sendiri.
Womanindonesia.co.id – Pernahkah Anda mendengar istilahnya Sleepwalking atau tidur sambil berjalan?bagi orang yang sering menonton film atau sinetron sudah tak asing lagi dengan istilah seperti itu. Namun, ternyata tak hanya ada di dunia sinetron saja tapi di dunia nyata pun ada.
Sleepwalking atau biasa disebut tidur sambil berjalan merupakan salah satu fenomena yang mungkin sulit dipercayai kecuali itu terjadi pada diri Anda sendiri. Meskipun begitu, gangguan tidur ini merupakan sesuatu yang umum dari yang Anda kira. Menurut Sleep Foundation, sleepwalking ini bisa dialami sampai 15 persen populasi.
Penyabab Sleepwalking atau Tidur Sambil Berjalan
Seperti dilansir Thelist, secara medis sleepwalking disebut sebagai somnambulisme. Spesialis Tidur di Princess Alexander Hospital Sleep Disorders Centre in Australia, Dr. Claire Ellender mengkategorikan sleepwalking sebagai jenis parasomnia yaitu sekelompok gangguan tidur yang membuat Anda melakukan hal-hal yang seharusnya tidak Anda lakukan saat tidur seperti berjalan dalam tidur, berbicara sambil tidur, dan mengompol.
Dikutip dari Times of India, sleepwalking terjadi karena ketidakseimbangan bahan kimia. Dengan kata sederhana, ada dua jenis bahan kimia yang diproduksi di otak, pertama ketika terjaga dan yang kedua ketika sedang tidur. Ketika ada keseimbangan dalam bahan kimia, ini menempatkan tubuh yang mengarah ke tidur.
Sebaliknya, ketika ada gangguan pada kedua bahan kimia ini, maka akan menyebabkan tidur sambil berjalan. Pada dasarnya, ada lima fase tidur sambil berjalan. Nah, kondisi ini biasanya terjadi selama tahap tiga dan empat, saat tubuh tertidur nyenyak dan NREM (non-rapid eye movement).
Lantaran NREM ini tidak terhubung ke memori di otak, alhasil orang yang mengalami hal ini tidak akan mengingat kejadian tersebut. Bahkan tidur sambil memasak pun, orang yang mengalami benar-benar tidak ingat sama sekali.
Penyakit tidur ini cenderung terjadi pada anak-anak akibat tubuh tidak menghasilkan cukup bahan kimia yang mengistirahatkan tubuh. Zat kimia ini biasa dikenal sebagai GABA. Selain pada anak-anak, sleepwalking juga terjadi pada orang dewasa. Penyebabnya pun beragam, yakni stres, kelelahan, kurang tidur, terlalu banyak kafein, dan alkohol.
Di samping itu, masalah mental seperti stres, kecemasan serta depresi juga berkontribusi membuat seseorang mengalami sleepwalking. Untuk mengatasinya, cari tahu dulu penyebabnya. Jika stres maka harus hilangkan stresnya.
Jika kurang tidur, tentu harus menjaga siklus tidur yang baik, misal tidur delapan jam sehari. Jika terlalu banyak asupan kafein dan alkohol, disarankan untuk menguranginya.
Namun, jika masalah ini tidak dapat dikendalikan dan tubuh tetap mengalami gangguan tidur ini, maka sebaiknya segera ke dokter spesialis saraf atau dokter spesialis kesehatan tidur untuk konsultasi ataupun mendapat terapi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News